IDN Times Xplore/Tim Bimsalabim_SMAN 1 Cibadak
Setiap hari, kami siswa SMAN 1 Cibadak mendapatkan Makanan Bergizi Gratis (MBG). Kami memakannya bersama teman sembari mengobrolkan topik yang seru, tak terasa, tapi hal itu sangat menyenangkan! Namun, setelah kegiatan makan selesai, sering kali masih ada sisa makanan yang terbuang. Ke mana perginya sisa makanan tersebut? Apakah bisa diolah menjadi hal yang lebih bermanfaat?
Kita sering kali menyisakan sampah sisa makanan seperti nasi, sayuran, dan kulit buah, lalu membuangnya begitu saja hingga bercampur dengan sampah lainnya. Padahal, sampah organik seperti sisa makanan itu jika dibiarkan akan menghasilkan bau tidak sedap dan membuat lingkungan belajar menjadi kurang nyaman. Maka mengelolanya dengan baik adalah suatu keharusan! Salah satu caranya adalah dengan mengelola sampah organik menjadi pupuk penghijauan.
Menurut World Health Organization (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan lagi dan dibuang oleh manusia. Nah, Sampah organik adalah jenis sampah yang berasal dari bahan alami dan dapat terurai secara alami, misalnya sisa sayuran, nasi, atau ranting pohon. Jika tidak dikelola dengan baik, sampah organik dapat menimbulkan bau, mengundang lalat, bahkan menyebabkan pencemaran lingkungan sekolah, loh!
Memilah sampah adalah langkah awal yang sangat penting dalam pengelolaan lingkungan sekolah. Dengan memilah, kita memisahkan antara sampah organik dan anorganik sehingga proses daur ulang menjadi lebih mudah. Sampah organik yang terkumpul bisa diolah menjadi pupuk kompos menggunakan metode sederhana, seperti komposter atau lubang biopori. Selain itu, hal ini juga bisa menjadi pijakan kita membuat sekolah menjadi semakin asri dan sejuk!
Loh, kenapa bisa seperti itu? Karena mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos dapat membantu menyuburkan tanah, meningkatkan pertumbuhan tanaman, dan menyehatkan tanaman hingga jauh dari hama penyakit. Jika hal itu terjadi, tanaman-tanaman di SMA Negeri 1 Cibadak bisa menjadi subur, sehat, dan menghasilkan banyak udara segar sehingga proses belajar kita jadi menyenangkan!
Nah, kalau tadi kita sudah tahu bahwa sampah organik bisa diolah jadi pupuk yang menyehatkan tanaman, sekarang coba kita lihat permasalahan yang sering muncul jika sampah itu tidak dikelola. Ternyata, menumpuknya sampah di sekolah sering menjadi masalah besar, bukan hanya membuat bau tidak sedap, tapi juga membuat lingkungan jadi kurang nyaman. Bayangkan saja, kalau sisa nasi, sayuran, atau kulit buah bercampur dengan plastik dan kertas, hasilnya tentu menjadi kotor dan sulit dipilah lagi.
Sekolah memiliki peran yang sangat krusial dalam mengatasi masalah sampah. Sebab, siswa sering menjadi penyumbang terbesar. Sayangnya, perhatian untuk mengelolanya dengan baik masih kurang. Akibatnya, sampah yang menumpuk malah mengganggu kegiatan belajar, dan mencerminkan kalau kesadaran kita dalam menjaga kebersihan masih rendah.
Tapi jangan salah, sekolah bukan hanya jadi penghasil sampah, melainkan juga bisa jadi pusat solusi, loh! Salah satu caranya yaitu dengan mengolah limbah organik yang kita hasilkan setiap hari menjadi pupuk kompos. Bayangkan kalau setiap sisa makanan dari kantin atau bekal bisa diubah jadi pupuk, bukan cuma masalah sampah yang berkurang, tapi juga bisa membuat lingkungan sekolah jadi lebih hijau, sejuk, dan asri.
Selain itu, di SMA Negeri 1 Cibadak, pengelolaan sampah sudah berkaitan dengan adanya program makanan bergizi gratis yang setiap harinya disediakan di sekolah. Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) merupakan program pemerintah untuk menyediakan makanan bergizi gratis kepada para siswa di sekolah setiap hari. Program ini berjalan dengan tujuan, untuk meningkatkan kesehatan siswa, konsentrasi belajar siswa, dan juga mengurangi konsumsi makanan yang kurang bergizi yang biasanya dikonsumsi siswa setiap hari. Hanya saja, kehadiran MBG juga menimbulkan jenis sampah baru berupa sisa makanan dan cangkang buah yang harus dikelola dengan baik agar tidak menumpuk.
“Untuk saat ini, sekolah memang belum memiliki program pengelolaan sampah organik, tetapi sekolah sudah menyediakan fasilitas pemilahan sampah organik, anorganik dan jenis sampah lainnya. Sebenarnya, pengelolaan sampah organik menjadi pupuk kompos merupakan ide yang sangat bagus, hanya saja lahan di sekolah ini tidak luas sehingga pembuatan pupuk kompos memiliki kekurangan jika dilakukan dengan sekala yang besar, yaitu dapat menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga dapat mengganggu aktivitas belajar dan mengajar.” Ujar Kesiswaan SMAN 1 Cibadak.
