Ilustrasi Pramuka (unsplash.com/septian akbar)
Tak hanya secara tanggal, sejarah berdirinya Pramuka di Indonesia dan dunia pun berbeda. Mengutip laman Scout, awal mulanya kepramukaan berawal sebagai program untuk anak laki-laki berusia 11 hingga 18 tahun. Pada tahun 1907, perkemahan pertama dilakukan secara ‘eksperimental’ oleh letnan jenderal militer Inggris, Robert Baden-Powell bersama 20 anak laki-laki di Pulau Brownsea, Britania Raya.
Perkemahan yang diselenggarakan Baden Powell pun sukses besar. Lalu pada tahun 1908, Baden Powell menerbitkan buku berjudul “Scouting for Boys” yang saat itu menjadi viral dan telah terjual lebih dari 100 juta eksemplar. Setelah itu, buku tersebut mulai meluas dengan diterjemahkan ke dalam lima bahasa dan mulai berkembang menjadi "The Boy Scouts" atau Pramuka putra.
Lalu pada tahun 1910, Baden Powell memulai Pramuka putri di bawah kepemimpinan adik perempuannya, Agnes. Pada tahun 1920 diadakanlah Jambore Dunia pertama yang dilaksanakan di Olympia Hall, London. Baden Powell mengundang Pramuka dari 27 negara untuk ikut serta dalam acara tersebut. Pada saat itu, Baden Powell juga diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia atau Chief Scout of The World.
Sementara itu untuk Hari Pramuka di Indonesia, sudah ada sejak zaman Hindia-Belanda. Masih mengutip laman Pramuka, pada tahun 1912 dimulai latihan kelompok pandu di Batavia (Jakarta), yang kemudian menjadi cabang dari Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO). Dua tahun kemudian cabang tersebut berkembang menjadi Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda.
Pada saat itu, sebagian besar anggota NIPV adalah keturunan Belanda. Lalu, pada 1916 berdiri suatu organisasi kepanduan yang merupakan pandu-pandu bumiputera. Mereka adalah Mangkunegara VII, pemimpin Keraton Solo yang membentuk Javaansche Padvinders Organisatie.
Setelah itu muncul organisasi kepanduan berbasis agama, kesukuan dan lainnya. Antara lain adalah Padvinder Muhammadiyah (Hizbul Wathan), Nationale Padvinderij, Syarikat Islam Afdeling Pandu, Kepanduan Bangsa Indonesia, Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie, Pandu Indonesia, Padvinders Organisatie Pasundan, Pandu Kesultanan, El-Hilaal, Pandu Ansor, Al Wathoni, Tri Darma (Kristen), Kepanduan Asas Katolik Indonesia, dan Kepanduan Masehi Indonesia.
Kepanduan yang ada di Hindia-Belanda ternyata berkembang cukup baik hingga menarik perhatian Baden Powell. Dia bersama istrinya, Lady Baden-Powell dan anak-anaknya pun mengunjungi organisasi kepanduan di Batavia, Semarang, dan Surabaya, pada awal Desember 1934. Para pandu di Hindia-Belanda pun juga mengikuti Jambore Kepanduan Sedunia.
Singkat cerita, Pramuka di Indonesia pun terus berkembang hingga pada tanggal 27-29 Desember 1945, berlangsung Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia di Surakarta. Kongres ini menghasilkan Pandu Rakyat Indonesia sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan di Indonesia.
Presiden Soekarno bersama Sri Sultan Hamengku Buwono IX, saat itu merupakan Pandu Agung, dan menggagas peleburuan berbagai organisasi kepanduan dalam satu wadah. Lalu pada 9 Maret 1961 diresmikan nama Pramuka dan menjadi Hari Tunas Gerakan Pramuka. Pada 20 Mei 1961, diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka dan momen tersebut dikenal sebagai Hari Permulaan Tahun Kerja.
Pada 20 Juli 1961, para wakil organisasi kepanduan Indonesia mengeluarkan pernyataan di Istana Olahraga Senayan, untuk meleburkan diri ke dalam organisasi bernama Gerakan Pramuka. Setelah itu, pada 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka diperkenalkan secara resmi kepada masyarakat luas dalam suatu upacara di halaman Istana Negara.