IDN Times Xplore/Media Kreatif Di Kiri Jalan_SMA Negeri 1 Klari
Hidup di era modern seringkali terasa seperti berlari tanpa henti, mengejar tren terbaru dan tenggelam dalam lautan konsumsi. Kita membeli, memakai, lalu membuang. Siklus yang seolah tak pernah putus ini menciptakan gunung-gunung sampah yang mengancam keberlanjutan bumi kita. Coba bayangkan jika kita menumpuk sampah atau membuang sampah secara terus menerus, apakah hal tersebut tidak menimbulkan wadah baru untuk munculnya penyakit yang bahkan sangat dikhawatirkan berdampak pada gangguan kesehatan? Melansir dari situs alodokter.com menjelaskan bahwa Selain merusak pemandangan, kebiasaan buang sampah sembarangan juga dapat menimbulkan penyakit. Jika kebiasaan ini dilakukan dalam jangka panjang, dampak buruknya akan lebih luas lagi, yaitu penurunan kualitas hidup manusia.
Di tengah tantangan ini, ada satu pertanyaan mendasar yang seharusnya kita tanyakan yaitu apakah kita sudah berada di jalur yang benar? Konsep P.U.T.A.R: Sekolah Belajar Mengubah Arah hadir sebagai jawaban, sebuah kompas yang menuntun kita untuk memutar haluan dari kebiasaan lama yang merusak menuju masa depan yang lebih bertanggung jawab. P.U.T.A.R (Pilah, Ulang, Tolak, Adaptasi, dan Renungkan) bukan hanya sekadar slogan, melainkan lima prinsip aksi nyata yang saling terhubung. Konsep ini bisa diibaratkan seperti roda yang terus berputar, setiap elemennya saling menggerakkan.
Gerakan ini dimulai dari hal yang paling fundamental, yaitu Pilah sampah. Mungkin ini terdengar sepele, tapi memisahkan sampah organik, anorganik, dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah langkah pertama yang krusial. Ini bukan hanya tentang membuang sampah, melainkan tentang belajar menghargai setiap material yang kita gunakan, memandangnya bukan sebagai "barang buangan" tetapi sebagai sumber daya yang bisa diselamatkan.
Dari sini, langkah berikutnya terasa lebih mudah yaitu Ulang, yaitu menggunakan kembali barang-barang yang masih layak pakai. Baik itu membawa botol minum sendiri, menggunakan tas belanja kain, atau memanfaatkan kembali toples bekas, tindakan ini adalah perlawanan kecil terhadap budaya pakai-buang. Menurut survei yang dilakukan terhadap 308 responden warga SMA Negeri 1 Klari (Pedagang Kantin, Siswa, Guru dan Tenaga Kependidikan) Data survei menunjukkan bahwa kesadaran akan hal ini sudah cukup tinggi. Sebanyak 63% responden sudah membiasakan diri menggunakan botol minum/tumbler setiap hari, sebuah pencapaian yang patut diapresiasi.
Namun, gerakan P.U.T.A.R. tidak berhenti di situ. Kita juga diajarkan untuk memiliki keberanian untuk Tolak. Menolak produk sekali pakai, menolak kemasan berlebihan, dan menolak
kebiasaan yang tidak perlu. Prinsip ini menantang kita untuk menjadi konsumen yang cerdas dan kritis. Tentu, ini tidak mudah, apalagi di tengah gempuran iklan yang mendorong kita untuk terus membeli. Tetapi inilah intinya: keberlanjutan sejati dimulai dari keberanian untuk mengatakan "tidak".
Setelah itu, kita perlu Adaptasi atau mengurangi konsumsi kita secara keseluruhan. Prinsip ini mengajak kita untuk mengevaluasi kembali gaya hidup kita, membedakan antara "kebutuhan" dan "keinginan". Lalu dengan mengurangi jumlah barang yang kita beli, kita secara langsung meminimalkan jejak ekologis dan tekanan terhadap sumber daya alam. Dari sinilah kita melihat celah dari data survei, di mana hanya 40,2% responden yang selalu membawa bekal untuk menghindari sampah kemasan. Ini menunjukkan bahwa meskipun kita sadar, masih banyak ruang untuk perubahan.
Puncak dari semua prinsip ini adalah Renungkan. Ini adalah momen introspeksi, di mana kita kembali merenung dan merefleksikan semua tindakan yang telah kita ambil. Apakah kita sudah cukup konsisten? Apakah ada hal yang bisa kita lakukan lebih baik lagi? Renungan ini penting, karena keberlanjutan bukanlah perlombaan satu kali, melainkan sebuah perjalanan seumur hidup. Refleksi ini juga relevan dengan data survei, di mana sekitar 63% responden mengaku "cukup mengenal" dan ada 6,2% responden “sangat mengenal” konsep P.U.T.A.R ini, sementara sisanya masih belum paham sepenuhnya. Ini mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah kunci, dan P.U.T.A.R harus terus disuarakan agar semua orang bisa menjadi bagian dari perubahan serta jangan remehkan kekuatan langkah kecil kita. Menurut data survei kami, perubahan sejati dimulai dari tanganmu sendiri: bawa botol minum dan bekal, lalu pastikan setiap sampahmu berakhir di tempatnya, terpilah dengan benar. Perubahan ini akan menjadi nyata jika didukung oleh sekolah yang menyediakan fasilitas memadai. Inilah jalan kita untuk menciptakan dampak nyata bagi lingkungan.
Oleh: Anita Azzahra