poster film Apocalypse Now (dok. American Zoetrope/Apocalypse Now)
Beberapa film bisa saja menggunakan referensi kultural untuk memilih font. Apocalypse Now, Prince of Persia, Aladdin, sampai Moana adalah beberapa contohnya. Meski umum dilakukan, belakangan penggunaan budaya sebagai rujukan mulai dihindari. Ini karena dalam praktiknya, kebanyakan masih bertumpu pada stereotip dan stigma ketimbang representasi yang proporsional. Prince of Persia misalnya dikritik karena sarat whitewashing (merekrut aktor kulit putih untuk memerankan karakter etnik tertentu) dan adegan-adegan stereotipikal.
Berkaca dari pengalaman itu, sepertinya studio film memilih untuk meninggalkan opsi ini saat memutuskan font yang akan dipakai. Film-film dengan referensi kultural kental saja memilih untuk pakai font netral. Lihat saja Crazy Rich Asians (2018) dan The Farewell (2019). Serial Reservation Dogs (2021) yang berkutat di sebuah kawasan reservasi khusus penduduk pribumi pun memilih font bernuansa grafiti. Artinya mereka memilih anak muda sebagai titik beratnya, ketimbang budaya.
Seperti yang ditulis Lei Wang dalam jurnal berjudul The Art of Font Design in Movie Posters, dari yang hanya mengemban informasi sederhana dalam film, font kini adalah sebuah elemen seni independen yang menyimpan satu set informasi. Ia bisa berdiri sendiri sebagai identitas perusahaan, tokoh, hingga genre.