Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN TIME EXPLORE/ GREENARIA_SMAN 56 JAKARTA
IDN TIME EXPLORE/ GREENARIA_SMAN 56 JAKARTA

HALLO SAHABAT BUMI!! Kami dari tim Greenaria di SMAN 56 JAKARTA BARAT hadir dengan semangat untuk membahas sebuah fenomena yang dekat dengan kita semua, yaitu Fast Fashion atau pakaian cepat produksi. Di balik baju murah dan tren kekinian yang sering kita buru, ada cerita panjang tentang dampak lingkungan, limbah tekstil, hingga nasib pekerja di balik layar industri modern.

Lewat karya ini, kami ingin mengajak kamu untuk melihat lebih dalam: bagaimana gaya berpakaian kita bisa memengaruhi masa depan Bumi, dan langkah kecil apa yang bisa kita lakukan agar tetap stylish tanpa merusak lingkungan.

Tim Redaksi kami terdiri dari:

  • Guru pendamping: Siti Wahda S.Pd dan Isti'anah Nafisah S.Pd

  • Penulis: Alne Gisya af Ruroh, Nayla Melan Dina

  • Desainer visual: Salwa Anggiliansyah

  • Infografis: Charyn Indah Savitri

  • Rubik pertamina dan foto bercerita: Taura Kanaya

  • Fotografer dan Videografer: Ruth Shayna Siringoringo

Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Time Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyutingan dari redaksi IDN Time.

ESAI: LATAR BELAKANG

IDN TIME EXPLORE/ GREENARIA_SMAN 56 JAKARTA

“Gunung pakaian” di Gurun Atacama, Cile, dan lautan mikroplastik yang tak kasat mata hanyalah sedikit gambaran dari sisi kelam industri fesyen. Di balik rak toko yang memamerkan pakaian kekinian dan feed media sosial yang selalu menampilkan tren terbaru, tersembunyi realitas pahit: fast fashion. Dulu, dunia mode hanya berganti trend 2–4 kali setahun, memberi ruang bagi desainer untuk berkreasi, pekerja untuk beristirahat, dan alam untuk pulih. Kini, ritmenya berubah drastis—koleksi baru bisa muncul tiap minggu, bahkan harian. SHEIN, misalnya, merilis rata-rata 6.000 gaya baru setiap hari. Bukan lagi sekadar mengikuti tren, melainkan menciptakan “rasa ketinggalan” agar konsumen membeli lebih sering.

Permintaan itu bukanlah kebutuhan alami manusia, melainkan manufactured demand—permintaan yang diciptakan oleh model bisnis itu sendiri. Harga super murah, dorongan algoritma, dan pengaruh influencer membuat belanja impulsif terasa wajar. Akibatnya, produksi melonjak, meninggalkan jejak ekologis yang mengkhawatirkan. Menurut UNEP, industri fesyen menyumbang 2–8% emisi gas rumah kaca global, setara dengan gabungan seluruh penerbangan internasional dan pelayaran.

Lebih dari separuh serat tekstil dunia—sekitar 57%—terbuat dari polyester berbahan fosil yang butuh ratusan tahun untuk terurai. Tak hanya itu, sekitar 35% mikroplastik di laut berasal dari air cucian pakaian berbahan sintetis yang kita pakai sehari-hari. Ironisnya, kurang dari 1% pakaian bekas benar-benar didaur ulang menjadi pakaian baru (fiber-to-fiber recycling). Sisanya dibakar, ditimbun, atau dikirim ke negara berkembang sebagai pakaian bekas murah—di mana 40% di antaranya berakhir di TPA atau menumpuk di pantai, seperti yang terjadi di Ghana.

Namun, persoalan ini bukan hanya soal lingkungan. Ada cerita manusia di baliknya. Tragedi Rana Plaza di Bangladesh (2013) menewaskan 1.134 pekerja garmen, membuka mata dunia bahwa harga murah sering dibayar mahal oleh nyawa. Upah minim, lembur ekstrim, dan pabrik yang beroperasi 24 jam adalah wajah nyata rantai pasok fast fashion.

Tak berlebihan bila sampah fesyen disebut sebagai “sampah terbesar kedua yang terlupakan”—bukan karena peringkat resmi, melainkan karena dampaknya yang nyaris tak kita sadari dalam keseharian.

ESAI: KESIMPULAN

IDN TIME EXPLORE/ GREENARIA_SMAN 56 JAKARTA

Industri fast fashion meninggalkan warisan berat bagi bumi dan manusia: emisi gas rumah kaca yang tinggi, tumpukan limbah tekstil, hingga penderitaan buruh garmen yang tak terlihat di balik label harga murah. Namun, masalah ini bukan untuk ditangisi, melainkan untuk dihadapi dengan aksi nyata.

Pemerintah harus memperkuat regulasi agar industri fesyen tak lagi memproduksi berlebihan, sementara perusahaan wajib berkomitmen pada rantai pasok yang etis. Tapi di luar itu, konsumen muda memegang kunci perubahan—dengan kebiasaan belanja yang lebih sadar. Ada banyak cara yang bisa ditempuh: upcycling untuk memberi kehidupan baru pada pakaian tak terpakai, donasi agar baju yang masih layak bisa membantu orang lain, serta thrifting sebagai pilihan ramah lingkungan sekaligus gaya yang unik.

