Ilustrasi ibadah haji (pexels.com/Muhammad Khawar Nazir)
Boleh jadi seluruh rangkaian ibadah haji sudah kamu lakukan dengan baik. Namun, kamu mungkin masih membawa kebiasaan yang justru mendatangkan maksiat baik selama melaksanakan ibadah ataupun pasca ibadah haji. Misalnya, berperilaku tidak sopan, seperti berbicara kasar atau bergosip; perilaku tidak jujur, seperti berbohong atau menipu dalam transaksi; atau bahkan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, seperti meninggalkan salat, mengonsumsi makanan yang haram, atau terlibat dalam perbuatan tidak bermoral. Ini menunjukkan bahwa meskipun secara fisik telah menyelesaikan ibadah haji, namun jiwa dan akhlak masih belum sepenuhnya bersih dari dosa-dosa tersebut. Dengan demikian, perilaku tersebut bisa saja menjadi indikasi bahwa haji yang kamu lakukan ditolak oleh Allah SWT.
Dalam Surat Al Baqarah ayat 197, Allah berfirman:
اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
al-ḫajju asy-hurum ma‘lûmât, fa man faradla fîhinnal-ḫajja fa lâ rafatsa wa lâ fusûqa wa lâ jidâla fil-ḫajj, wa mâ taf‘alû min khairiy ya‘lam-hullâh, wa tazawwadû fa inna khairaz-zâdit-taqwâ wattaqûni yâ ulil-albâb
Artinya: (Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafas, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.
Melansir NU Online, disarankan agar siapa pun yang melakukan ibadah haji pada bulan-bulan tersebut, harus menghindari perkataan atau perilaku yang kotor, termasuk ucapan yang membangkitkan nafsu, tindakan yang tidak pantas, atau hubungan seksual. Selain itu, mereka juga diminta untuk menjauhi dosa dan konflik, meskipun itu bukan pertengkaran besar. Allah mengetahui segala amal baik yang dilakukan seseorang, karena Dia Maha Mengetahui yang tersembunyi. Allah senantiasa waspada, tidak pernah tidur, dan mengawasi segala yang terjadi di langit dan di bumi. Para jemaah juga disarankan untuk membawa persediaan fisik, termasuk makanan, tempat tinggal, dan transportasi selama berada di Tanah Suci, serta bekal iman dan ketakwaan untuk keperluan rohani. Karena yang terbaik adalah memiliki ketakwaan, yaitu taat pada perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Mereka juga diingatkan untuk bertakwa kepada Allah, sebagai orang-orang yang berakal, agar mereka menjadi manusia yang sempurna baik secara lahir maupun batin.
Setelah mengetahui ciri-ciri haji mardud, jemaah haji diharapkan untuk selalu memperbaiki niat dan memastikan setiap langkah dalam ibadah haji dilakukan sesuai dengan aturan, rukun, dan syarat wajib haji. Tujuan utama dalam melaksanakan ibadah haji semata-mata adalah mendekatkan diri kepada Allah dan mencari ridha-Nya, bukan untuk memperoleh pujian atau status sosial di mata manusia. Semoga dengan mengenali tanda-tanda haji mardud, kita semua dijauhkan dari hal-hal yang menggagalkan seluruh pelaksanaan ibadah haji. Dengan begitu, titel haji mabrur yang selama ini kita dambakan segera lekas terwujud. Aamiin.