Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
GGOGH SMAS Yadika 11 Jatirangga
GGOGH SMAS Yadika 11 Jatirangga

Halo, Guys! Kami dari tim Go Green Or Go Home dari SMA Yadika 11 Jatirangga dengan ini kami mempersembahkan karya kami yang membahan tentang seberapa pentingnya menjaga lingkungan dengan menerapkan 3R. Reduce, Reuse, Recycle. Dengan Setiap aksi kecilmu punya dampak besar buat bumi.

Tim redaksi kami terdiri dari:

  • Guru Pendamping: Mayang Puspitasari, S.Sn

  • Penulis: Kania Eleanora Y, Alicia Giselle

  • Desainer Visual: Djabal Haffar Qani Ramadhan

  • Fotografer: Djabal Haffar Qani Ramadhan

  • Videografer: Abrar Saka Sanjaya

Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

GGOGH SMAS Yadika 11 Jatirangga

Muda Beraksi!, Selamatkan Bumi Lewat Edukasi dan Teknologi.

Masalah sampah di Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan. Menurut data terbaru per April 2025, tercatat 39,91% sampah di Indonesia tidak terkelola dengan baik. Angka ini setara dengan 13,417 juta ton sampah per tahun yang masih menumpuk, mencemari lingkungan, dan menimbulkan masalah kesehatan. Padahal pemerintah sudah menargetkan pengurangan sampah hingga 30% dan pengelolaan layak sebesar 70% pada tahun yang sama. Fakta ini menunjukkan bahwa masalah sampah bukan sekadar urusan pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama, khususnya generasi muda yang memiliki semangat, kreativitas, serta akses terhadap teknologi.

Salah satu contoh nyata dari upaya pengelolaan sampah yang bisa menjadi inspirasi adalah program “Sumpah Beruang” di Kabupaten Banyumas. Program ini mengubah sampah menjadi uang, sehingga memberi motivasi kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Di sinilah letak kunci keberhasilan: mengelola sampah dengan pendekatan edukasi, inovasi, serta menjadikannya sumber pendapatan yang bermanfaat.

Edukasi sebagai Pondasi

Pengelolaan sampah bukan hanya sekadar mengumpulkan dan memproses limbah, tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat. Kelompok swadaya masyarakat di Banyumas membuktikan hal itu. Mereka tidak hanya mengelola sampah, melainkan juga mendidik warga tentang pentingnya memilah antara sampah organik dan anorganik. Dari hasil pemilahan tersebut, lahirlah pendapatan signifikan, misalnya melalui penjualan maggot yang dihasilkan dari pengolahan sisa makanan. Maggot ini kemudian digunakan sebagai pakan ternak. Sementara plastik yang tidak dapat dipakai lagi diolah menjadi bahan bakar alternatif.

Edukasi mengenai manajemen sampah membuat masyarakat lebih sadar bahwa sampah bukanlah sekadar masalah, melainkan peluang. Anak-anak muda juga bisa terlibat melalui kegiatan di sekolah, komunitas, maupun organisasi lingkungan. Contoh sederhana adalah praktik membuat ecobrik dengan memanfaatkan botol bekas yang diisi sampah plastik. Ecobrik dapat dijadikan pot tanaman, kursi, bahkan bahan bangunan sederhana. Menurut Russel Maier, ecobrik bukan hanya mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA, tetapi juga mencegah pencemaran tanah dan air, serta mengurangi emisi karbon.

Teknologi sebagai Solusi

Selain edukasi, penggunaan teknologi juga memegang peranan penting dalam mengatasi darurat sampah. Banyumas kembali menjadi pelopor melalui pengolahan sampah berbasis teknologi. Sampah organik dikelola menggunakan maggot, sementara sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang diproses menjadi bahan bakar. Teknologi ini menunjukkan bahwa limbah yang dianggap tidak berguna ternyata bisa diolah menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.

Generasi muda memiliki keunggulan dalam mengakses dan menguasai teknologi. Pemanfaatan teknologi sederhana seperti pembuatan eco-enzyme dari sampah organik bisa menjadi langkah awal. Eco-enzyme dapat digunakan sebagai pupuk cair, sabun alami, hingga pembersih rumah tangga. Dari sisi limbah minyak goreng, teknologi sederhana bisa mengubah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi ramah lingkungan atau eco-candle.

Tidak berhenti di situ, kreativitas generasi muda juga melahirkan eco-craft, yaitu keterampilan mengolah kantong plastik bekas menjadi produk bernilai seperti dompet, tas, atau gantungan kunci. Melalui pendampingan digital marketing, produk-produk tersebut bahkan bisa dipasarkan lebih luas, memberikan nilai tambah ekonomi sekaligus mengurangi sampah plastik.

Aksi Nyata Generasi Muda

Tema “Muda Beraksi!” bukan hanya sekadar slogan, melainkan ajakan nyata untuk bertindak. Generasi muda memiliki energi, kreativitas, dan akses ke media sosial yang bisa digunakan untuk kampanye peduli lingkungan. Melalui Eco Fest misalnya, anak-anak muda dapat menggelar pameran produk daur ulang, talkshow edukatif, hingga kampanye ramah lingkungan. Acara semacam ini tidak hanya menjadi wadah kreativitas, tetapi juga media untuk menginspirasi masyarakat luas.

Lebih dari itu, keberlanjutan program juga harus direncanakan dengan matang. Misalnya melalui evaluasi berkala, penyusunan laporan, hingga sosialisasi hasil kegiatan. Dengan begitu, program tidak berhenti hanya sebagai proyek jangka pendek, tetapi benar-benar memberi dampak jangka panjang terhadap lingkungan.

