ilustrasi orang camping (pexels.com/Uriel Mont)
Setelah mengenal lebih dalam tentang stoicism, tidak ada salahnya untuk menerapkan konsep ini pada kehidupan sehari-hari demi mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan hidup. Sebagai tuntunan, kita perlu memahami dulu bagaimana cara menjalani hidup ala stoicism. Berikut poin-poinnya:
1. Menyadari manusia itu terbatas
Poin penting dalam ajaran stoicism adalah menyadari ada hal yang bisa dan tidak bisa kita miliki. Tak perlu merasa stres akan apa yang memang tidak bisa kita ubah dari diri kita, karena itu sudah ditakdirkan sejak awal kelahiran.
Misalnya, tinggi badan, warna kulit, bentuk tubuh, orang tua, keluarga, dan kerabat. Tidak peduli seberapa keras usaha kita untuk berubah, kita tidak akan bisa memuaskan semua orang. Mereka yang membenci akan tetap jadi pembenci.
Lalu, apa saja yang bisa kita kendalikan? Menurut Epictetus, manusia sebenarnya bisa mengontrol dirinya sendiri. Kita memang tidak bisa menolak perbuatan buruk seseorang kepada kita. Tapi, apakah perbuatan tersebut akan melukai perasaan kita atau tidak, itu tergantung dari diri kita sendiri.
Jika sering merasa insecure, tidak percaya diri, dan rendah diri maka, rasa takut, cemas, khawatir akan melanda dengan sendirinya. Konsep stoicisme mengajarkan, bahwa semua rasa emosi itu merupakan hasil penilaian kita terhadap sesuatu. Apa yang tampak mengerikan bagi kita, mungkin biasa saja di mata orang lain. Jadi, jangan buru-buru menyimpulkan.
2. Memahami apa yang bisa dan tidak bisa dikendalikan
Sering kali di kehidupan sehari-hari kita menemukan beberapa hal yang diluar kendali kita. Sebut saja cuaca, opini orang lain, hasil dari tingkah laku orang lain, hingga kematian.
Sebaliknya, cara kita merespons, menanggapi, persepsi kita, dan tindakan kita adalah di dalam kendali diri kita masing-masing. Menerima kenyataan ini dengan sadar, akan membantu mencegah kita mengalami stres ketika sesuatu terjadi tak sesuai keinginan.
3. Punya penilaian pada diri sendiri
Seni menulis jurnal adalah hal yang penting dalam ajaran stoicism. Bukan sekadar bercerita tentang kehidupan sehari-hari layaknya buku harian, jurnal ini berisi penilaian pada perkembangan diri dari waktu ke waktu dan juga rencana kita untuk ke depannya.
Nantinya, jurnal ini bisa dijadikan cermin untuk menilai diri kita masing-masing. Juga sebagai koreksi, apakah sejauh ini kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik atau belum.
4. Mengamati pikiran dan meningkatkan kesadaran
Dengan melatih kesadaran, kita dapat menangkap pikiran negatif atau tidak produktif, lalu memilih untuk tidak bereaksi terhadapnya secara implusif. Ini akan membiasakan kita merespons dengan bijak daripada bereaksi tanpa berpikir lebih dulu.
Kesadaran akan diri sendiri memungkinkan kita untuk mengenali kebiasaan, pola pikir, dan respons kita, sehingga dapat menimbulkan perubuahan positif dalam hidup kita.
5. Tidak membesar-besarkan masalah
Perinsip hidup dalam stoicism selanjutnya adalah menyederhanakan masalah. Tak selamanya hidup diwarnai dengan keberuntungan dan kebahagiaan. Ada kalanya kita jatuh dan terluka.
Banyak orang memilih berdebat demi memaksakan pemikirannya ke orang lain. Padahal, itu cuma membuat masalah tambah rumit. Penganut stoicism akan lebih memilih menyederhanakan masalah agar cepat selesai. Bukan berarti meremehkannya, ya.
Hal semacam ini yang membuat hidup lebih tenang dan bahagia, karena kita tidak menumpuk banyak masalah. Apalagi membuat masalah sepele menjadi besar dan berlarut-larut.
6. Hidup selaras dengan alam
Ini berarti mau menerima dan memahami hukum alam dan keterbatasan kita sebagai manusia.
Contohnya; menerima bahwa kita akan menua dan mati suatu hari nanti dengan cara apa pun yang dikehendaki takdir akan membuat hidup lebih tenang dan damai.
7. Amor fati : Cintai segala sesuatu yang telah terjadi
Konsep stoicism yang satu ini mengingatkan bahwa hidup tak hanya berputar di kita saja. Sejalan dengan yang disampaikan Epictetus, bahwa jika kita berharap semesta akan memberikan hal-hal yang diinginkan, maka yang didapat justru hanya kekecewaan.
Sebaliknya, kedamaian dan kebahagiaan akan kita rasakan ketika diri ini mau menerima apa yang telah digariskan dan diberikan oleh alam semesta. Amor fati adalah latihan dan pola pikir yang perlu digunakan untuk mendapatkan yang terbaik dari apa pun yang terjadi.
Inti menjalani hidup ala stoicism sebenarnya sederhana saja, yaitu menyadari betapa kecilnya kita di dunia ini. Demikian pula dengan halangan, rintangan, dan kesedihan semua itu ibarat debu. Pencapaian bisa bersifat sementara dan hilang.