Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Finalis Teka-Teki Gen Alpha dari SMPN 115 Jakarta, SMPN 244 Jakarta, dan SMP Islam PB Soedirman Jakarta di IDN Times HQ pada Jumat 20 Juni 2025 (dok. IDN Times/Fatkhur Rozi)
Finalis Teka-Teki Gen Alpha dari SMPN 115 Jakarta, SMPN 244 Jakarta, dan SMP Islam PB Soedirman Jakarta di IDN Times HQ pada Jumat 20 Juni 2025 (dok. IDN Times/Fatkhur Rozi)

Intinya sih...

  • Final Teka Teki Gen Alpha 2025 menguji kecerdasan siswa SMPN 115, SMPN 244, dan SMP Islam PB Soedirman di Jakarta Selatan.

  • Soal-soal final menguji logika, pengetahuan, dan kemampuan berpikir kritis serta public speaking generasi Alpha.

  • Perlu penambahan soal praktis, kreativitas, variasi format soal, dan penyesuaian dengan karakter Gen Alpha untuk meningkatkan relevansi kompetisi.

Final Teka-Teki Gen Alpha 2025 menghadirkan adu kecerdasan sengit antara SMPN 115 Jakarta, SMPN 244 Jakarta, dan SMP Islam PB Soedirman. Bertempat di IDN HQ, Jakarta Selatan, Jumat (20/6/2025), kompetisi ini jadi puncak dari seleksi panjang melibatkan 100 SMP se-DKI Jakarta. Babak final dibagi menjadi tiga sesi yang masing-masing menguji jenis kecerdasan yang berbeda.

Setiap babak membutuhkan logika cepat, kerja tim, sampai kemampuan menyusun argumen secara sistematis. Namun, seberapa relevan dan menantang soal-soal final ini untuk Gen Alpha? Berikut ini ulasan bagaimana setiap babak menuntut kekuatan berpikir khas generasi yang tumbuh di era digital.

1. Tiga babak dan tiga tantangan yang berbeda

Finalis Teka-Teki Gen Alpha dari SMP Islam PB Soedirman Jakarta (dok. IDN Times/Fatkhir Rozi)

Final Teka Teki Gen Alpha terdiri dari tiga babak yang menguji beragam kemampuan peserta. Babak pertama berisi lima soal pilihan ganda per sekolah, mendorong kerja sama tim dalam menjawab cepat dan tepat. Ini jadi pemanasan yang pas bagi Gen Alpha yang terbiasa belajar secara kolaboratif.

Babak kedua adalah pertanyaan rebutan tanpa pilihan ganda yang mengandalkan kecepatan berpikir dan ketepatan jawaban. Sementara babak ketiga menjadi puncak tantangan dengan soal esai yang menilai akurasi, pemahaman konsep, dan kemampuan menyusun argumen dalam waktu satu menit. Di sinilah kemampuan berpikir kritis dan public speaking Gen Alpha benar-benar diuji.

2. Soal-soal yang menuntut logika dan pengetahuan

Finalis Teka-Teki Gen Alpha dari SMPN 115 Jakarta (dok. IDN Times/Fatkhir Rozi)

Soal-soal dalam final tidak hanya mengandalkan hafalan, tapi juga melatih logika dan pemahaman konsep. Misalnya, peserta diminta menjelaskan pengaruh globalisasi di bidang transportasi lengkap dengan dampak positif dan negatifnya. Ini merupakan tantangan untuk mengukur sejauh mana anak-anak Gen Alpha bisa berpikir reflektif dan sistematis di bawah tekanan waktu.

Di babak lain, ada soal seperti fungsi enzim ptialin dan konversi suhu dari Fahrenheit ke Celsius dan Reamur. Terdapat juga beberapa soal matematika yang menuntut peserta untuk menghitung secara cepat dan tepat. Kombinasi ini menguji seberapa dalam kemampuan logika dan pengetahuan seputar ilmu pengetahuan alam, sosial, dan sejarah jakarta.

3. Soal final sebagai cermin pola pikir anak zaman sekarang

Finalis Teka-Teki Gen Alpha dari SMPN 244 Jakarta (dok. IDN Times/Fatkhir Rozi)

Babak pertama memperlihatkan respons Gen Alpha terhadap soal-soal pilihan ganda. Meskipun formatnya tergolong standar, hasilnya skor ketiga tim imbang dan tidak semua soal berhasil dijawab. Terutama beberapa pertanyaan matematika yang sedikit lebih kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Gen Alpha dikenal cepat tanggap, tekanan waktu tetap memengaruhi performa mereka.

Di sisi lain, babak esai menjadi ajang yang lebih mencerminkan pola pikir khas Gen Alpha. Soal esai menuntut mereka berpikir dua arah, menyusun argumen, dan mengomunikasikannya dengan jelas dalam waktu terbatas. Ini menuntut kemampuan berpikir kritis yang semakin relevan di era digital. Anak-anak zaman sekarang tidak lagi cukup hanya tahu jawabannya, tapi juga harus bisa menjelaskan alasannya.

4. Apa yang bisa ditingkatkan dari soal Teka Teki Gen Alpha?

(Kiri ke kanan) Jurnalis IDN Times Ridwan Aji Pitoko dan Lia Hutasoit membuka acara final Teka-Teki Gen Alpha di IDN Times Jakarta pada Jumat 20 Juni 2025 (dok. IDN Times/Fatkhur Rozi)

Soal-soal saat ini cenderung fokus pada pengetahuan akademis dan logika, namun bisa ditambah dengan menguji keterampilan praktis dan kreativitas. Misalnya, menambahkan soal yang menuntut pemecahan masalah berbasis situasi sehari-hari. Ini penting agar kompetisi tidak hanya menilai kecerdasan, tapi juga kemampuan adaptasi Gen Alpha di dunia nyata.

Selain itu, variasi format soal juga perlu diperluas, seperti memasukkan elemen simulasi digital atau penggunaan teknologi yang sudah familiar bagi Gen Alpha. Waktu pengerjaan soal esai yang terbatas kadang membuat peserta kesulitan menyampaikan ide secara penuh. Penyesuaian ini bisa membuat soal lebih ramah dan mendukung gaya belajar serta cara berpikir generasi digital.

Dengan terus mengembangkan kualitas soal dan menyesuaikan dengan karakter Gen Alpha, kompetisi Teka Teki Gen Alpha bisa semakin relevan dan berdampak positif. Acara seperti ini tidak hanya mengasah pengetahuan, tapi juga membentuk pola pikir kritis dan kreatif anak-anak masa kini. Semangat belajar dan berkompetisi mereka adalah cerminan masa depan yang cerah bagi pendidikan Indonesia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team