Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mahasiswi mengerjakan skripsi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Skripsi sering jadi momok bagi mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjana. Baik pemilihan topik maupun teori yang dipakai akan sama pentingnya agar para mahasiswa cepat lulus. Sebab jika pilihan topiknya menarik tetapi gagal dalam aplikasi teorinya, tetap saja kelulusan akan sulit diraih. Ketepatan memilih teori bagai menemukan pisau bedah ideal untuk mengupas permasalahan yang diajukan, termasuk pemilihan teori bagi mahasiswa jurusan sastra.

Teori sastra tersebut akan memengaruhi analisis dan cara peneliti dalam membingkai argumen. Artikel ini hadir untuk membantu kamu melihat beberapa teori yang sering dipakai untuk skripsi sastra sehingga sumbernya melimpah. Sebab mendapatkan sumber rujukan yang memadai, tentu sangat besar manfaatnya.

1. Teori Strukturalisme

ilustrasi mahasiswi mengerjakan skripsi (pexels.com/Yan Krukau)

Teori sastra strukturalisme secara umum memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang kompleks. Teori ini menganggap sastra sebagai sesuatu yang otonom sehingga terlepas dari relevansi sejarah, sosial budaya, peranan pembaca, maupun hal lain di luar struktur. Tergantung pakar strukturalis yang dirujuk, teori ini memiliki klasifikasi yang lebih spesifik.

Teori strukturalisme sering menjadi teori cadangan jika pengerjaan topik skripsi pilihan awal tidak berjalan lancar. Hal tersebut dikarenakan strukturalisme hanya terpusat pada unsur intrinsik sehingga dinilai sebagai teori yang kurang menantang. Padahal tantangan sebenarnya dari pemilihan teori ini adalah mencari topik menarik yang belum banyak dibahas. Asalkan aplikasi teorinya tepat, sebenarnya strukturalisme bukan pilihan yang buruk jika ingin cepat lulus kuliah sastra.

2. Teori Resepsi Sastra

ilustrasi mahasiswa mengerjakan skripsi (pexels.com/Eren Li)

Teori resepsi sastra atau estetika resepsi bertumpu pada pandangan pembaca terhadap suatu karya sastra. Proses pembacaan itulah yang menjadi kajian utama penelitian menggunakan teori resepsi. Tanggapan pembaca tersebut bisa berupa kritik maupun penciptaan teks baru. Meski tidak selalu, tetapi kebanyakan skripsi sastra yang memakai teori ini sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas kuesioner penelitiannya.

3. Teori Psikoanalisis

ilustrasi mahasiswi mengerjakan skripsi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Teori psikoanalisis sastra kurang lebih membahas hubungan karya sastra dengan psikologi manusia. Psikologi sastra bukan untuk membuktikan keabsahan teori psikologi, tetapi mempertimbangkan relevansinya. Sehingga jangan heran jika menemui teori psikologi yang kontroversional tetapi tetap dipakai dalam penelitian sastra.

Dalam teori psikologi sastra, hal umum yang diteliti adalah psikologi pengarang atau psikologi pembacanya. Sementara itu psikologi tokoh atau karakter dalam karya sastra masih diperdebatkan sehingga tidak semua dosen memperbolehkan penelitian di ranah tersebut. Oleh sebab itu, pastikan dulu kecenderungan dosen di kampus kalian sebelum memutuskan memakai teori ini untuk skripsi.

4. Teori Feminisme

ilustrasi mahasiswi mengerjakan skripsi (pexels.com/Ron Lach)

Teori sastra feminisme merupakan salah satu teori kritik sastra yang muncul dari dorongan untuk menyamaratakan hak laki-laki dan perempuan. Teori ini tidak harus meneliti karya bermuatan isu feminis. Justru bisa menyoroti ketimpangan peran laki-laki dan perempuan dalam suatu karya sastra. Tergantung topik serta objek penelitian yang dipilih.

5. Teori Postkolonialisme

ilustrasi mahasiswa mengerjakan skripsi (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Teori postkolonialisme sastra mengambil peran kritik terhadap kerangka berpikir bangsa Barat yang mapan, superior, dan merasa lebih beradab dibandingkan bangsa non-Barat yang dianggap terbelakang dalam karya sastra. Teori ini banyak dipakai karena beranggapan negara Indonesia yang cukup lama mengalami penjajahan sehingga sisa pengalamannya tercermin dalam karya sastra yang diproduksi. Untuk mahasiswa sastra yang tertarik dengan sejarah dan politik, teori ini cocok untuk dipilih.

Setiap teori sastra memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pakar spesifik yang dirujuk juga bisa memberi perbedaan meski sama-sama di satu lingkup teori. Oleh sebab itu pastikan saat memilih teori, kamu tidak mencampuradukkan pandangan mereka.

Selain dari keberadaan sumber rujukan yang melipah, cepat atau tidaknya seorang mahasiswa jurusan sastra menyelesaikan skripsinya tetap dipengaruhi oleh banyak faktor. Jangan menyepelekan tetapi juga jangan dijadikan momok. Silakan pilih teori sesuai minat dan kemampuan, dan semangat berproses, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team