Aduh sayang, jarak itu sebenarnya tak pernah ada. Pertemuan dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan.
Penikmat sastra sudah pasti kenal dengan penggalan puisi tersebut. Joko Pinurbo. Nama itu memang menggema di balik lahirnya himpunan puisi yang memperkaya katalog karya-karya sastra pasca-Orde Baru. Tak dipungkiri, buku-buku puisi yang dilahirkan sejak 1999 hingga sekarang, yakni mulai “Celana” hingga “Tahi Lalat”, digemari para penyuka sajak.
Sastrawan berdarah Jawa ini dikenal sebagai penyair yang produktif. Namun siapa sangka di balik kecerdasannya melahirkan sejumlah himpunan puisi, ia pernah berada di titik terendah.