Hai teman-teman perkenalkan kami dari 𝘁𝗶𝗺 𝘀𝗶𝗴𝗺𝗮 𝘀𝗺𝗮𝗻𝗱𝗮 𝗹𝘂𝗯𝗮𝘀 yang sedang mengikuti perlombaan Mading dari idn times dengan mengangkat tema eco warior sesuai dengan permasalahan yang ada di bumi kita saat ini. melalui foto bercerita kami ingin memperlihatkan proses proses selama pembuatan Mading dari tim sigma ini. Kami memulai pembuatan Mading ini dengan berunding mengenai tema apa yang akan kami angkat, setelah kami menemukan temanya kami membagi tugas ke anggota tim kami sesuai dengan Job nya masing-masing. kami membuat Mading ini di sela sela waktu sekolah kami, namun berkat kerja sama kami yang baik dan tentunya bimbingan dari guru pembina kami, kami bisa membuat Mading ini dengan bagus dan tepat waktu. tujuan kami membuat Mading ini agar dapat memberikan edukasi kepada khalayak umum mengenai eco warior sesuai dengan tema Mading kami agar orang-orang dapat mengetahui apa sih itu eco warior. Harapan kami melalui Mading ini, semoga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai eco warior sehingga masyarakat bisa memberikan pengaruh kepada bumi kita, Agra bumi kita dapat menjadi lebih asri dan nyaman untuk ditinggali.
[MADING] Kompos: Kecil Aksinya, Besar Dampaknya

Esai: Latar Belakang
Judul: Kompos: Inovasi Muda dalam Edukasi dan Teknologi untuk Menyelamatkan Bumi
Generasi muda saat ini berada di garis depan dalam menghadapi krisis lingkungan, dan aksi nyata mereka sangat dinantikan. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi adalah sampah organik, yang menyumbang sekitar 60% dari total timbunan sampah di Indonesia (Kementerian LHK, 2021). Sampah organik yang dibiarkan menumpuk di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) akan terurai secara anaerob dan menghasilkan gas metana (CH4), yang potensi pemanasan globalnya 28-34 kali lebih besar daripada karbon dioksida (CO2) dalam jangka 100 tahun (IPCC, 2022). Di sinilah peran vital kompos hadir sebagai solusi yang nyata, sederhana, dan berdampak besar. Melalui pendekatan edukasi dan pemanfaatan teknologi, kaum muda bukan hanya menjadi agen perubahan tetapi juga inovator yang mengubah limbah menjadi berkah untuk menyelamatkan bumi.
Edukasi menjadi pondasi utama dalam membangun kesadaran dan memobilisasi aksi kolektif. Banyak kalangan, termasuk remaja, yang belum sepenuhnya memahami dampak negatif sampah organik yang tidak dikelola dan manfaat luar biasa dari pengomposan. Edukasi yang efektif harus bersifat aplikatif dan menyentuh kehidupan sehari-hari. Sekolah dan perguruan tinggi memainkan peran krusial sebagai pusat penyebaran ilmu ini. Integrasi materi pengelolaan sampah organik dan praktik pembuatan kompos ke dalam kurikulum, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun melalui kegiatan proyek khusus, dapat menanamkan nilai-nilai lingkungan sejak dini. Pemahaman bahwa kompos tidak hanya mengurangi beban TPA tetapi juga menyuburkan tanah, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, dan meningkatkan penyerapan air tanah, akan memotivasi generasi muda untuk terlibat aktif.
Setelah kesadaran terbentuk melalui edukasi, teknologi menjadi amplifier yang mempercepat dan mempermudah adopsi praktik pengomposan di berbagai kalangan, termasuk di lingkungan perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan. Inovasi teknologi kompos dalam beberapa tahun terakhir telah berkembang pesat, menawarkan solusi yang efisien, higienis, dan user-friendly bagi kaum muda. Teknologi biokonversi menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF) atau maggot menjadi populer karena kemampuannya mencerna sampah organik dengan sangat cepat dan menghasilkan kompos (kasgot) serta protein dari larvanya (Banks et al., 2021). Selain itu, munculnya komposter pintar (smart composter) yang dilengkapi dengan sensor suhu, kelembaban, dan pengaduk otomatis memungkinkan proses pengomposan berjalan optimal dengan perawatan minimal. Aplikasi seluler juga hadir untuk memandu pemula dalam membuat kompos, menghubungkan komunitas, dan bahkan memfasilitasi penjualan kompos hasil produksi. Teknologi ini mendemokratisasikan proses pengomposan, membuatnya menjadi kegiatan yang modern dan sesuai dengan gaya hidup anak muda.
