ilustrasi stigma yang ditanggung anak sastra (unsplash.com/Dan Burton)
Mungkin karena sastra merupakan salah satu bidang tersier dan bukannya primer, apresiasi terkait bidang tersebut lumayan minim. Imbasnya kamu yang akan menjadi penulis dengan latar belakang sastra tidak terlalu punya nilai lebih dibandingkan penulis dari latar belakang lain. Mungkin pernyataan tersebut terdengar picik, tapi memangnya kenapa jika kita juga memperhitungkan keuntungan?
Kenapa sastra seakan-akan elit dan bernilai tinggi jika menjadi tumpangan ideologi dan alat pedagogis tetapi menjadi tabu jika jadi komoditas untuk menghidupi pelakunya? Bukankah justru karena pandangan kaku tersebut masyarakat luas merasa tak perlu memberi apresiasi? "Toh pengarang sudah mendapatkan kepuasan tersendiri dalam proses berkaryanya." Gimana perasaan kamu yang sumber pendapatan utamanya dari menulis saat mendengar pemikiran semacam itu?
Secara umum prodi atau jurusan sastra memang bisa memberikan banyak manfaat seperti membuka wawasan baru, memperkaya keterampilan berpikir kritis, memperluas kemampuan analisis sastra, dan memberikan dasar pengetahuan yang luas dalam berbagai tema serta gaya penulisan.
Akan tetapi, jika tujuan utama kamu adalah menjadi seorang penulis yang mendapatkan pemasukan utama dari pekerjaan tersebut, dalam banyak kasus, masuk ke jurusan sastra mungkin tidak memberikan keuntungan langsung atau praktis. Masih tetap ingin kuliah sastra? Maka risetlah secara mendalam karena prodi sastra di tiap-tiap kampus punya kebijakan dan mata kuliah yang berbeda.