Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi side hustle
ilustrasi side hustle (pexels.com/Hanna Pad)

Di era ketika banyak orang mencari cara menambah penghasilan, side hustle menjadi pilihan yang menarik untuk dijalani. Aktivitas ini bukan sekadar pekerjaan sambilan, melainkan bentuk usaha pribadi yang sering kali berawal dari hobi atau keinginan untuk mandiri secara finansial.

Namun, di balik semangat tersebut, tidak sedikit yang akhirnya menyerah sebelum genap satu tahun karena berbagai tantangan yang muncul tanpa diduga. Berikut beberapa alasan mengapa banyak side hustle gagal di tahun pertama yang patut kamu pahami agar tidak mengulang kesalahan serupa.

1. Perencanaan waktu tidak seimbang antara pekerjaan utama dan side hustle

ilustrasi membuat jadwal (pexels.com/cottonbro studio)

Banyak orang memulai side hustle dengan semangat tinggi, tetapi lupa bahwa waktu dan energi yang dimiliki tetap terbatas. Ketika jadwal kerja utama menyita sebagian besar hari, kegiatan tambahan seperti side hustle sering kali dilakukan dengan sisa tenaga. Kondisi ini membuat kualitas pekerjaan menurun, ide sulit berkembang, dan semangat cepat menurun. Akibatnya, bukan hanya side hustle yang terbengkalai, tetapi juga performa di pekerjaan utama ikut terpengaruh.

Selain itu, kurangnya manajemen waktu membuat seseorang tidak punya jeda istirahat yang cukup. Padahal, kelelahan mental dan fisik adalah salah satu faktor utama penyebab burnout. Jika sejak awal tidak ada pembagian waktu yang jelas antara pekerjaan utama, kehidupan pribadi, dan side hustle, maka semua aspek kehidupan bisa saling bertabrakan dan berakhir dengan kegagalan.

2. Tujuan yang kabur dan tidak terukur sejak awal

ilustrasi tujuan (pexels.com/cottonbro studio)

Banyak side hustle gagal karena dijalankan tanpa arah yang jelas. Beberapa orang hanya mengikuti tren atau ingin cepat mendapat hasil tanpa menentukan target yang realistis. Tanpa tujuan konkret, sulit mengukur perkembangan dan mengevaluasi apa yang harus diperbaiki. Lama-lama, motivasi pun memudar karena tidak tahu sedang menuju ke mana.

Menetapkan tujuan tidak berarti harus besar sejak awal, tetapi harus bisa diukur dan masuk akal. Misalnya, menargetkan pelanggan pertama dalam tiga bulan atau mencapai keuntungan tertentu dalam waktu enam bulan. Dengan target yang jelas, setiap langkah akan terasa lebih terarah dan hasilnya lebih mudah dievaluasi. Side hustle yang memiliki fondasi perencanaan seperti ini cenderung lebih tahan lama karena punya panduan yang konkret.

3. Kurang konsistensi dan cepat kehilangan fokus

ilustrasi fokus pada tujuan (pexels.com/Christina Morillo)

Konsistensi adalah kunci dari keberhasilan jangka panjang, tetapi juga bagian yang paling sulit dijaga. Banyak pelaku side hustle yang bersemangat di awal, lalu mulai kehilangan arah ketika hasil belum terlihat. Padahal, butuh waktu dan kesabaran untuk membangun kepercayaan pelanggan serta menemukan ritme kerja yang stabil. Ketidaksabaran inilah yang sering kali membuat seseorang berhenti di tengah jalan.

Di sisi lain, terlalu sering mengganti ide atau konsep usaha juga menjadi bentuk ketidakkonsistenan. Ketika setiap hambatan dianggap tanda bahwa ide awal salah, maka proses belajar justru berhenti di situ. Sebenarnya, setiap kesalahan bisa menjadi bagian dari proses adaptasi yang berharga jika kamu terus fokus dan memperbaikinya perlahan.

4. Tidak memahami nilai diri dan kapasitas pribadi

ilustrasi meningkatkan value diri (pexels.com/Anna Shvets)

Banyak orang memulai side hustle karena ingin mengikuti kesuksesan orang lain tanpa mempertimbangkan kemampuan dan minat pribadi. Akibatnya, pekerjaan tambahan terasa memaksa dan kehilangan makna. Padahal, memahami nilai diri penting agar kamu tahu batas kemampuan, cara bekerja yang paling nyaman, serta jenis pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan karakter.

Kegagalan sering terjadi ketika seseorang meniru cara orang lain tanpa menyesuaikan dengan dirinya sendiri. Misalnya, memulai bisnis online karena terlihat mudah padahal tidak suka interaksi digital. Atau memilih proyek kreatif padahal tidak punya waktu luang yang memadai. Dengan memahami diri, kamu bisa merancang strategi yang realistis dan berkelanjutan tanpa merasa terbebani.

5. Mengabaikan proses belajar dan evaluasi diri

ilustrasi melakukan evaluasi (pexels.com/George Milton)

Salah satu alasan paling umum mengapa side hustle berhenti di tahun pertama adalah karena kurangnya keinginan untuk belajar. Banyak orang menganggap kesalahan sebagai tanda ketidakmampuan, bukan peluang untuk berkembang. Padahal, setiap usaha baru pasti melewati fase uji coba dan kegagalan kecil yang penting untuk membentuk strategi yang lebih baik di masa depan.

Evaluasi diri membantu memahami apa yang berhasil dan apa yang tidak. Dengan rutin merefleksikan langkah yang diambil, kamu bisa memperbaiki arah sebelum terlambat. Selain itu, memperluas wawasan melalui bacaan, kursus singkat, atau berdiskusi dengan pelaku lain bisa membuka cara pandang baru. Orang yang mau belajar biasanya lebih adaptif menghadapi perubahan, dan itu menjadi keunggulan utama dalam mempertahankan side hustle.

Side hustle seharusnya menjadi ruang untuk berkembang, bukan sumber tekanan baru yang menguras energi dan rasa percaya diri. Saat dijalani dengan pemahaman yang matang, usaha kecil ini justru bisa memberi nilai besar bagi hidupmu. Jadi, sudah siapkah kamu memastikan side hustle yang kamu mulai tahun ini tidak bernasib sama seperti yang berhenti di tahun pertama?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAtqo Sy