ilustrasi perjamuan kudus (pexels.com/MART PRODUCTION)
Tri Hari Suci memiliki makna tersendiri terutama bagi Kristen Katolik. Mengutip laman resmi SMPK Santa Maria 2 Malang, dalam Liturgi Gereja Katolik, perayaan Paska diawali dengan Tri Hari Suci, yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci atau tiga hari suci Paskah. Tri Hari Suci diawali dengan misa petang pada Kamis Putih hingga malam Paskah, dan berakhir pada ibadah sore Minggu Paskah.
Selama tiga hari suci Paskah ini, gereja merayakan misteri terbesar karya penebusan, yaitu kisah sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus. Tri Hari suci sendiri merupakan hasil perkembangan siklus Paskah pada abad ke-4. Sejak Jumat Agung hingga Paskah adalah trihari terkudus untuk peristiwa penyaliban, pemakaman, kebangkitan Yesus.
Kamis Putih, semua umat mengenang momen saat Yesus sedang makan Paskah bersama murid-muridNya. Kata-kata yang pertama kali dikatakan-Nya adalah, “inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu” dan “Inilah darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang akan ditumpahkan bagimu, dan bagi semua orang, demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini, untuk mengenangkan Daku”.
Jumat Agung adalah hari kedua dari Tri Hari Suci, yang ibadat sabda dilaksanakan di pukul 15.00 sore, bertepatan dengan jam di mana Yesus wafat di kayu salib. Jumat Agung ini gereja mengenang sengsara dan wafat Yesus. Ibadat Jumat Agung terdiri dari tiga bagian, yaitu Liturgi Sabda, Penghormatan Salib, dan Komuni.
Sedangkan Sabtu Suci atau malam Paskah adalah malam suci kebangkitan Tuhan, yang juga merupakan puncak dari rangkaian Tri Hari Suci hingga hari Minggu Paskah. Liturgi Kamis Putih, Jumat Agung, dan malam Paskah tak hanya sebagai perayaan yang terpisah, melainkan ketiganya dipandang sebagai satu misteri keselamatan.