Sinergi antara edukasi dan teknologi ini menciptakan gerakan yang powerful. Komunitas-komunitas muda berbasis lingkungan tumbuh subur, memanfaatkan platform media sosial untuk menyebarkan tutorial, mengadakan webinar, dan menantang teman sebaya untuk berpartisipasi. Mereka tidak hanya berkata-kata tetapi juga menunjukkan hasil nyata. Kompos yang dihasilkan dapat digunakan untuk kegiatan penghijauan, urban farming, atau bahkan memiliki nilai ekonomis. Gerakan ini mentransformasi citra pengomposan dari kegiatan yang kuno dan berbau menjadi sebuah aksi yang cool, tech-savvy, dan penuh kepedulian.
Cara Pengomposan Sederhana di Rumah (Metode Takakura):
1. Siapkan Bahan dan Alat:
· Dua buah wadah (ember atau keranjang) dengan ukuran berbeda sehingga satu dapat masuk ke dalam yang lain dengan celah udara.
· Sekam padi atau serbuk gergaji.
· Kompos jadi atau bio-activator (seperti EM4) sebagai starter.
· Sampah organik rumah tangga (sisa buah, sayur, kulit telur, daun kering). Hindari daging, tulang, dan lemak.
2. Langkah Pembuatan:
· Lubangi wadah bagian dalam di sekeliling sisinya untuk sirkulasi udara.
· Letakkan wadah yang lebih kecil ke dalam wadah yang lebih besar.
· Pada dasar wadah bagian dalam, buat lapisan pertama dari sekam padi/serbuk gergaji yang telah dicampur dengan kompos starter.
· Setiap hari, masukkan sampah organik ke dalam wadah, lalu tutupi dengan campuran sekam dan starter secara tipis-tipis untuk menghindari bau dan lalat.
· Aduk secara berkala setiap 2-3 hari sekali untuk memasukkan oksigen.
· Dalam waktu 2-4 minggu, kompos sudah jadi, ditandai dengan tekstur remah, berwarna coklat kehitaman, dan tidak berbau.
Efek: Metode ini sangat efektif, tidak memakan tempat, dan tidak menimbulkan bau, sehingga cocok untuk dilakukan di dapur atau balkon rumah. Efeknya langsung terasa pengurangan volume sampah rumah tangga hingga 50% dan menghasilkan pupuk organik gratis untuk tanaman.
Contoh Kegiatan di SMA Negeri 2 Lubuk Basung: Sebagai bentuk nyata dari edukasi dan aksi lingkungan,SMA Negeri 2 Lubuk Basung pernah mengadakan “Proyek Kompos Hijaukan Sekolah”. Dalam kegiatan ini, siswa-siswa dari organisasi OSIS dan Pramuka dikumpulkan untuk mendapatkan pelatihan singkat tentang pentingnya pengomposan dan teknik pembuatannya menggunakan komposter sederhana yang terbuat dari drum bekas. Mereka kemudian secara bergiliran bertugas untuk mengumpulkan sampah organik dari kantin sekolah (seperti sisa sayuran, kulit buah, dan daun-daun kering) untuk dimasukkan ke dalam komposter. Hasil kompos yang telah matang kemudian digunakan untuk memupuk tanaman di taman sekolah, kebun herbal, dan pembibitan pohon. Kegiatan ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang dibuang ke lingkungan tetapi juga menjadi media pembelajaran biologi dan prakarya yang sangat berharga, sekaligus menghijaukan area sekolah mereka sendiri.
Daftar Pustaka:
Banks, I. J., Gibson, W. T., & Cameron, M. M. (2021). Growth rates of black soldier fly larvae fed on fresh human faeces and their implication for improving sanitation. Journal of Insects as Food and Feed, 7(4), 501-510. (DOI: 10.3920/JIFF2020.0085)
IPCC. (2022). Climate Change 2022: Impacts, Adaptation and Vulnerability. Contribution of Working Group II to the Sixth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge University Press. (Bab 5: Food, Fibre, and other Ecosystem Products).
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (2021). Laporan Kinerja Tahun 2021. Jakarta: KLHK.
Esai: Kesimpulan
Generasi muda memiliki peranan penting sebagai garda terdepan dalam menangani krisis lingkungan yang selalu menjadi pembicaraan utama di generasi saat ini terutama permasalahan sampah organik yang menjadi penyumbang sampah terbesar di indonesia, jika kita tidak menanggulangi nya sedari dini sampah tersebut dapat menjadi senjata yang dapat mengancam keberlangsungan lingkungan negeri ini, oleh karena kaula muda memiliki peranan penting sebagai pioneer penggerak maupun inovator yang akan mengubah limbah menjadi berkah demi menyelamatkan keberlangsungan bumi kita ini.