Ketiga langkah ini sederhana, tetapi jika dilakukan bersama, dampaknya akan besar. Dengan kreativitas, solidaritas, dan kesadaran, generasi muda bisa membalik narasi fesyen: dari sumber masalah menjadi solusi.

“Baju lama tak harus jadi sampah—ia bisa jadi berkah, gaya, dan masa depan yang lebih ramah.”

INFOGRAFIK

IDN TIME EXPLORE/ GREENARIA_SMAN 56 JAKARTA

Infografik Fast Fashion: Murah Sekejap, Jejaknya Panjang mengajak kita lebih bijak dalam memilih pakaian agar tidak terjebak dampak buruk industri mode cepat. Produksi pakaian yang super cepat dan murah ini memang mengikuti tren, tapi menimbulkan masalah besar, mulai dari limbah tekstil, emisi gas rumah kaca, hingga kondisi kerja buruh yang tidak layak. Melalui langkah sederhana seperti berpikir sebelum membeli, memilih produk lokal, merawat pakaian, serta menukar atau mendaur ulang, setiap individu bisa berkontribusi mengurangi jejak fast fashion. Dengan kepedulian konsumen dan pilihan yang bijak, masa depan bumi dapat tetap terjaga dan lebih adil bagi semua.

RUBIK DISKUSI: INFOGRAFIK PERTAMINA

IDN TIMES XPLORE/ GREENARIA_SMAN 56 JAKARTA

Infografik Energizing Green Future: Pertamina’s Path to a Cleaner Indonesia menggambarkan komitmen Pertamina dalam mendukung transisi energi hijau dan lingkungan berkelanjutan yang bertujuan untuk mencapai net zero emission pada tahun 2026. Melalui program energi panas bumi, flare gas to power, bioethan, dan sustainable aviation fuel (SAF), Pertamina mendorong pengurangan emisi karbon sekaligus menghadirkan energi ramah lingkungan. Infografis ini juga menekankan urgensi isu iklim global, di mana 75% emisi berasal dari transportasi berbahan bakar fosil, sehingga peran energi bersih menjadi kunci menuju Indonesia bebas emisi di masa depan yang berkelanjutan

RUBIK DISKUSI: INFOGRAFIK PERTAMINA

IDN TIME EXPLORE/ GREENARIA_SMAN 56 JAKARTA

Infografik Langkah Nyata Dukung ESG dan Net Zero Emission 2060 Bersama Pertamina menampilkan gerakan hijau (Green Movement) yang mengajak masyarakat untuk turut serta menjaga bumi. Melalui aksi sederhana seperti mengurangi plastik, hemat energi, menanam pohon, hingga mendukung daur ulang, Pertamina mengajak semua pihak untuk berperan aktif dalam menciptakan lingkungan lestari. Infografis ini menekankan bahwa transisi menuju masa depan hijau bukan hanya tanggung jawab perusahaan, tetapi juga aksi bersama yang dimulai dari kebiasaan sehari-hari.

FOTO BERCERITA 1

IDN TIME EXPLORE/ GREENARIA_SMAN 56 JAKARTA

Awalnya tim kami sempat kebingungan memilih topik yang pas. Sesuai arahan di buklet, kami mencoba mengangkat satu ide yang cukup populer, tapi ternyata belum sepenuhnya jelas dan yakin dengan ide tersebut. Hingga akhirnya saat technical meeting, kami berdiskusi lebih dalam dan memutuskan mengganti topik menjadi fast fashion. Dari situlah perjalanan kami benar-benar dimulai.

FOTO BERCERITA 2

IDN TIME EXPLORE/ GREENARIA_SMAN 56 JAKARTA

Setelah topik ditetapkan, kami terjun dalam riset. Artikel, data, hingga jurnal kami telusuri untuk memahami dampak fast fashion. Semua temuan itu kemudian kami olah menjadi esai, dimulai dari latar belakang hingga esai kesimpulan. Proses tidak berhenti di situ, karena kami juga membawa esai tersebut kepada guru pembimbing untuk mendapat arahan dan revisi agar hasilnya lebih tajam dan memuaskan.

FOTO BERCERITA 3

IDN TIME EXPLORE/ GREENARIA_SMAN 56 JAKARTA

Saat tulisan selesai, kami beralih ke tahap yang lebih visual. Cover mading kami desain agar punya daya tarik sejak pandangan pertama untuk menuju ke esai. Lalu, esai kami alih wahanakan dalam bentuk dalam bentuk infografis supaya pembaca lebih mudah menangkap informasinya serta agar indah. Dan juga kami tampilkan rubik pertamina yang berisi informasi tentang green energy, green enviroment, dan evironmental, sebagai bagian dari diskusi yang lebih luas.

FOTO BERCERITA 4

IDN TIME EXPLORE/ GREENARIA_SMAN 56 JAKARTA

Bagian seru adalah saat ide dituangkan menjadi aksi nyata. dari pakaian bekas, kami menciptakan barang-barang baru yang lebih bermanfaat dan kreatif contohnya adalah membuat totebag dari celana jeans bekas. Proses visual dari esai yang telah kami rancang tadi kami dokumentasikan lewat reels, sebagai cara berbagi cerita dan semangat dengan orang lain. Hingga akhirnya, tibalah saat pengumpulan karya, momen dimana rasa lelah berubah menjadi kebanggaan karena seluruh perjalanan ini berhasil kami tuntaskan bersama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team