Mengapa Kucing Sering Mewarnai Novel Jepang?

Saat berburu J-lit alias novel Jepang, kamu bakal menemukan satu kecenderungan, yakni keberadaan kucing di sampul bahkan plot ceritanya. Ini sebuah fenomena yang mungkin kamu abaikan, tetapi bila dipikir-pikir ada sesuatu yang pasti bisa menjelaskan alasannya.
Setelah proses riset dan observasi, kiranya ini beberapa alasan mengapa kucing sering disertakan dalam sastra Jepang. Ada kaitannya dengan mitos, psikologis, bahkan strategi bisnis.
1. Dalam budaya Jepang, kucing lekat dengan simbol pembawa keberuntungan
Melansir tulisan Zack Davisson untuk Smithsonian, kucing adalah simbol keberuntungan di Jepang. Kamu mungkin familier dengan 'maneki neko', patung kucing yang melambaikan salah satu kakinya. Ternyata ada filosofi dan cerita rakyat yang melatarbelakangi kepercayaan itu. Pertama, legenda Kuil Gotokuji yang dipercaya dapat berkah setelah seekor kucing menarik sekelompok samurai untuk berkunjung. Setelah beristirahat dan bercengkerama dengan biksu pengelolanya, samurai itu memberikan donasi untuk kuil.
Legenda lain mengisahkan seorang perempuan tua yang dapat wangsit alias mimpi bertemu seekor kucing. Ia kemudian membuat patung tanah liat berbentuk kucing dari mimpinya itu. Tak disangka, patungnya laris manis dan membuat situasi ekonominya membaik. Patung kucing yang dimaksud dipercaya adalah 'maneki neko' yang sering kita temui di toko oleh-oleh Jepang.
Meski ada beberapa mitos soal makhluk-makhluk mistis menyeramkan yang menyerupai kucing, ternyata 'maneki neko' dan citra baik kucing lebih populer di Jepang. Ini membuat Jepang jadi surga untuk kucing, layaknya Turki. Apalagi menurut psikolog di Psychology Today dan Medical News Today, kucing bisa jadi media meditasi karena membiarkan manusia mengelus bulu mereka, yang mana bisa memberi rasa tenang sekaligus penerimaan.