Ilustrasi perempuan berhijab (Pexels.com/cottonbro studio)
Kisah Nabi Zakaria tak lepas dengan Siti Maryam, ibunda Nabi Isa AS. Pertemuan keduanya bermula ketika ibu Maryam, Hannah binti Faqudz, menginginkan seorang keturunan.
Dirinya kemudian bernazar bahwa jika suatu hari ia mengandung, ia akan menjadikan anaknya sebagai pengabdi di Baitul Maqdis. Berdasarkan Nabi Zakaria AS dan Siti Maryam AS Figur Manusia Unggul oleh Khuzai (2021) dalam Jurnal Dakwah dan Sosial, Hannah berkata,
"Ya Allah, aku bernazar dan akan bersyukur kepada-Mu bila Engkau menganugerahkan anak laki-laki kepadaku, maka anak itu akan aku serahkan ke Baitul Maqdis supaya dia menjadi pelayan dan khadam (pelayan) di sana."
Dalam Khuzai (2021), disebutkan bahwa ibunda Maryam sudah tua dan mandul. Kemungkinan dirinya memiliki anak sangat kecil dan mungkin mustahil. Namun, doa Hannah diperkenankan oleh Allah SWT. Hanya saja, ia dan suaminya, 'Imran—seorang ulama Bani Israil—tidak dikaruniai seorang putra, melainkan seorang anak perempuan.
Hal tersebut seperti yang tercatat dalam Surah Ali 'Imran ayat 36 yang artinya,
"Maka, tatkala istri 'Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.'" (QS. Ali 'Imran, [3]:36).
Awalnya, Hannah merasa sedih karena yang lahir adalah seorang anak perempuan. Meskipun begitu, ia tak lantas mengurungkan niatnya untuk menjadikan Maryam sebagai khadam di Baitul Maqdis.
Setelah melahirkan, Hannah menyelimuti putrinya dengan kain. Ia membawanya ke Baitul Maqdis. Di hadapan para ulama, ia berkata, "Ambillah bayi yang dinazarkan ini." Mendengar itu, semua orang pun berebut untuk mengasuh putri 'Imran tersebut.
Namun, Nabi Zakaria mengatakan bahwa dirinyalah yang lebih berhak jadi wali lantaran istrinya, Isyba'—ada yang menyebutnya sebagai Isya' dan Aisyah—adalah bibi Maryam—ada pula yang meriwayatkan bahwa Isyba' adalah saudari Maryam. Dalam Al-Buruzwi (1996: 248), dikatakan bahwa penentuan hak asuh dilakukan dengan cara pengundian dan Nabi Zakaria yang memenangkannya.
Sejak saat itu, Maryam berada di bawah perawatan Zakaria AS dan istrinya. Walaupun bukan anak kandung, mereka berdua sangat senang akan kehadiran putri 'Imran tersebut dan begitu menyayanginya.
Salah satu bentuk kasih sayang Nabi Zakaria adalah membuatkan ruangan khusus (mihrab) untuk Maryam di Baitul Maqdis. Tidak ada yang bisa memasuki mihrab tersebut selain dirinya. Dalam ruangan tersebut pula, Maryam beribadah dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah.