IDN Times Xplore/Smansapura4ce6_SMA Negeri 1 Amlapura
Ketika mendengar kata prestasi, kebanyakan orang langsung membayangkan hal-hal besar: juara Olimpiade Sains Nasional, nilai matematika yang sempurna, atau piala dari kejuaraan olahraga. Seolah-olah prestasi hanya identik dengan akademik dan perlombaan. Padahal, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan. Artinya, prestasi tidak melulu soal ranking atau medali, tapi juga tentang kontribusi nyata, sekecil apa pun, yang membawa kebaikan bagi lingkungan sekitar.
Data dari UNICEF (2021) bahkan menekankan bahwa kebersihan lingkungan sekolah punya pengaruh besar pada semangat belajar siswa. Siswa yang belajar di ruang kelas yang bersih terbukti lebih fokus, jarang sakit, dan lebih termotivasi. Jadi, bukankah menjaga kebersihan sekolah juga termasuk prestasi?
Untuk itu sebuah gagasan muncul untuk menyelenggarakan sebuah program unik bernama “Kelas Bersih, Prestasi Berseri”. Program ini sederhana, tapi dampaknya luar biasa. Setiap kelas akan dinilai kebersihannya setiap hari. Jika kelas terlihat rapi, bebas sampah, dan udaranya segar, maka kelas tersebut akan mendapatkan bendera hijau. Sebaliknya, jika kelas berantakan dan sampah berserakan, maka akan mendapatkan bendera merah.
Sistem ini membuat suasana jadi kompetitif sekaligus menyenangkan. Seperti lomba kecil-kecilan yang diikuti semua siswa, tanpa harus memikirkan soal-soal sulit atau strategi olahraga. Yang perlu dilakukan hanya satu: menjaga kebersihan ruang kelas bersama-sama.
Bayangkan, ketika jam pulang sekolah tiba, siswa tidak langsung kabur, melainkan meluangkan waktu 5–10 menit untuk membersihkan meja, mengatur kursi, dan memastikan lantai bebas sampah. Kebiasaan kecil ini ternyata mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab. Bukan hanya tanggung jawab terhadap diri sendiri, tapi juga terhadap teman-teman sekelas.
Menurut data WHO (World Health Organization, 2022), sekitar 400 juta anak di dunia masih belajar di sekolah yang tidak memiliki lingkungan sehat dan bersih. Dampaknya? Tingkat absensi meningkat karena siswa rentan sakit. Dari sini, kita bisa belajar bahwa menjaga kebersihan sekolah bukanlah hal sepele, melainkan investasi bagi kesehatan dan kualitas belajar.
Program bendera hijau dan merah ini pun membawa efek psikologis yang menarik. Kelas yang sering mendapatkan bendera hijau akan merasa bangga, seakan-akan mereka adalah juara kebersihan. Ada semangat kolektif untuk mempertahankan “gelar” tersebut. Sebaliknya, kelas yang sering mendapat bendera merah biasanya akan termotivasi untuk memperbaiki diri. Tidak ada yang mau dikenal sebagai kelas paling kotor, bukan?
Di sinilah letak nilai prestasi yang sebenarnya. Prestasi bukan hanya soal diri sendiri, tapi juga tentang bagaimana kita membawa dampak baik untuk lingkungan sekitar. Seorang siswa yang konsisten menjaga kebersihan kelasnya sesungguhnya sama berharganya dengan siswa yang memenangkan olimpiade. Bedanya, piala kebersihan ini mungkin tidak selalu terlihat, tapi efeknya nyata dirasakan oleh semua orang.
Selain itu, ada dampak lain yang tak kalah penting: tumbuhnya budaya gotong royong. Saat membersihkan kelas, semua siswa akan saling bekerja sama. Ada yang menyapu, ada yang menghapus papan tulis, ada yang mengatur ventilasi agar udara segar masuk. Kerja sama inilah yang menjadikan sekolah sebagai ruang belajar kehidupan. Tujuan pendidikan bukan hanya pintar secara akademik, tapi juga pintar dalam bersosialisasi.