IDN Times Xplore/Loceana_SMABudiAgung
Apakah ruang hijau di kota masih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, atau justru perlahan menghilang dari pandangan kita? Pada zaman metropolis ini, perkotaan telah ditutupi oleh beton-beton dan gedung-gedung tinggi sebab banyak lahan yang telah dialihfungsikan menjadi perumahan, perkantoran, atau mall. Memang dengan adanya perkembangan ini menunjukkan kemajuan negara dari berbagai aspek, namun di sisi lain banyak lahan hijau yang dikorbankan. Seiring dengan perkembangan ini, jumlah penduduk di perkotaan juga bertambah banyak. Sayangnya, meningkatnya kuantitas penduduk tidak disertai dengan kesadaran akan kebersihan lingkungan. Mungkin sebagian orang menganggap bahwa ini bukanlah suatu hal yang serius.Padahal, kondisi ini semestinya menjadi topik utama permasalahan lingkungan karena selain dapat merusak ekosistem, juga dapat menurunkan kualitas hidup masyarakat.
Tebalnya gas polutan yang terbang bebas tidak dapat diserap oleh pepohonan serta terdapat banyak sampah yang mengganggu pemandangan. Bayangkan selama kita berada di luar rumah, udara yang kita hirup dipenuhi polusi yang disertai dengan pemandangan sampah yang menumpuk. Kondisi ini tidak hanya membuat kita merasa tidak nyaman, tetapi juga dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikologis kita. Lingkungan yang bersih sebenarnya sangat krusial bagi kesehatan masyarakat. Kebersihan lingkungan tidak hanya memberikan kenikmatan visual, tetapi juga membantu sistem tubuh dapat bekerja secara optimal, terutama paru-paru. Hal ini dapat mengurangi risiko terkena gangguan pernapasan. Secara psikologis, lingkungan yang hijau dan bersih dapat menurunkan tingkat stress. Teori Pemulihan Perhatian (Attention Restoration Theory/ART) menyatakan bahwa menghabiskan waktu di alam dapat membantu memulihkan perhatian yang terkuras dan mengurangi kelelahan mental. Meskipun demikian, tidak sedikit masyarakat yang menganggap remeh masalah ini.
Perubahan tidak bisa hanya kita harapkan pada kebijakan pemerintah semata. Kebijakan pemerintah tanpa didukung oleh aksi masyarakat rasanya tidak ada artinya. Gen Z yang lahir dan tumbuh bersamaan dengan perkembangan teknologi, memiliki potensi besar untuk memimpin perubahan menjadi lebih baik. Tidak selalu harus mulai dari proyek yang besar untuk mewujudkan perubahan yang besar, perubahan bisa dimulai dari hal-hal yang kecil, misalnya dari lingkungan sekolah.
Salah satu bukti konkret yang bisa dilakukan adalah melalui program “Kelas Terbersih”. Program ini pada dasarnya adalah gerakan kecil yang mencerminkan prinsip melawan sampah, menjemput hijau. Namun, program ini tidak terhenti hanya di dinding kelas saja.Meskipun terdengar sepele, namun langkah kecil ini pada akhirnya akan membawa pada perubahan yang besar. Dengan menjaga kebersihan kelas, siswa tidak hanya memastikan ruang belajar tetap nyaman, tetapi juga secara aktif mengurangi sampah yang mencemari lingkungan. Setiap sampah yang dibuang pada tempatnya adalah bentuk perlawanan terhadap pencemaran, dan setiap sudut kelas yang hijau serta rapi adalah langkah nyata dalam menjemput masa depan yang lebih sehat. Melalui kebiasaan ini, sekolah menjadi titik awal terbentuknya budaya peduli lingkungan yang dapat dibawa hingga ke masyarakat luas.