IDN Times Xplore/Trispective_SMA NEGERI 2 CIANJUR
Pagi hari di sekolah selalu terasa segar, suasana masih dingin karena embun, suara siswa yang ramai berpadu dengan suara burung yang berkicau. Namun, pemandangan itu tak selalu begitu indah. Banyak bungkus plastik minuman yang tertinggal di kantin atau botol kosong yang berceceran di tangga. Kelihatan kecil, tapi hal-hal semacam ini mengingatkan kita bahwa masalah sampah masih jadi tantangan besar, bahkan di lingkungan pendidikan.
Meski begitu, semakin banyak orang, terutama generasi muda, mulai peduli terhadap lingkungan. Survei online oleh Pusat Sains Keanekaragaman Hayati Laut pada Oktober 2024 menunjukkan bahwa 84% penduduk Indonesia pernah menggunakan produk yang ramah lingkungan. Produk ini beragam, mulai dari kemasan dari singkong, tas belanja yang bisa digunakan berulang kali, hingga alat makan yang bisa dipakai berulang. Perubahan gaya hidup juga terlihat, seperti pola makan nabati yang lebih ramah lingkungan, atau beralih ke perangkat yang hemat energi.
Fenomena ini juga terjadi di tingkat global.
Pada Januari 2025, data oleh TheRoundup.org, Arabella Ruiz, menunjukkan bahwa produk berkelanjutan telah menduduki 17% pasar dunia, dengan pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibanding produk biasa. Tak heran, karena 78% konsumen di seluruh dunia menganggap hal berkelanjutan penting, bahkan sering menjadi alasan utama saat membeli produk. Angka ini menegaskan bahwa peduli lingkungan bukan lagi isu sampingan, tapi sudah jadi bagian dari cara orang berperilaku.
Namun, kesadaran saja tidak cukup. Masih ada tantangan besar, salah satunya adalah harga. Banyak orang merasa produk ramah lingkungan lebih mahal, sehingga tidak semua bisa beralih. Selain itu, kebiasaan juga masih menjadi kendala. Ada yang sudah peduli, tapi masih acuh pada sampah yang tidak ditempatkan tepat. Di sinilah peran sekolah sangat penting, karena pendidikan bukan hanya mengajarkan teori, tapi juga membentuk pola perilaku yang konsisten.
Contoh nyata bisa kita lihat dari survei internal di sekolah kami, SMAN 2 Cianjur. Dari 48 responden, 100% siswa mengaku peduli lingkungan, 91,7% sudah terbiasa membawa tas belanja ulang pakai, dan 89,6% rutin membawa botol minum sendiri. Data ini menunjukkan bahwa kepedulian siswa bukan hanya sekadar pembicaraan, tapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah kecil yang dilakukan siswa ini menjadi bukti bahwa generasi muda mampu memberikan kontribusi nyata kepada bumi.
Kesadaran lingkungan di sekolah adalah awal yang baik. Dari sini, kebiasaan positif bisa terus berkembang ke rumah, ke masyarakat, hingga berdampak pada perubahan global. Sekolah adalah tempat untuk memupuk rasa peduli terhadap lingkungan, karena di sini generasi muda belajar bahwa menjaga bumi bukanlah pilihan, melainkan tanggung jawab bersama.