ilustrasi sedang memuji (pexels.com/alena darmel)
Saat dipuji oleh orang lain, kita harus menghindari sifat takabur, sombong, dan ujub. Sifat ujub ini merupakan rasa takjub pada diri sendiri yang dapat merusak kebaikan. Hal ini dikatakan oleh Said bin Jubair sebagai berikut:
"Sesungguhnya ada seorang hamba yang beramal kebaikan malah ia masuk neraka. Sebaliknya ada pula yang beramal kejelekan malah ia masuk surga. Yang beramal kebaikan tersebut, ia malah merasa ujub (bangga dengan amalnya), lantas ia pun berbangga diri, itulah yang mengakibatkan ia masuk neraka. Ada pula yang beramal kejelekan, namun ia senantiasa takut dan ia iringi dengan taubat, itulah yang membuatnya masuk surga.” (Majmu’ Al Fatawa, 10: 294).
Syekh Ahmad Zarruq dalam As-Syirkatul Qaumiyyah mengatakan bahwa pujian mengantarkan seseorang kepada kesempurnaan, kekurangan, atau sesuatu selain keduanya. Pujian ini tidak bersifat tercela atau terpuji.
Bijaklah dalam menanggapi sebuah pujian agar tidak menjadi ria, sombong, atau takabur. Imam Nawawi rahimahullah menuturkan,
“Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa” (Syarh Shahih Muslim, 18: 115).
Nah, kini ketika mendapatkan pujian, jangan lupa untuk melantunkan doa ketika dipuji agar terhindar dari takabur, ya. Semoga bermanfaat.