IDN Times Xplore/Greenovators_SMA Negeri 5 Semarang
Dari semua jenis sampah, sampah sisa makanan merupakan salah satu jenis sampah yang cenderung paling banyak dihasilkan di lingkungan sekolah. Dikutip dari tempo.com, ”Anggota Komisi bidang Pendidikan DPR Ledia Hanifa Amaliah melakukan peninjauan program makan bergizi gratis (MBG) di Kota Bandung dan Cimahi. Saat peninjauan tersebut, ditemukan beberapa sekolah yang terkendala pengelolaan sampah. Beliau mengatakan, kendala itu terjadi lantaran jumlah produksi sampah dari program MBG tak diikuti dengan sistem pengelolaan sampah yang efektif dan cepat di sekolah.” (Dinda Shabrina, 2025). Bahkan kebijakan pemerintah sendiri pun jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan sampah sisa makanan yang tidak terkendali. Permasalahan serupa juga dapat terjadi pada lingkungan sekolah kami sendiri, yaitu SMA Negeri 5 Semarang, di mana setiap harinya terdapat sampah sisa makanan sebanyak 120 Liter atau setara dengan 1 tong perharinya. Ironinya, limbah organik yang memiliki nilai kandungan bermanfaat tinggi ini justru tidak dapat terkelola dengan tepat.
Namun, upaya untuk mengatasi timbunan sampah ini sering kali justru menimbulkan permasalahan baru yang tidak kalah serius. Alih-alih dikelola dengan tepat, fenomena tidak terkendalinya sampah organik ini pada akhirnya memicu tindakan penyelesaian yang keliru dan justru kontraproduktif, tak jarang sampah tersebut akhirnya dibakar begitu saja. Apakah kalian pernah melihat atau bahkan mencoba untuk membakar semua jenis sampah? membakar sampah termasuk pencemaran lingkungan terutama udara “Pembakaran sampah akan menghasilkan kabut asap yang sangat mengganggu jarak pandang pengguna jalan, serta secara perlahan membunuh mu akibat senyawa yang terkandung yaitu gas formaldehida yang dihasilkan dari pembakaran sampah, sampah dari bahan melamine ketika dibakar dengan oksigen besar mampu mengancam kesehatan manusia.” (Redaksi halosehat, 2025). Pembakaran sampah juga sering diakibatkan oleh lingkungan masyarakat tersebut sendiri “pencemaran udara juga dipengaruhi oleh pembakaran terbuka. Salah satunya, adanya pembakaran sampah yang dilakukan masyarakat hingga konstruksi proyek pembangunan. Kami melihat juga bahwa ini diakibatkan adanya pembakaran terbuka yang dilakukan oleh masyarakat, serta kegiatan konstruksi. Itu kan membuka lahan luas kemudian kalau mereka tidak mengelola, mengendalikan debu-debunya maka akan lepas kan," tutur Rasio.” (IDN Times, 2024)
Teman-teman, bayangkan jika kalian membakar semua jenis sampah secara bersamaan dan dalam jumlah yang tidak sedikit akan menyebabkan masalah kesehatan yang lebih kompleks. Ditambah dengan adanya fakta bahwa asap pembakaran sampah juga menyebabkan penyakit paru-paru seperti bronkitis. ”Salah satu penyebab penyakit bronkitis adalah polusi udara. Di Indonesia terdapat 5,6% atau setara dengan 4,8 juta pasien dengan penyakit pernapasan.” (Alodokter.com dr. Robby Firmansyah, 2025). Untuk mencegah dampak-dampak dari penimbunan limbah makanan, kami memiliki solusi yang dapat kita realisasikan, yaitu membudidayakan maggot yang nantinya akan dimanfaatkan untuk mengelola limbah makanan, serta menghasilkan pupuk dan pakan ikan. Maggot adalah larva dari lalat, terutama dari jenis lalat hitam atau yang dikenal sebagai Black Soldier Fly (BSF). Lalat BSF ini termasuk dalam famili Stratiomyidae dan memiliki siklus hidup yang unik, berawal dari telur, yang menetas menjadi larva atau fase maggot, lalu dalam waktu sekitar 24 minggu, maggot akan berubah menjadi pupa atau kepompong, baru akan menjadi seekor lalat BSF. Pemilihan solusi tersebut sangat tepat, karena SMA Negeri 5 Semarang memiliki budidaya vertikultural, bahkan di kota besar seperti Makassar mendukung budidaya maggot besar-besaran untuk mengatasi limbah organik “Selain Eco Enzyme, Pemkot juga mendorong budidaya maggot sebagai cara memanfaatkan sampah organik. Munafri menyebut langkah ini akan diarahkan menjadi industri skala ekonomi yang lebih besar di masa depan.” (IDN Times, 2025). Maggot memerlukan waktu dari larva untuk menghasilkan kasgot, lalu maggot akan disaring atau diayak untuk mendapatkan kasgot. Kasgot merupakan pupuk organik padat yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan karena mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kasgot, maggot dapat digunakan untuk pakan ikan karena mengandung 30-45% sumber protein hewani tinggi. (Subaima, et al 2010).