ilustrasi mendapat informasi mendadak (pexels.com/Gustavo Fring)
Pengumuman penting seperti pendaftaran Kartu Rencana Studi (KRS), beasiswa, atau sidang dikabarkan sangat dekat dengan deadline tanpa sosialisasi yang cukup. Jadwal yang mendadak menunjukkan kurangnya perencanaan yang matang dari pihak administrasi kampus. Menyiratkan bahwa pihak kampus nggak menghargai waktu mahasiswa, dosen, atau staf terkait.
Deadline singkat ini bikin mahasiswa khawatir. Mereka jadi nggak punya cukup waktu untuk mempertimbangkan pilihan dengan cermat, cari informasi yang akurat, atau konsultasi dengan dosen. Akibatnya, mereka mengambil keputusan dengan terburu-buru. Mereka pun bisa saja membuat kesalahan yang merugikan, seperti mengambil mata kuliah yang salah atau melewatkan kesempatan beasiswa penting.
Praktik disrespectful urgency juga secara nggak langsung mendiskriminasi mahasiswa. Mereka yang terbatas akses informasi, masalah koneksi internet, atau yang berasal dari lokasi yang jauh dari kampus akan dirugikan secara nggak adil.
Secara keseluruhan, praktik ini mengikis kepercayaan mahasiswa terhadap sistem administrasi kampus. Sistem administrasi yang menerapkan disrespectful urgency dalam jangka panjang, bisa merusak hubungan antara mahasiswa dan kampus, serta menghambat potensi akademik mahasiswa.
Nah, itulah lima bentuk disrespectful urgency yang sering muncul di lingkungan perkuliahan. Dengan mengenalinya, kita jadi lebih bisa mawas diri dan berupaya menciptakan lingkungan yang lebih suportif. Baik sebagai mahasiswa, dosen, maupun staf kampus, mari bersama mengedepankan empati dan menghargai waktu serta upaya setiap individu.