Dari hasil wawancara dengan pihak kesiswaan, sebenarnya sekolah sudah menyediakan tiga jenis tempat sampah yang berbeda yang di sebar di seluruh sudut sekolah. Namun, untuk pengelolaannya memang belum berjalan jauh karena pengelolaan sampah selama ini lebih banyak ditangani oleh Caraka (petugas kebersihan). Pihak kesiswaan menilai bahwa dengan adanya ide pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos itu ide yang cemerlang, hanya saja kendalanya adalah bau yang ditimbulkan. Jika pupuk organik digunakan dalam jumlah yang besar, dikhawatirkan dapat akan mengganggu konsentrasi siwa saat belajar.
Sementara itu, hasil wawancara dari Caraka menunjukkan bahwa dengan adanya program MBG ini membawa banyak dampak positif. Yaitu, berkurangnya sampah plasik yang biasanya dihasilkan setiap hari karena siswa tidak lagi banyak jajan dengan kemasan sekali pakai. Namun, ada masalah baru lagi, yaitu sampah jenis baru yang dihasilkan seperti cangkang buah dan sisa makanan. Untuk mengatasi ini, dapur MBG telah menyediakan kantong khusus untuk sisa makanan, yang nantinya akan dikembalikan bersamaan dengan tempat makan. Dengan demikian, Caraka bertugas untuk fokus mengelola cangkang buah-buahan dan sebagian sisa jajanan yang masih dihasilkan siswa.
“Kalau siswa bisa bantu memilah dan sedikit saja mengolah sampah jadi kompos, sekolah kita bisa jadi lebih bersih, sampah berkurang, dan tanaman menjadi subur. Jadi walaupun sampah besar tetap kami yang tangani, siswa tetap harus punya kontribusi nyata untuk menjaga lingkungan sekolah,” ujar Pak Ujang, Caraka SMAN 1 Cibadak.
Sebenarnya cara mengolah sampah organik jadi pupuk kompos ini sudah banyak dipraktikkan, loh! Misalnya, ada beberapa sekolah di Indonesia yang sudah menyediakan komposter atau lubang biopori untuk mengolah sisa makanan dari kantin. Hasil komposnya lalu dipakai untuk merawat taman sekolah supaya lebih hijau dan segar. Tidak cuma di sekolah, di beberapa desa juga sudah ada gerakan gotong royong warga untuk mengolah sampah organik, sehingga lingkungan jadi lebih bersih sekaligus menghasilkan pupuk alami yang bermanfaat untuk pertanian.
Jadi, bagaimana bisa ya pupuk kompos bisa memberikan penghijauan pada tanaman? Apa yang membuatnya seperti itu? Pupuk kompos itu sebenarnya jenis pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan karena aktivitas bakteri pembusuk yang terdapat pada bahan organik itu sendiri. Nah, tidak heran jika pupuk kompos sering disebut sebagai pupuk organik. Sebenarnya, proses pelapukan ini secara alamiah terjadi berkat mikroorganisme yang ada di dalam limbah organik itu sendiri, loh! Namun, proses pelapukan alami ini membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan dapat mencapai puluhan tahun. Waktu tersebut dapat diperpendek jika manusia memberikan bantuan melalui cara yang tepat dan mudah dilakukan.
Memang sih, pupuk organik tidak sebanyak pupuk anorganik kalau soal kandungan haranya. Tapi, dengan manfaatnya yang banyak dan cara buatnya yang gampang, sayang sekali kalau kita tidak memanfaatkan sampah organik jadi pupuk kompos. Contoh paling simpel ya dari sisa makanan yang setiap hari kita hasilkan di sekolah.
Caranya gampang banget kok! Pertama, pisahkan dulu sampah organik dari plastik atau sampah anorganik lainnya. Setelah itu, siapkan wadah besar yang ada penutupnya supaya tetap bersih. Masukkan tanah sebagai lapisan dasar lalu siram sedikit air. Nah, berikutnya masukkan sampah organik dan taburi kapur pertanian, ratakan agar tebalnya sama dengan tanah. Siram lagi pakai air yang sudah dicampur larutan EM4 biar proses penguraiannya lebih cepat. Terakhir, tutup dengan tanah, rapatkan penutupnya, dan tunggu sekitar tiga minggu. Hasilnya, sampah tadi sudah berubah jadi pupuk kompos yang siap dipakai!
Kalau kita rutin melakukannya, bau dari tumpukan sampah bisa hilang dan sekolah jadi lebih bersih, hijau, dan asri. Seru, kan? Lebih dari itu, kebiasaan sederhana ini bisa bikin kita jadi generasi yang peduli lingkungan, kreatif, dan mampu mengubah masalah jadi peluang!