IDN Times Xplore/TIM KAMI_MAN 2 Kota Makassar
"Eh Rian, itu singkok kok banyak banget, emang mau ngapain?" tanya Shifa sambil menunjuk singkok yang tergeletak di mana-mana.
"Eh ini aku lagi eksperimen, mau buat plastik yang bisa larut gitu," jelas Rian sambil memegang singkong tersebut.
"Hah, plastik yang bisa larut? Emang bisa?" Shifa pun mendongak ke arah Rian.
"Bisalah. Namanya juga inovasi."
"Oalah, unik banget yah."
“Dunia bebas polusi plastik bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah komitmen terhadap hidup — sebuah komitmen terhadap generasi mendatang.” – Amit Ray
Seberapa besar sih peran kita dalam membangun generasi emas Indonesia? Apakah kita sudah membuang sampah pada tempatnya? Tapi pernah nggak, teman-teman merasa kalau sekadar membuang sampah pada tempatnya belum cukup? Untuk menyongsong Indonesia Emas 2045, kita perlu melangkah lebih jauh, bukan hanya memperbaiki cara membuang sampah, tapi juga meminimalisir sampah itu sendiri sejak dari sumbernya.
Ada yang mengatakan, “Bukannya sudah ada lembaga yang mengurus sampah?” Itu benar, tapi coba bayangkan jika setidaknya 30% populasi manusia di dunia ini benar-benar berkomitmen untuk mengurangi penggunaan plastik, membatasi konsumsi produk sekali pakai, dan beralih ke gaya hidup minim sampah. Dampaknya akan sangat besar. Bayangkan bagaimana perubahan itu bisa mencegah kasus penumpukan sampah seperti yang terjadi di Kelurahan Antang, Kecamatan Manggala, Sulawesi Selatan.
Di dunia, termasuk Indonesia, jumlah limbah plastik terus meningkat setiap tahunnya, sementara target Indonesia Emas 2045 semakin dekat. Peningkatan ini merupakan akibat dari penggunaan plastik yang telah melekat pada kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari kantong belanja sekali pakai hingga kemasan makanan. Sayangnya, sebagian besar limbah plastik ini tidak dikelola dengan baik. Banyak yang akhirnya berakhir di lingkungan terbuka, tersapu air hujan, dan terbawa ke saluran air maupun sungai. Proses inilah yang menyebabkan limbah plastik bermuara ke laut, menambah jutaan ton sampah yang mencemari perairan dunia setiap tahunnya. Bahkan sebagian sampah terbawa arus hingga melintasi batas laut, mengganggu ekosistem di wilayah lain dan memperburuk kondisi lingkungan secara global.
Menurut data dari Brittany Ferries, menunjukkan bahwa pada tahun 2024 saja, diperkirakan 220 juta ton limbah plastik dihasilkan secara global, dengan rata-rata 28 kg per orang. Dari jumlah fantastis ini, sekitar 69,5 juta ton dikelola dengan buruk dan berakhir mencemari lingkungan, termasuk lautan kita. Bahkan tanah air kita, yaitu Indonesia menduduki posisi kedua di atas Filipina dengan jumlah sebesar 3,02 juta ton pada tahun 2025. Oleh karena itu, strategi paling bijak persiapan untuk menuju Indonesia Emas tahun 2045, bukan hanya mengelola sampah yang sudah ada, tapi mencegahnya sejak awal melalui prinsip reduce, reuse, recycle dengan melibatkan pemerintah daerah, produsen, komunitas, hingga sekolah.