Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pexels-dhanil-prayudy-wibowo-2154696532-33650329.jpg
Ilustrasi Garuda Pancasila (pexels.com/Photo by Dhanil Prayudy Wibowo)

Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober memiliki makna yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Peringatan ini menjadi momentum untuk mengenang kembali peristiwa sejarah yang menguji persatuan bangsa sekaligus meneguhkan kembali komitmen terhadap Pancasila sebagai dasar negara.

Di tahun 2025, Hari Kesaktian Pancasila hadir bukan sekadar sebagai seremonial tahunan, melainkan sebagai pengingat bahwa nilai-nilai Pancasila tetap relevan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut tema Hari Kesaktian Pancasila 2025.

1. Sejarah singkat Hari Kesaktian Pancasila

Ilustrasi upacara Hari Kesaktian Pancasila (unsplash.com/SMKN 1 Gantar)

Mengutip laman Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta, peringatan Hari Kesaktian Pancasila tidak bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah pada 30 September 1965 yang dikenal dengan Gerakan 30 September (G30S/PKI). Gerakan ini adalah usaha kudeta yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan tujuan mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan ideologi komunis.

Namun, berkat perlawanan TNI bersama rakyat Indonesia, rencana tersebut berhasil digagalkan. Dalam peristiwa itu, enam jenderal Angkatan Darat dan satu perwira lainnya gugur dan dikenang sebagai Pahlawan Revolusi. Setelah kejadian tersebut, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto melakukan penumpasan terhadap PKI dan para pendukungnya.

Tepat pada 1 Oktober 1965, negara berhasil kembali stabil dan Pancasila tetap tegak sebagai ideologi bangsa. Karena itu, tanggal 1 Oktober kemudian ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila, sebagai pengingat bahwa Pancasila mampu bertahan dari ancaman ideologi lain yang berusaha memecah belah persatuan bangsa.

2. Makna Hari Kesaktian Pancasila

Ilustrasi upacara Hari Kesaktian Pancasila (unsplash.com/Syahrul Alamsyah Wahid)

Hari Kesaktian Pancasila diperingati untuk mengingat betapa pentingnya menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sebagai bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara berisi prinsip-prinsip utama seperti persatuan, keadilan sosial, dan semangat gotong royong.

Nilai-nilai ini diharapkan tetap menjadi pedoman dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan di setiap zaman. Pancasila disebut 'sakti' karena mampu bertahan sebagai benteng bangsa dalam menghadapi ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.

Nilai-nilai yang ada di dalamnya, mulai dari Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, hingga Keadilan, menjadi dasar kuat untuk membangun kehidupan masyarakat yang adil, makmur, dan beradab. Kesaktian Pancasila tidak hanya terbukti saat peristiwa G30S/PKI, tetapi juga dalam berbagai dinamika politik, sosial, dan budaya sepanjang sejarah Indonesia.

Selain itu, Pancasila memiliki sifat terbuka dan inklusif yang membuat Indonesia bisa tetap menjaga kebhinekaan dalam bingkai persatuan. Setiap sila punya makna mendalam dan relevan dengan kehidupan berbangsa.

3. Tema Hari Kesaktian Pancasila 2025

Tema Hari Kesaktian Pancasila 2025 (dok. kemenbud.go.id)

Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia atau Kemenbud telah menentukan tema Hari Kesaktian Pancasila 2025. Hal ini tertuang dalam Surat Penyelenggaraan Hapsak 2025, tentang Penyelenggaraan Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2025, dengan nomor 8417/MK.L/TU.02.03/2025.

Pada Hari Kesaktian Pancasila tahun ini, Kemenbud mengangkat tema “Pancasila Perekat Bangsa Menuju Indonesia Raya”. Tentunya peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini tidak hanya menjadi seremonial, tetapi juga momentum refleksi bagi seluruh elemen bangsa untuk meneguhkan komitmen dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, dan pemersatu kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hari Kesaktian Pancasila 2025 tidak hanya menjadi peringatan sejarah, tetapi juga panggilan untuk meneguhkan kembali nilai-nilai luhur bangsa. Pancasila bukan hanya sekadar ideologi, tetapi juga pedoman hidup yang membimbing masyarakat Indonesia agar tetap bersatu meski berbeda suku, agama, dan budaya.

Editorial Team