IDN Times Xplore/ADIK ADHISWARA - SMK WACHID HASYIM SURABAYA
Esai – POLUSI UDARA DI SURABAYA
Dilansir kompasiana.com dan pusatkrisis.kemkes.go.id, Kota Surabaya sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan serius terkait kualitas udara. Dengan pertumbuhan populasi dan industri yang semakin pesat, polusi udara telah menjadi isu mendesak yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat dan keberlangsungan lingkungan. Data terkini menunjukkan bahwa Indeks Kualitas Udara (AQI) di Surabaya mengalami fluktuasi signifikan. Meski saat ini berada pada kategori sedang, potensi memburuknya kondisi udara selalu ada jika langkah konkret dan berkelanjutan tidak segera dilakukan.
Faktor penyebab polusi udara di Surabaya tidak lepas dari beberapa aspek utama. Pertama, sektor transportasi, terutama peningkatan jumlah kendaraan bermotor, menjadi penyumbang terbesar emisi polutan. Sepeda motor dan mobil yang beroperasi setiap hari menghasilkan gas buang yang mengandung karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), dan partikel halus (PM 2.5 dan PM 10) yang berbahaya bagi kesehatan. Kedua, aktivitas industri yang tumbuh pesat di kota ini juga menjadi penyebab signifikan. Banyak industri masih menggunakan bahan bakar fosil dengan tingkat emisi tinggi, sementara teknologi pengendalian polusi belum sepenuhnya optimal. Ketiga, perilaku pembakaran sampah oleh sebagian masyarakat semakin memperburuk kualitas udara. Kebiasaan ini sering terjadi karena fasilitas pengelolaan sampah yang masih terbatas dan kurangnya kesadaran akan dampaknya. Keempat, faktor meteorologi seperti suhu, arah angin, dan kelembapan udara ikut mempengaruhi akumulasi polutan, terutama pada musim kemarau ketika partikel debu lebih mudah bertahan di udara.
Dampak polusi udara terhadap kesehatan masyarakat sangatlah mengkhawatirkan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa paparan polutan udara dapat memicu masalah kesehatan serius, mulai dari penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) hingga penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke. Pada anak-anak, polusi udara berpotensi menghambat pertumbuhan paru-paru, menurunkan fungsi kognitif, dan meningkatkan risiko penyakit kronis di usia dewasa.
Data nasional mencatat bahwa polusi udara berkontribusi terhadap lebih dari 10.000 kematian setiap bulan di Indonesia. Selain itu, terdapat sekitar 5.000 kasus rawat inap untuk penyakit kardio- pernapasan dan 7.000 kasus gangguan kesehatan pada anak-anak akibat kualitas udara yang buruk. Dampaknya semakin berat pada kelompok rentan seperti ibu hamil dan balita. Risiko kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, stunting, keterlambatan perkembangan kognitif, kanker paru- paru, hipertensi, Alzheimer, hingga demensia meningkat tajam pada populasi yang terpapar polusi udara jangka panjang.
Penelitian dari Institut Polusi Udara dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa peningkatan polutan PM 2.5 sebesar 10 µg/m³ dapat meningkatkan risiko konsultasi pasien terkait penyakit pernapasan sebesar 5,7% di wilayah Jabodetabek. Angka ini mengindikasikan betapa sensitifnya kesehatan masyarakat terhadap perubahan kecil dalam kualitas udara. Peningkatan polusi udara terbukti tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental, karena paparan polutan dalam jangka panjang dapat memicu stres oksidatif yang berdampak pada otak.
Selain polusi udara, perilaku merokok turut memperburuk masalah kesehatan di Indonesia. Data menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan jumlah perokok laki-laki tertinggi di dunia dan berada di peringkat ketiga terbesar jumlah perokok secara global, setelah India dan China. Tercatat 70,2 juta orang dewasa atau sekitar 34,5 persen populasi dewasa di Indonesia adalah perokok.
Kebiasaan merokok ini tidak hanya merugikan kesehatan perokok aktif, tetapi juga berdampak buruk pada perokok pasif, termasuk anak-anak dan perempuan yang terpapar asap rokok di rumah atau ruang publik.
Dalam wawancara tim Adik Adhiswara dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan SMK Wachid Hasyim Surabaya, Galuh Faruk Shopi A., S.Pd. memberikan pandangannya terkait masalah pelajar yang terkait masalah pelajar yang kecanduan merokok. menurutnya, siswa yang sudah kecanduan rokok akan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi pada hal-hal positif, terutama dalam proses pembelajaran. Kemampuan berpikir positif menjadi menurun, dan mereka cenderung sulit menerima pelajaran dengan baik.
“Jika yang kecanduan adalah anak di bawah umur, hal ini dapat berpengaruh pada daya pikir dan perkembangan akademiknya,” ujar Galuh.
Sementara terkait faktornya, Galuh menyebut mayoritas remaja yang merokok memiliki tingkat rasa ingin tahu yang tinggi. Selain itu, pengaruh teman sebaya menjadi pemicu kuat, sehingga satu kelompok dapat berubah menjadi perokok aktif hanya karena awalnya ingin mencoba. Maka dari itu, lanjutnya, kontrol diri dan lingkungan yang positif menjadi hal yang sangat penting untuk mencegah perilaku merokok di kalangan pelajar.
Pandangan tersebut menegaskan bahwa polusi udara dan perilaku merokok memiliki keterkaitan erat, keduanya berasal dari kebiasaan yang diabaikan dampaknya namun menimbulkan masalah besar bagi kesehatan dan lingkungan. Mengatasi tantangan ini membutuhkan kesadaran bersama, aksi nyata, penegakan hukum yang konsisten, serta partisipasi aktif masyarakat. Dari sudut pandang kami, kecanduan merokok di kalangan pelajar dan polusi udara sama-sama menjadi ancaman serius bagi kesehatan generasi muda, di mana asap rokok menambah beban polusi, sementara emisi kendaraan, industri, dan pembakaran sampah memperburuk kualitas udara. Akar masalahnya terletak pada rendahnya kesadaran, lemahnya pengawasan, dan minimnya penegakan aturan. Solusi yang dibutuhkan meliputi penciptaan lingkungan bebas rokok, regulasi emisi yang ketat, perbaikan pengelolaan sampah, perluasan ruang hijau, serta edukasi sejak dini. Dalam hal ini, Galuh memberikan solusi dengan membuat poster kawasan bebas rokok di lorong-lorong kelas dan mengadakan bimbingan melalui acara di gedung sekolah yang mendatangkan Satpol PP untuk memberikan penyuluhan mengenai bahaya merokok dan dampaknya. Upaya tersebut terbukti efektif, sehingga siswa SMK Wachid Hasyim tidak pernah kepergok merokok.
Menghadapi ancaman ganda dari polusi udara dan perilaku merokok, diperlukan langkah- langkah strategi yang melibatkan berbagai sektor. Upaya yang dapat dilakukan antara lain
mengembangkan transportasi ramah lingkungan, memperketat regulasi emisi industri, membenahi pengelolaan sampah, serta memperluas edukasi publik agar kesadaran masyarakat semakin tinggi. Di sisi lain, kebijakan pengendalian rokok juga harus diperkuat, misalnya dengan membatasi iklan, menambah kawasan bebas rokok, dan menaikkan cukai untuk menekan konsumsi. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, swasta, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan budaya hidup sehat sekaligus melindungi generasi muda dari dampak buruk polusi udara dan rokok.