Ternyata saat mengucapkan Bahasa Osing ada logat khusus, lho! Ada 4 logat khusus yang digunakan saat berbicara Bahasa Osing, yaitu diftongisasi, glotalisasi, palatalesasi dan umlautisasi.
Diftongisasi merupakan bunyi vokal rangkap yang tergolong dalam satu suku kata. Dalam bahasa Osing, seringkali digunakan diftongisasi /ai dan /au pada suku kata berakhiran fonem “i” dan “u”.
Contohnya:
/iki/ (: ini) dilafalkan /ikai/
/iku/ (: itu) dilafalkan /ikau/
Sedangkan glotalisasi merupakan penekanan pada suku kata berakhiran fonem “e”, “o”, “a”.
Contohnya:
mrene dibaca mrene’
piro dibaca piro’
Lalu palatalesasi terjadi pada fonem “b”, “j”, “d”, “g”, “n”, “ai”, “r”, “l”, dan “w” yang diikuti fonem “a” atau “e” dengan menyelipkan huruf "y" di tengahnya.
Contohnya:
abang dibaca abyang
kabeh dibaca kabyeh
Kalau Glotalisasi tadi merupakan penekanan pada akhir kata, umlautisasi terjadi penekanan pada fonem “l”, “m”, “n”, “ng”, “ny”, “l”. “r”, “w”, dan “y” di posisi tertentu.
Contohnya :
ula dibaca uLa
uwong dibaca uWong