Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times Xplore/Askara Muda_SMAN 1 Gondangwetan
IDN Times Xplore/Askara Muda_SMAN 1 Gondangwetan

Halo, Sobat Hijau! Kami dari tim Askara Muda dari SMA Negeri 1 Gondangwetan dengan antusias mempersembahkan sebuah karya mading tentang gerakan hijau, energi hijau, serta beberapa langkah kecil yang bisa langsung dipraktikkan mulai dari diri sendiri demi terwujudnya bumi yang berseri.

Tim redaksi kami terdiri dari:

  • Guru pendamping: Dinda Ayu Maulidiya, S.Pd.

  • Ketua : Akhmad Habibi

  • Anggota : Anggi Vania Putri, Arini Maziyatanniswah, Nur Nisa, Shindy Rachel Hashina, Tsaniyah Sinta Billah

Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

IDN Times Xplore/Askara Muda_SMAN 1 Gondangwetan

Bumi dibagi menjadi dua bagian oleh garis imajiner yang disebut garis ekuator atau khatulistiwa. Indonesia terletak di wilayah tersebut, sehingga membuatnya menjadi negara beriklim tropis. Iklim tropis identik dengan curah hujan tinggi dan suhu yang hangat hampir sepanjang tahun. Kondisi ini amat mendukung pertumbuhan hutan hujan tropis yang lebat.

Berdasarkan hasil pemantauan tahunan oleh kementerian kehutanan, menunjukkan bahwa luas hutan di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 95.5 juta hektare atau 51.1℅ dari total daratan. Dari luas hutan tersebut, pernahkah terbesit sebuah pertanyaan di kepala kalian, berapa banyak pohon yang ada di Indonesia? Diambil dari world population review, Indonesia masuk ke dalam peringkat ketujuh dari sepuluh negara dengan jumlah pohon terbanyak, yaitu sebanyak 81 miliar.

Dari puluhan miliar pohon yang ada, kondisi lingkungan seperti sinar matahari, kelembapan, cuaca tentu berganti. Kekurangan air dan nutrisi pada pohon menjadi salah satu faktor rusak dan keringnya daun. Daun yang kering serta telah kehilangan fungsi utamanya tak bisa dipertahankan lagi, sehingga jatuh ke tanah atau tertiup angin. Daun-daun kering yang berguguran tersebut adalah fenomena alami, agar pohon tetap bertahan dan dapat menyebarkan nutrisi ke daun lain.

Tentu tak terhitung jumlah daun kering yang dihasilkan setiap harinya, dan kita pasti pernah menyaksikan sendiri daun-daun kering itu berakhir ke mana—dibakar, atau dibiarkan hingga tanah menimbunnya. Dibakar, memang terlihat menjadi solusi yang sederhana dan efektif. Namun, ada resiko yang bersembunyi di baliknya, asap pembakaran menghasilkan karbon monoksida, formaldehida dan partikel-partikel halus yang dapat menurunkan kualitas udara serta menyebabkan dampak jangka panjang bagi kesehatan.

Selain sampah organik, juga terdapat sampah anorganik. Dalam pengelolaannya, masih penuh tantangan. Dari berpuluh ton sampah yang dihasilkan Indonesia pertahunnya, masih sekitar 40℅ sampah terkelola, sedangkan 60℅ sampah tidak terkelola (SIPSN).

Maka dari itu, perlu penanganan serius seperti mendirikan bank sampah, atau rumah kompos. Teknologi bisa semakin mendukung kedua hal tersebut terwujud, seperti munculnya aplikasi bank sampah, serta penggunaan alat-alat pendukung agar pembuatan kompos dari sampah organik menjadi lebih mudah. Melalui teknologi, para generasi muda dapat berkontribusi secara langsung agar alam menjadi lebih hijau, melalui tindakan kecil seperti memilah jenis sampah, dan menerapkan 3R.

Agar aksi bisa lebih serentak, para generasi muda bisa mengedukasi warga sekolah atau masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang benar. Workshop pembuatan kompos daun kering juga bisa dilakukan agar menghemat pupuk kimia serta memanfaatkan apa yang orang banyak kira itu hanya sampah. Awalnya akan terasa sulit, namun mulai terapkan semua itu dari diri sendiri, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Semuanya untuk bumi, dan nantinya akan kembali pada diri sendiri serta anak-cucu akan merasakan kenikmatan dari jerih payah kita. Karena jika bukan kita yang menjaga kehijauan bumi, lantas, siapa lagi?

Esai: Kesimpulan

IDN Times Xplore/Askara Muda_SMAN 1 Gondangwetan

Indonesia yang terletak di wilayah tropis memiliki kekayaan alam yang besar, yaitu berupa hutan tropis dan jumlah miliaran pohon yang sangat besar. Namun, fenomena alami seperti gugurnya daun kering serta masalah pengelolaan sampah, baik organik maupun anorganik yang tidak terkelola, menjadi tantangan lingkungan yang harus dihadapi. Pembakaran sampah menghasilkan polusi yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, dibutuhkan pengelolaan sampah yang baik dengan melalui edukasi, pemanfaatan teknologi, serta aksi nyata dari generasi muda, seperti mendirikan bank sampah, rumah kompos, dan menerapkan prinsip 3R. Generasi muda memiliki peran besar dalam mengedukasi masyarakat dan memulai perubahan melalui tindakan sederhana seperti memilah sampah dan mengurangi penggunaan bahan kimia. Menjaga bumi adalah tanggung jawab bersama demi menjaga kelestarian bumi untuk masa kini dan masa depan yang lebih hijau dan sehat.

Infografik

IDN Times Xplore/Askara Muda_SMAN 1 Gondangwetan

Infografik ini menjelaskan tentang pengertian, dan upaya gerakan hijau yang semuanya bisa dimulai dari langkah kecil, salah satunya di dunia pendidikan. Jika dilakukan secara konsisten, pintu peluang untuk generasi muda agar peduli pada planetnya semakin terbuka lebar. Hal itu dapat menuntun mereka menjadi pribadi yang lebih hijau—tentu perlu dibantu oleh tokoh lain untuk menambah pengetahuan mereka seputar lingkungan.

Rubrik Diskusi: Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/Askara Muda_SMAN 1 Gondangwetan

Rubrik diskusi ini menjelaskan upaya Pertamina dalam pengelolaan sampah melalui edukasi, teknologi, dan kolaborasi. Berisi fakta penting tentang sampah, langkah kecil yang bisa dilakukan, serta kontribusi Pertamina lewat program WASTECO dan sampah kita yang berhasil mengurangi emisi karbon, mengolah ratusan ribu ton sampah, dan memberi nilai ekonomi bagi masyarakat.

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/Askara Muda_SMAN 1 Gondangwetan

Tim Askara Muda menciptakan poster di balik layar ini untuk menampilkan rangkaian proses kegiatan tim kami dalam mengikuti lomba mading digital ini. Semua diawali dari diskusi, pembagian tugas, pengerjaan mading, hingga pengumpulan karya. Setiap tahap yang kami lakukan membawa pengalaman berharga, hingga akhirnya kami bisa menyelesaikan semua ini dengan sebaik-baiknya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team