IDN Times Xplore/Cilpacastra_SMA Negeri 2 Cileungsi
Sampah merupakan sesuatu yang hingga saat ini masih menjadi persoalan besar di Indonesia. Apapun bentuknya, sampah ialah yang dihasilkan dari segala tindakan setiap makhluk hidup yang ada di bumi, terutama manusia. Mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, hingga tidur lagi. Manusia pastinya akan menghasilkan sampah. Dalam usaha bertahan hidup dan memenuhi kebutuhannya, manusia sering kali acuh terhadap aspek kelingkungan yang sudah seharusnya diperhatikan. Dikutip dari Waste Removal USA, secara global rata-rata manusia dapat menghasilkan sampah sekitar 0,74Kg per harinya. Menurut data dari World Bank (2022), dunia menghasilkan lebih dari 2,24 miliar ton sampah padat setiap tahunnya. Angka ini diprediksi akan terus meningkat hingga 3,88 miliar ton pada tahun 2050 apabila tidak ada langkah pengelolaan yang signifikan.
Indonesia sendiri sebagai negara dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, berada di peringkat keempat penyumbang sampah terbesar di dunia. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa Jumlah timbulan sampah Indonesia pada tahun 2016 mencapai 66 juta ton/tahun. Komposisi sampah Indonesia berupa sampah organik (sisa makanan, kayu ranting daun) sebesar 57%, sampah plastik sebesar 16%, sampah kertas 10%, serta lainnya (logam, kain teksil, karet kulit, kaca) 17%. Rata-rata presentase sampah terolah dengan cara pengomposan untuk kota di Indonesia dengan cara sebesar 16,2%, sekitar 11 juta ton/tahun. Kemudian pada tahun 2022, timbulan sampah nasional mencapai 68,5 juta ton per tahun, atau setara dengan 187 ribu ton per hari. Seperti dari beberapa data yang sudah dibuktikkan, kita tahu bahwa masalah sampah bukan hanya isu lokal, tetapi juga masalah nasional yang berpotensi mengancam keberlanjutan lingkungan dan kesehatan masyarakat jika tidak segera diatasi. Namun, apakah sampah-sampah ini akan selalu menjadi beban bagi kita saat ini?
Dibalik permasalahan sampah yang makin serius, tersembunyi peluang untuk berinovasi. Sampah yang selalu menjadi beban dapat diubah menjadi 'senjata' yang akan berguna bagi masa depan. Di Indonesia, berbagai upaya inovasi sampah telah dilakukan, mulai dari metode yang memerlukan teknologi canggih seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), inovasi yang bisa mengubah sampah menjadi bahan bangunan seperti paving block, sampai inovasi yang paling sederhana, Ecobrick.
a. Pembangkit Listril Tenaga Sampah (PLTSa)
Salah satu inovasi sampah yang sedang dikembangkan di Indonesia. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan sampah sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik. Di Indonesia, sudah ada beberapa daerah yang telah mengembangkan PLTSa yaitu Solo, Bekasi, Surabaya, dan Jakarta. Secara sederhana, konsep PLTSa ini adalah dengan menjadikan sampah sebagai bahan bakar utama yang akan menghasilkan panas sehingga dapat menggerakkan turbin pembangkit listrik. Konsep PLTSa sangat cocok diterapkan dan dikembangkan di Indonesia mengingat populasi penduduk yang terus meningkat dan secara otomatis sampah yang dihasilkan pun meningkat.
b. Paving Block
Tidak hanya PLTSa namun terdapat langkah lainnya yang lebih praktis dan sederhana yang juga dapat berkontribusi dalam upaya pengurangan jumlah sampah dan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai. Salah satu contoh nyata pemanfaatan sampah plastik adalah mengolahnya menjadi paving block. Inovasi ini mulai banyak diterapkan di Indonesia, bahkan sejumlah sekolah, komunitas, hingga kelompok masyarakat telah memproduksinya secara mandiri. Proses pembuatannya pun cukup sederhana: plastik bekas dipotong kecil-kecil, dicampur dengan pasir, lalu dipanaskan hingga meleleh. Hasil akhirnya berupa paving block yang tidak hanya kuat dan tahan air, tetapi juga lebih ekonomis dibandingkan dengan paving block konvensional. Menariknya, hasil penelitian menunjukkan bahwa paving block berbahan dasar plastik memiliki daya tahan tekan yang setara, bahkan dalam beberapa kasus lebih unggul daripada produk biasa.
Tak hanya sebagai paving block, plastik bekas juga mulai dimanfaatkan sebagai campuran aspal jalan. Sejak tahun 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Indonesia telah melakukan uji coba dengan menambahkan limbah plastik ke dalam campuran aspal. Hasilnya cukup menggembirakan: jalan yang menggunakan campuran aspal plastik terbukti lebih awet, tidak mudah retak, dan memiliki daya ikat yang lebih baik. Hingga tahun 2022, lebih dari 1.000 kilometer jalan di Indonesia telah memanfaatkan teknologi ini. Jika diterapkan secara luas, inovasi ini tidak hanya membantu mengurangi timbunan sampah plastik, tetapi juga mampu menekan biaya perawatan infrastruktur secara signifikan.
c. Ecobrick
Terdapat pula langkah lain yang jauh lebih praktis dan sederhana yang bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Salah satu contoh yang kini semakin populer adalah pembuatan Ecobrick, yaitu bata ramah lingkungan yang dibuat dari botol plastik bekas yang diisi penuh dengan sampah plastik lalu dipadatkan hingga keras.
Ecobrick hadir sebagai bentuk kreativitas masyarakat dalam mengolah sampah plastik yang jumlahnya terus meningkat. Keunggulan utamanya terletak pada kemampuannya menampung banyak sekali sampah plastik dalam satu botol. Hal ini otomatis mengurangi kebutuhan ruang penyimpanan sampah sekaligus membantu mengurangi beban TPA. Lebih dari sekadar mengelola limbah, Ecobrick juga memberi kesempatan bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam solusi lingkungan, tanpa harus menunggu kebijakan besar dari pemerintah atau industri.
Yang membuat Ecobrick semakin menarik adalah potensi nilai tambah yang dihasilkan. Ecobrick tidak hanya berhenti pada tahap “penampung sampah”, tetapi juga bisa disusun menjadi berbagai produk fungsional maupun karya kreatif. Banyak komunitas di Indonesia telah memanfaatkannya untuk membuat kursi, meja, pagar, bahkan dinding rumah sederhana. Beberapa sekolah juga menjadikan kegiatan membuat Ecobrick sebagai bagian dari kurikulum pendidikan lingkungan, sehingga anak-anak sejak dini diajak untuk peduli pada masalah sampah dengan cara yang menyenangkan.