ilustrasi awan hitam (unsplash.com/Jari Hytönen)
Ucapan saudaranya sama sekali tak dihiraukan. Lebih parahnya lagi, kaum 'Ad menantang Nabi Hud untuk menyegerakan azab yang selama ini telah ia peringatkan kepada mereka. Dalam Surah Al-A'raf ayat 70, mereka berkata,
"Apakah kamu datang kepada kami agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka, datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar." (QS. Al-A’raf, [7]:70).
Bahkan setelah semua perilaku durhaka yang telah ditunjukkan kaum Nabi Hud, Allah masih menahan azabnya yang pedih. Dia hanya menarik sebagian nikmat yang telah diberikan kepada mereka, yakni air.
Diriwayatkan bahwa terjadi kekeringan selama kurang lebih 7 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, hujan sama sekali tidak pernah turun. Alhasil, lahan yang awalnya subur menjadi kering-kerontang.
Hewan-hewan ternak yang mereka pelihara semuanya mati lantaran kehausan. Bahkan, tak sedikit pula anak-anak dan orang-orang tua dari kabilah ini yang tidak mampu bertahan hingga akhirnya meninggal dunia.
Lantas, kaum 'Ad pun bertanya-tanya mengapa bisa terjadi kekeringan. Nabi Hud memberitahu bahwa itu terjadi karena mereka telah membuat Allah murka. Ia kembali mengajak kaumnya untuk bertobat selagi masih ada kesempatan. Lagi-lagi, mereka menolak dan semakin menentang Nabi. Maka, habislah masa penangguhan bagi kaum 'Ad.
Hingga suatu hari, gumpalan awan hitam tampak di langit. Tentu itu membuat kaum 'Ad gembira karena setelah kemarau yang panjang, akhirnya turunlah hujan yang akan membawa kembali kehidupan di tanah mereka. Namun, sedikit mereka ketahui bahwa awan-awan hitam tersebut sebenarnya azab yang telah mereka minta.
"Maka, tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami'. (Bukan!) Bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera, (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya," (QS. Al-Ahqaf, [46]:24–25).
Bersamaan dengan awan hitam itu, berhembus angin yang dingin. Semakin lama, tiupannya semakin kencang. Begitu kencang hingga mampu meluluhlantakkan perkemahan mereka.
Mereka mencoba bersembunyi di dalam tenda dan bangunan-bangunan kokoh yang mereka buat. Namun sayang, itu tiada gunanya. Tubuh mereka yang raksasa sama sekali tiada tandingan dengan kekuatan-Nya. Bahkan, berhala-berhala yang mereka kira akan menjadi penolong malah hancur akibat angin tersebut.
Tanpa ampun, Allah menimpakan azab tersebut kepada mereka selama 7 malam 8 hari. Alhasil, semuanya binasa. Tidak ada yang tersisa, selain rumah-rumah yang dulu telah mereka bangun.
Bagaimana dengan keadaan Nabi Hud AS? Tentu saja, ia dan orang-orang mukmin yang bersamanya mendapat mukjizat dari Allah dengan diselamatkan dari bencana yang begitu menghancurkan tersebut.
"Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus, maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka, kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka." (QS. Al-Haqqah, [69]:6–8).
Dari kisah Nabi Hud AS tadi, bisa kita lihat betapa kerasnya azab Allah bagi orang-orang yang membangkang. Jangan sampai kita berakhir seperti kaum 'Ad dan semoga Allah menjauhkan kita dari sifat sombong, ya! Aamiin yaa Rabbal 'aalamiin.