Melalui aksi-aksi kecil seperti pengomposan sederhana hingga proyek proyek tahunan sekolah, para generasi muda dapat memiliki kesempatan dalam mengambil tanggung jawab serta mengajak khalayak ramai bahwa menyelamatkan bumi tidak selalu membutuhkan langkah yang besar, melainkan keberanian untuk memulai dengan kunci konsisten dalam setiap langkah untuk menjaga keberlangsungan hidup. setiap kompos merupakan simbol perubahan nyata untuk meningkatkan kualitas tanah sekaligus menumbuhkan harapan bagi masa depan bumi. Tugas ini harus di jalankan dengan ketulusan, kreativitas dan solidaritas lintas generasi sekaligus optimisme bahwa masa depan yang asri masih dapat di wujudkan, dimulai dari kita, generasi muda.
Infografik
KOMPOS: DARI SISA DAPUR JADI PANGAN ALAM
Pernah bayangin gak sih, kalau sisa makanan dan sampah dapur yang biasanya kita buang ternyata bisa jadi penyubur tanaman? Lewat kompos, kita bisa ubah kulit buah, sayuran, dan sisa organik lainnya jadi pupuk alami yang penuh manfaat. Kompos bisa menyuburkan tanah, bikin tanaman tumbuh lebih sehat, sekaligus membantu mengurangi tumpukan sampah rumah tangga. Jadi, daripada sampah menumpuk dan mencemari lingkungan, yuk mulai langkah kecil dari rumah dengan mengomposkan sisa makanan. Ingat, yang biasanya dianggap sampah ternyata bisa jadi solusi keren buat bumi kita!
Rubrik Diskus
Poster ini berjudul “Langkah Nyata Pertamina Menuju Energi Bersih dan Masa Depan Hijau”. Isinya menampilkan komitmen Pertamina dalam mengembangkan energi terbarukan seperti biofuel, panas bumi, dan tenaga surya, sekaligus mengedukasi masyarakat tentang hemat energi dan pengurangan emisi. Selain itu, Pertamina juga memiliki berbagai program ramah lingkungan seperti Green Refinery Project, EcoRun, dan Pertamina Green Energy Station.
Selain menunjukkan peran Pertamina, poster ini juga mengajak masyarakat untuk ikut berkontribusi menjaga lingkungan dengan cara sederhana, seperti menggunakan transportasi umum atau kendaraan listrik, menghemat energi di rumah, dan mengurangi plastik sekali pakai. Pertamina mencatat produksi biofuel meningkat 35% demi energi yang lebih bersih, sekaligus memperkuat pesan bahwa perubahan nyata dimulai dari langkah kecil.
Foto Bercerita
Hai teman-teman perkenalkan kami dari tim sigma smanda lubas yang sedang mengikuti perlombaan Mading dari idn times dengan mengangkat tema eco warior sesuai dengan permasalahan yang ada di bumi kita saat ini. melalui foto bercerita kami ingin memperlihatkan proses proses selama pembuatan Mading dari tim sigma ini. Kami memulai pembuatan Mading ini dengan berunding mengenai tema apa yang akan kami angkat, setelah kami menemukan temanya kami membagi tugas ke anggota tim kami sesuai dengan Job nya masing-masing.
Foto Bercerita
kami membuat Mading ini di sela sela waktu sekolah kami, namun berkat kerja sama kami yang baik dan tentunya bimbingan dari guru pembina kami, kami bisa membuat Mading ini dengan bagus dan tepat waktu. tujuan kami membuat Mading ini agar dapat memberikan edukasi kepada khalayak umum mengenai eco warior sesuai dengan tema Mading kami agar orang-orang dapat mengetahui apa sih itu eco warior. Harapan kami melalui Mading ini, semoga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai eco warior sehingga masyarakat bisa memberikan pengaruh kepada bumi kita, Agra bumi kita dapat menjadi lebih asri dan nyaman untuk ditinggali.
Sekian kata-kata dari kami, teman-teman. Menurut kami, Mading bukan hanya menjadi media hiburan, akan tetapi Mading juga bisa menjadi media edukasi yang dapat memberikan efek positif untuk kita. Maka dari itu, kami berharap Mading ini dapat memberikan efek positif tersebut, baik untuk sekolah maupun untuk masyarakat.
Dengan adanya Mading, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang berbagai isu penting, seperti pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan sosial. Selain itu, Mading juga dapat menjadi wadah bagi siswa untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan menulis, sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan positif di lingkungan sekitar.
Kami juga berharap Mading dapat menjadi jembatan antara sekolah dan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan hubungan yang harmonis dan saling mendukung. Dengan demikian, Mading tidak hanya menjadi media informasi, tetapi juga menjadi media yang dapat membawa dampak positif bagi kemajuan dan perkembangan masyarakat.
Melalui Mading, kami ingin mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun kesadaran dan kepedulian terhadap isu-isu penting yang ada di sekitar kita. Semoga Mading ini dapat menjadi salah satu langkah kecil yang membawa dampak besar bagi kebaikan bersama.