Demonstran pro-Palestina. (pexels.com/timo)
Jika menilik laman Anti-Defamation League (ADL), kelompok Yahudi dan pro Israel beranggapan, slogan itu merupakan anti semit yang disuarakan untuk mengusir masyarakat Israel dari wilayah yang didudukinya. Akan tetapi, dikutip Aljazeera, sejumlah pengamat menilai, istilah 'merdeka' dalam kalimat tersebut memiliki interpretasi berbeda.
Nimer Sultany, seorang dosen hukum di School of Oriental and African Studies (SOAS) di London, mengatakan bahwa kata sifat tersebut menggambarkan 'Perlunya kesetaraan bagi semua penduduk Palestina yang bersejarah'.
"Mereka yang mendukung apartheid dan supremasi Yahudi akan menganggap nyanyian egaliter itu tidak menyenangkan," jelas Sultany, seorang warga negara Israel keturunan Palestina, kepada Al Jazeera.
Artinya, kebebasan dalam slogan 'From the river to the sea, Palestine will be free' mengacu pada fakta bahwa Palestina ditolak dalam mewujdukan hak atas nasib mereka sendiri. Ini terjadi sejak Inggris, melalui Deklarasi Balfour pada 1917 memberikan hak kepada orang Yauhdi untuk mendirikan negara di Palestina.
Sultany menambahkan, "Hal ini terus menjadi inti dari masalah tersebut: penolakan yang terus menerus terhadap warga Palestina untuk hidup dalam kesetaraan, kebebasan, dan martabat seperti orang lain".
Sultany berpandangan, pernyataan itu juga tak dapat ditafsirkan sebagai anti semit. Terbukti dari demonstrasi pro Palestina yang dilakukan di London, beberapa kelompok Yahudi turut mengikuti aksi protes tersebut. Menurutnya, kontrovesi ini dibuat untuk mencegah dukungan masyarakat Barat terhadap Palestina.