IDN Times Xplore/LUXTERRA_SMAN2AMLAPURA
Permasalahan lingkungan hidup menjadi isu global yang semakin kritis dari tahun ke tahun. Bumi kita menghadapi berbagai krisis yang krusial seperti deforestasi, pembakaran serta penumpukan sampah plastik yang mencemari ekosistem. Semua ini terjadi akibat ulah manusia yang mengabaikan kelestarian lingkungan demi kepentingan sendiri. Jika tidak ditanggulangi, krisis lingkungan akan berdampak besar bagi kehidupan manusia, terutama generasi mendatang. Berdasarkan siaran pers Kementerian Kehutanan (Kemenhut), luas lahan kritis yang perlu pemulihan mencapai 12,7 juta hektare. Kemenhut memperkirakan memerlukan hingga 60 tahun untuk memulihkan seluruh lahan kritis dengan kecepatan pemulihan sekitar 232.250 hektare per tahun. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 23 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Rehabilitas Hutan dan Lahan pada tanggal 16 November 2021. Diperlukan rehabilitas hutan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan guna meningkatkan daya dukung, produktivitas dan perannya dalam menjaga sistem penyangga kehidupan. Menurut Indonesia.go.id, akhir tahun 2024 timbunan sampah nasional mencapai 64 juta ton per tahun, dengan sekitar 12% atau 7,68 juta ton merupakan sampah plastik. Indonesia perlu mengembangkan industrialisasi pengelolaan sampah yang terkelola dan efektif demi kelangsungan hidup manusia.
Di tengah situasi ini, generasi muda memiliki peran yang krusial dalam menyelamatkan bumi. Sebagai generasi yang paham akan teknologi, para pemuda menjadi garda terdepan dalam gerakan pelestarian lingkungan. Tercatat pada tahun 2025 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) generasi muda di Indonesia diperkirakan mencapai 64,14 juta jiwa, jumlah ini setara dengan sekitar 23,18% dari total populasi Indonesia. Dengan menyalakan semangat “Eco Warrior Mode: ON,” generasi muda didorong untuk beraksi nyata melawan kerusakan lingkungan melalui dua langkah utama, yaitu edukasi dan teknologi.
Edukasi berperan penting dalam membentuk kesadaran lingkungan sejak dini. Ketika generasi muda memahami pentingnya menjaga bumi, mereka akan termotivasi untuk mengubah gaya hidup dan mengajak orang-orang sekitarnya melakukan hal yang sama. Garden-based learning (konsep sekolah taman), merupakan program taman sekolah meningkatkan “kesadaran lingkungan” siswa sehingga mereka menunjukkan kepedulian dan tindakan seperti daur ulang dan hemat energi. Sementara itu, teknologi menjadi alat yang sangat efektif untuk mempercepat perubahan. Dilansir dari GoodStats, sebanyak 61,65% generasi muda menggunakan internet untuk mengakses informasi/berita. Sekitar 67,65% mengakses media sosial yang menjadi sarana untuk mengedukasi, menginspirasi, sekaligus memfasilitasi aksi nyata mereka.
Tak hanya itu, gaya hidup go green menjadi gerakan penting yang harus terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini tidak hanya menekankan pada pengurangan limbah dan pemanfaatan energi bersih, tetapi juga keterikatan bersama untuk hidup selaras dengan alam. Berdasarkan hasil survei Jajak Pendapat (Jakpat, 2024), 78% generasi z dan milenial di Indonesia tertarik dalam menerapkan zero waste bahkan 16% dari kedua generasi itu sudah berhasil menerapkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan lingkungan merupakan kunci dalam membentuk generasi yang sadar akan tanggung jawab lingkungannya. Salah satu bentuk aksi nyata dapat ditemukan di SMA Negeri 2 Amlapura, tempat kami menuntut ilmu. Di mana sekolah ini menjadi contoh bagaimana edukasi lingkungan tidak hanya diajarkan di ruang kelas, tetapi juga diwujudkan dalam budaya sekolah sehari-hari. Konsep daur ulang, pemilahan sampah, pembuatan eco enzyme dan kompos, sanksi edukatif hingga pemanfaatan teknologi sederhana yang mempermudah aktivitas tersebut. Oleh karena itu, sekolah kami memperoleh juara 1 Wawasan Wiyata Mandala tingkat nasional pada tahun 1997.
Di era digital saat ini, peluang untuk berkontribusi dalam pelestarian lingkungan terbuka lebar. Generasi muda bisa menciptakan komunitas peduli lingkungan di media sosial, membuat konten edukatif tentang pengolahan sampah atau mengembangkan alat teknologi yang ramah lingkungan. Setiap tindakan kecil yang dilakukan secara konsisten dan meluas akan memberi dampak besar terhadap masa depan bumi.
Oleh karena itu, menggabungkan kekuatan edukasi dan teknologi dalam semangat go green adalah langkah strategis dalam membangun generasi muda yang sadar lingkungan. Inilah saat yang tepat bagi generasi muda untuk mengaktifkan peran sebagai eco warrior, pejuang lingkungan masa kini yang tak hanya peka terhadap krisis lingkungan, tetapi juga siap bertindak dan membawa perubahan.