Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/ Artem Podrez)
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/ Artem Podrez)

Intinya sih...

  • Fleksibilitas waktu dan metode belajar dalam homeschooling memungkinkan anak belajar sesuai ritme dan minatnya tanpa tekanan.

  • Aspek sosial dan lingkungan belajar menjadi tantangan terbesar homeschooling, namun bisa diatasi dengan kegiatan kelompok dan outing bersama.

  • Biaya dan ketersediaan fasilitas tidak selalu lebih murah dalam homeschooling, namun peran orangtua sangat besar dalam membentuk pola belajar anak.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di era ketika popularitas bisa melesat lebih cepat daripada proses belajar itu sendiri, tak sedikit figur publik yang menempuh jalur pendidikan berbeda dari kebanyakan. Atta Halilintar, misalnya, baru-baru ini mengikuti ujian kesetaraan setingkat SMA setelah lama fokus pada karier dan bisnisnya. Langkah itu memunculkan beragam respons, antara rasa kagum, heran, hingga refleksi tentang arti pendidikan di zaman yang serba cepat ini.

Bagaimanapun, sekolah formal bukan hanya soal ijazah atau rutinitas belajar, tapi juga ruang sosialisasi, disiplin, dan struktur yang membantu seseorang memahami dunia di luar dirinya. Di sisi lain, sistem homeschool menawarkan kebebasan dan fleksibilitas yang sering kali sulit ditemukan di ruang kelas konvensional.

Namun, apakah homeschooling benar-benar lebih baik daripada sekolah formal? Kedua sistem ini tentu punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berikut lima hal penting yang bisa jadi bahan pertimbangan sebelum menentukan mana yang paling cocok untuk anakmu.

1. Fleksibilitas waktu dan metode belajar

ilustrasi belajar bahasa Inggris (pexels.com/max-fischer)

Salah satu alasan banyak orang beralih ke homeschooling adalah fleksibilitas waktu dan metode belajarnya. Di sistem ini, anak bisa belajar sesuai ritme dan kemampuan mereka. Kalau anakmu tipe yang butuh waktu lebih lama memahami konsep, homeschooling bisa kasih ruang untuk itu tanpa tekanan.

Sebaliknya, kalau anak cepat tangkap, mereka bisa melaju lebih cepat tanpa harus menunggu teman sekelasnya. Selain itu, metode belajar bisa disesuaikan dengan minat anak. Berbeda dengan sekolah formal yang jadwalnya kaku dan sama untuk semua murid. Namun, fleksibilitas ini juga menuntut kedisiplinan tinggi dari orangtua agar anak tetap punya rutinitas belajar yang konsisten.

2. Aspek sosial dan lingkungan belajar

ilustrasi wanita belajar (pexels.com/karolina-grabowska)

Salah satu tantangan terbesar homeschooling datang dari aspek sosialnya. Sekolah formal tentu punya lingkungan tempat anak bisa belajar bersosialisasi, bekerja sama, dan menghadapi konflik sosial yang wajar di masa tumbuh kembang. Interaksi ini penting untuk membentuk kemampuan komunikasi dan empati.

Sementara homeschooling, kesempatan bersosialisasi lebih terbatas jika gak direncanakan dengan baik. Bukan berarti anak gak bisa bersosialisasi, sebab banyak komunitas homeschooling yang aktif mengadakan kegiatan kelompok, kelas kolaboratif, atau outing bersama. Jadi, tergantung bagaimana orangtua mengatur agar anak tetap punya kesempatan berinteraksi dengan teman sebayanya.

3. Biaya dan ketersediaan fasilitas

ilustrasi anak belajar (pexels.com/olia danilevich)

Kalau kamu pikir homeschooling pasti lebih murah, belum tentu juga. Sekolah formal memang punya biaya tetap yang mencakup fasilitas, kurikulum, dan tenaga pengajar. Namun, kamu gak perlu memikirkan banyak hal teknis seperti alat belajar, jadwal, atau ujian.

Sedangkan homeschooling bisa lebih hemat kalau dilakukan secara mandiri. Namun, bisa jadi lebih mahal kalau kamu menggunakan layanan tutor pribadi atau program homeschooling berbasis kurikulum internasional. Selain itu, fasilitas seperti laboratorium, lapangan olahraga, atau perpustakaan mungkin tidak semudah diakses seperti di sekolah formal.

4. Peran orangtua dan kemandirian anak

ilustrasi belajar bersama orangtua (unsplash.com/neonbrand)

Dalam homeschooling, peran orangtua sangat besar. Kamu bukan cuma jadi pengawas, tapi juga bisa berperan sebagai guru, mentor, dan pengarah. Ini bisa sangat menyenangkan sekaligus menantang. Di satu sisi, kamu bisa benar-benar memahami perkembangan anak dan membentuk pola belajar yang sesuai dengan kepribadiannya.

Di sisi lain, butuh waktu, kesabaran, dan konsistensi ekstra untuk memastikan proses belajar bisa tetap berjalan efektif. Sementara itu, di sekolah formal, tanggung jawab pendidikan anak sebagian besar ada di tangan guru. Orangtua lebih berperan sebagai pendukung saat di rumah.

5. Peluang akademik dan masa depan anak

ilustrasi belajar dari media online (unsplash.com/omparefibre)

Pertanyaan yang sering muncul selanjutnya adalah seputar kesempatan anak homeschooling. Apakah mereka bisa sukses seperti anak sekolah formal? Jawabannya tentu bisa banget. Banyak anak homeschooling yang berhasil masuk universitas ternama, baik di dalam maupun luar negeri. Bahkan beberapa perguruan tinggi punya jalur khusus untuk siswa homeschooling.

Namun, sekolah formal tetap punya keunggulan dalam hal sistem evaluasi dan sertifikasi yang lebih jelas. Jalur ini juga memberikan pengalaman kompetitif yang bisa membentuk mental anak menghadapi dunia kerja di masa depan. Jadi, kalau kamu ingin anak terbiasa dengan struktur, target, dan sistem penilaian yang baku, sekolah formal adalah pilihan yang lebih aman.

Itulah lima perbedaan yang bisa jadi pertimbangan sebelum memutuskan pilih homeschooling atau sekolah formal. Sekali lagi, coba lihat dari sudut pandang anak. Pilihlah yang paling sesuai dengan karakter dan kebutuhan anakmu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team