Talkshow Belajaraya 2023 yang berlangsung di Posbloc Jakarta pada Sabtu (29/7/2023). (youtube.com/Semua Murid Semua Guru)
Nisa Felicia memaparkan bahwa keinginan seseorang untuk belajar dipengaruhi oleh kemampuan dan kemauan. Direktur Eksekutif Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan ini menyampaikan bahwa ada Tes PISA, yakni tes internasional yang dilakukan oleh anak-anak 15 tahun.
"Anak-anak 15 tahun dinilai kemampuan literasi, numerasi, literasi science, dan beberapa kemampuan lain. Belajar di luar sekolah atau setelah lulus, maka kita bicara tentang dua konsep. Satu, self regulated learning dan keduanya, lifelong learning," jelasnya.
Self regulated learning berhubungan dengan kemandirian. Hal ini berhubungan dengan kemampuan literasi, sayangnya masih ada 70 persen anak yang literasinya di bawah standar minimum untuk Indonesia berdasarkan tes PISA.
"Kedua, growth mindset, kemampuan menyadari bahwa kalau saya belajar maka saya bisa. Guru-guru yang galak itu sebenarnya sedang mengasah growth mindset kita untuk percaya bahwa kita bisa. Namun, kurang dari 30 persen yang percaya bahwa kecerdasan bisa dikembangkan. Artinya, 70 persen lebih merasa saya gak bakat. Padahal itu bukan masalah bakat, melainkan kecerdasan yang bisa dilatih," imbuhnya.
Dibandingkan 61 anak dari negara lainnya yang mengikuti tes PISA, anak-anak Indonesia cenderung memiliki self efficacy rendah bahwa mereka bisa berkontribusi pada perubahan. Padahal, konsep diri inilah yang bisa mendorong seseorang untuk belajar sepanjang hayat.
"Learning should be empowering," kata Najeela Shihab.