IDN Times Xplore/Tim EcoGenZ_SMKN 25 Jakarta
Bumi menjadi tempat tinggal para makhluk hidup, dan tempat berharga untuk kita. Namun bukannya mendapat kepedulian malah selalu mendapatkan perilaku ketidakpedulian dari manusianya itu sendiri. Dalam blog prcfindonesia.org (2019) disebutkan kerusakan lingkungan di Bumi terus menerus terjadi, mulai dari pencemaran mikro plastik (yang berakibat gangguan pada ekosistem laut, terkontaminasinya lingkungan, dan tercemarnya sumber daya air), pertambangan ilegal, dan deforestasi (penggundulan hutan).
Dilihat dari definisi di atas, jika diamati, sering kali kita melihat lingkungan di sekitar kita yang kumuh karena sampah berserakan, dan manusia seenaknya membuang sampah sembarangan. Contohnya adalah tercemarnya air sungai yang merupakan sumber kehidupan, penangkapan ikan dengan cara pengeboman, dan kebakaran hutan.
Masalah saat ini adalah minimnya kesadaran dan kepedulian terhadap kelestarian Bumi. Ketidakpedulian dan sikap acuh tak acuh masyarakat terhadap lingkungan yang ditinggali akan menyebabkan kerusakan di lingkungan. Dari artikel idntimes.com (2023) diprediksi bahwa cadangan minyak dunia akan habis pada tahun 2052, gas akan habis pada tahun 2060, sedangkan batu bara akan habis pada tahun 2090. Namun, prediksi yang berbahaya ini masih banyak yang belum tahu karena manusia kurang memiliki pemahaman dan edukasi tentang menjaga lingkungan.
Rasa ketidakpedulian yang mendarah daging ditubuh masyarakat memunculkan berbagai macam dampak negatif. Munculnya wabah penyakit yang akan merenggut nyawa makhluk hidup, masalah polusi plastik yang akan membunuh lautan, serta deforestasi yang akan merenggut paru-paru dunia.
Dalam masalah ini, pengetahuan dilingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat memiliki peranan penting dalam beraksi, lewat pengajaran tepat dan terbaik bisa meningkatkan kesadaran cinta Bumi dan menjadi sebuah solusi untuk memberantas masalah lingkungan.
Dengan tema “Muda Beraksi! Selamatkan Bumi lewat Edukasi dan Teknologi” menjadi semangat baru untuk melakukan aksi positif. Program kerja Adiwiyata sebagai contohnya yang mulai dilakukan di lingkungan sekolah, telah memberikan ruang kolaborasi untuk bertindak positif dan mendorong tercipta rasa peduli.
Kegiatan Adiwiyata, kita beraksi dengan merawat taman dilingkungan sekolah, mengolah sampah plastik dan dijadikan kerajinan untuk menghasilkan cuan, menjaga ekosistem ikan, membuat kompos, membasmi jentik, dan membersihkan selokan untuk menghindari banjir.
Dilain sisi terdapat aksi visual lewat majalah dinding untuk disebarluaskan berbagai hal positif agar mempengaruhi masyarakat. Selain disekolah, aksi positif lainnya yang bisa dilakukan yaitu “Plogging” yang bermakna jogging sambil mengumpulkan sampah, berdampak baik untuk menyehatkan tubuh dan juga lingkungannya.
Tidak hanya masyarakat yang wajib untuk berkolaborasi, tetapi dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, bersama Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional pada tanggal 15 Maret 2025 telah menggelar kegiatan “ASTA Aksi Peduli Sampah Nasional di Lingkungan Sekolah dan Kampus”. Acara ini merupakan bentuk nyata kolaborasi lintas sektor dalam mewujudkan Indonesia yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Dengan sama-sama saling peka, sadar, dan beraksi akan menciptakan Bumi yang damai, asri, dan lestari. Sehingga keindahan Bumi kita turut dirasakan oleh generasi mendatang. Karna kalo bukan kita yang beraksi, lalu siapa lagi?.
oleh: Marsha Elvita Margono