IDN TIMES Xplore/TeamVianney_SMA Vianney
Halo teman-teman, kami team literat Vianney turut prihatin dengan kondisi bumi yang kian lama, semakin memburuk akibat perbuatan manusia. Kondisi bumi mulai berubah secara bertahap. Kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi, pemanasan global meningkat, lapisan Ozon menipis, pencemaran lingkungan. Kondisi ini mempengaruhi lingkungan dan ekosistem yang berjalan di dalamnya.
Melalui tema “Muda Beraksi! Selamatkan Bumi lewat Edukasi dan Teknologi”, membuka mata kita.
terhadap isu lingkungan yang perlu segera diatasi. Kita memulai kontribusi demi lingkungan yang lebih baik dan lebih sehat.
Pada bulan Agustus, kondisi di area Jakarta dan beberapa daerah mengalami hujan selama berhari-hari. Namun seharusnya, pada jangka bulan April hingga Oktober Indonesia masih dalammusim kemarau. Hal ini menandakan terdapat perubahan iklim.
IDN TIMES Xplore/TeamVianney_SMA Vianney
Berdasarkan teori Sir Gilbert Walker, ”Sirkulasi Walker” yang menjelaskan tekanan atmosfer di Samudera Pasifik, mempengaruhi pola angin dan curah hujan di wilayah yang terdampak monsun. Pada bulan April hingga Oktober, Angin Monsun membawa udara kering yang dibawa dari dataran Australia. Namun karena pemanasan global, peningkatan suhu air laut juga dapat menyebabkan peningkatan intensitas anomali fenomena “El Nino”. Menurut laporan tahunan dari Pusat Informasi Lingkungan Nasional NOAA, tahun 2024 merupakan tahun terhangat sejak pencatatan global dimulai pada tahun 1850.
IDN TIMES Xplore/TeamVianney_SMA Vianney
Manusia bertanggung jawab atas terjadinya pemanasan global. Berdasarkan kutipan yang dilansir dari artikel theguardian.com, 90-100% para pakar ilmu lingkungan setuju manusia bersalah atas pemanasan global. Berikut adalah data penelitian kontribusi manusia tahun 2011 oleh Foster dan Ramstrof dan survei dari para peneliti iklim dan lingkungan tahun 2009
IDN TIMES Xplore/TeamVianney_SMA Vianney
Lantas apa saja kegiatan yang menyebabkan Manusia berkontribusi begitu besar terhadap pemanasan global ?
IDN TIMES Xplore/TeamVianney_SMA Vianney
Produksi Sampah berkontribusi sebesar 15% dalam pemanasan global dilansir dari website resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Mengingat Indonesia merupakan salah satu produsen sampah terbesar dunia hal ini berarti masyarakat Indonesia merupakan pelaku terbanyak dalam produksi sampah yang secara tidak langsung berkontribusi dalam peningkatan pemanasan global.
Berdasarkan data di atas, Indonesia menghasilkan sebesar 65,2 juta ton sampah. Bila kita hitung Σ sampah Indonesia per Σ sampah dunia dikalikan 100% maka sampah Indonesia sekitar 3,24% dari Σ sampah dunia. Peringkat 5 dunia, menunjukkan besarnya pengaruh sampah dari Indonesia. Sampah melepaskan gas CH4 dan CO2 ketika bahan organik terurai di TPA. Dan gas CH4 dan CO2 adalah gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama efek rumah kaca sehingga terjadi pemanasan global.
IDN TIMES Xplore/TeamVianney_SMA Vianney
Berdasarkan data di bawah, karbon dioksida (CO2) mendominasi gas rumah kaca dengan persentase sebesar 80 % dan metana sebesar 20 %. Keduanya merupakan penyumbang gas rumah kaca terbesar.
IDN TIMES Xplore/TeamVianney_SMA Vianney
Selain sampah, menurut data dari ICOX Group, energi merupakan salah satu penyumbang gas rumah kaca yang paling besar dengan persentase 76%, sedangkan agrikultur 12%, industri 5,9%, limbah 3,3%, dan penggunaan lahan 2,8%.
Energi juga menjadi salah satu permasalahan dalam pemanasan global. Terutama energi fosil yang menghasilkan gas rumah kaca seperti CO2 , NOx, SO2 , dan CH₄. Akibat dari energi tidak ramah lingkungan, menghasilkan dampak yang tidak hanya berpengaruh pada lingkungan tetapi juga akan berdampak kepada manusia itu sendiri.
IDN TIMES Xplore/TeamVianney_SMA Vianney
Menurut jurnal Earth.Org, sekitar 82% dari total energi yang digunakan pada tahun 2023 merupakan energi yang tidak terbarukan dalam laporan Energy Institute. Sedangkan pada tahun yang sama, menurut laporan World Meteorological Organization (WMO), konsentrasi rata-rata CO2mencapai 420 ppm (bagian per juta), CH4mencapai 1.934 ppb (bagian per miliar), N2O mencapai 336,9 ppb.
IDN TIMES Xplore/TeamVianney_SMA Vianney
Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca semakin sulit dicegah akibat aktivitas deforestasi. Berdasarkan data yang diambil dari World Resources Institute, pada tahun 2022 dunia kehilangan sekitar 4,12 juta hektar secara total, 3,51 juta hektar non-kebakaran dan 0,59 juta hektar kebakaran secara terpisah. Setiap tumbuhan memiliki daya penyerapan CO2 yang berbeda-beda. Menurut jurnal dari UGM, 1 tanaman lidah mertua dengan 3-4 helai daun dengan luas sekitar 225-270 cm² dapat menyerap konsentrasi rata rata CO2 sebesar 795-867 ppm.
IDN TIMES Xplore/TeamVianney_SMA Vianney
Tumbuhan memiliki proses fotosintesis untuk bertahan hidup, proses ini secara langsung berkontribusi besar dalam mencegah peningkatan gas rumah kaca. Fotosintesis memiliki reaksi terang yaitu, menyerap air menggunakan akarnya, dan menyerap cahaya melalui stomata. Energi cahaya memecah molekul air sehingga menghasilkan O2 untuk dilepaskan, proton dan elektron untuk menghasilkan ATP dan NADPH. Molekul ATP dan NADPH berfungsi untuk mereduksi CO2 yang ditarik oleh stomata bersamaan dengan cahaya yang diserap menjadi glukosa.