3R: Pilar Utama dalam Gerakan Anak Muda

Gerakan pengelolaan sampah berfokus pada prinsip 3R: Reduce,

Reuse, Recycle, Reduce berarti mengurangi jumlah sampah sejak awal, misalnya dengan membawa botol minum sendiri, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, atau memilih produk yang lebih tahan lama. Reuse berarti menggunakan kembali barang-barang yang masih layak pakai, contohnya menjadikan botol bekas sebagai pot tanaman. Sedangkan Recycle adalah mendaur ulang sampah agar menjadi produk baru yang bermanfaat.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, generasi muda bisa memulai langkah kecil dengan mengubah kebiasaan konsumsi. Membatasi penggunaan plastik, membawa tas belanja sendiri, serta memanfaatkan kembali barang-barang yang ada di rumah adalah aksi nyata yang sederhana tetapi berdampak besar.

Darurat sampah adalah persoalan nyata yang tidak bisa lagi ditunda penanganannya. Namun, seperti yang telah ditunjukkan di Banyumas, masalah ini bisa diatasi jika dikelola dengan baik melalui edukasi, teknologi, dan partisipasi masyarakat. Generasi muda memegang peran penting sebagai motor penggerak perubahan.

Dengan semangat “Muda Beraksi!”, kita tidak hanya menyelamatkan bumi dari timbunan sampah, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru, menciptakan inovasi ramah lingkungan, serta menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa bumi adalah rumah bersama yang harus dijaga. Kini saatnya generasi muda mengambil langkah nyata dari memilah sampah, memanfaatkan teknologi, hingga menyebarkan edukasi untuk mewujudkan masa depan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.

Esai: Kesimpulan

GGOGH SMAS Yadika 11 Jatirangga

Masalah sampah di Indonesia merupakan tantangan besar yang tidak dapat diselesaikan hanya oleh pemerintah, melainkan membutuhkan keterlibatan aktif seluruh masyarakat, khususnya generasi muda. Program “Sumpah Beruang” di Banyumas membuktikan bahwa sampah bisa menjadi sumber manfaat jika dikelola dengan baik melalui edukasi, inovasi, dan teknologi.

Edukasi menjadi pondasi utama dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat, sedangkan teknologi menghadirkan solusi konkret untuk mengolah sampah organik maupun anorganik menjadi produk bernilai ekonomi. Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) menjadi pilar penting yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Generasi muda dengan kreativitas, energi, dan kemampuan adaptasi teknologi memiliki peran strategis dalam menciptakan perubahan. Melalui aksi nyata seperti eco-enzyme, eco-craft, ecobrik, hingga kampanye Eco Fest, anak-anak muda dapat menjadi motor penggerak untuk mewujudkan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.

Dengan semangat “Muda Beraksi!”, upaya penyelamatan bumi bukan hanya slogan, melainkan langkah nyata yang membuka jalan menuju masa depan yang lebih hijau dan ramah lingkungan.

Infografik

GGOGH SMAS Yadika 11 Jatirangga

Infografik Eco-Warrior Mode: ON!

Kenali, Cegah, Atasi Krisis Bumi
Infografik ini mengajak kita semua untuk lebih peduli pada lingkungan melalui langkah sederhana namun bermakna. Dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), setiap orang bisa mengurangi sampah, menjaga laut dari pencemaran, hingga menciptakan bumi yang lebih hijau.

Melalui gerakan H.A.M.A (Himpunan Aktivis Masyarakat untuk Alam), kita diajak untuk menghentikan penebangan liar, mendorong inovasi energi ramah lingkungan, mengelola sampah dengan bijak, dan mengakhiri penggunaan bahan kimia berbahaya.

Setiap aksi kecil, mulai dari menanam pohon hingga mengurangi plastik sekali pakai, merupakan kontribusi nyata untuk menyelamatkan bumi. Bersama kita mari wujudkan masa depan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Rubrik Diskusi: Infografik Pertamina

GGOGH SMAS Yadika 11 Jatirangga

Infografik Energizing Green Future

Infografik ini menghadirkan gambaran singkat tentang upaya Pertamina dalam mendukung transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan. Mulai dari program Desa Energi Berdikari, penghijauan untuk pengurangan emisi karbon, hingga pengelolaan limbah melalui daur ulang dan inovasi maggot, semua langkah ini bertujuan menjaga bumi tetap lestari.

Tak hanya itu, Pertamina juga meluncurkan Green Energy Station sebagai bentuk komitmen menekan emisi gas karbon dengan menyediakan energi ramah lingkungan. Melalui visual informatif ini, pembaca diajak untuk memahami sekaligus berperan aktif dalam mendukung gerakan keberlanjutan demi masa depan bumi yang lebih hijau dan sehat.

Foto Bercerita

GGOGH SMAS Yadika 11 Jatirangga

Melalui Foto Bercerita ini, tim Go Green Or Go Home ingin menunjukkan bahwa menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan bisa dimulai dari langkah sederhana. Mulai dari membuang sampah pada tempatnya, mengurangi plastik sekali pakai, hingga menjaga area sekolah tetap hijau—semua berawal dari kesadaran kecil yang membawa dampak besar.

Setiap foto menjadi saksi semangat kebersamaan, tanggung jawab, dan rasa peduli yang tumbuh dalam diri kami. Dengan aksi nyata, tim Go Green Or Go Home percaya bahwa bumi bisa tetap lestari jika kita semua ikut andil. Mari bersama wujudkan masa depan yang lebih hijau, karena pilihan kita hanya dua: Go Green Or Go Home!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team