Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi berkumpul bersama (Pexels.com/Nicole Michalou)
Ilustrasi berkumpul bersama (Pexels.com/Nicole Michalou)

Intinya sih...

  • Gak percaya waktu dipuji, malah curiga.

  • Merasa harus selalu sempurna agar bisa diterima.

  • Gampang merasa gak cukup dan suka membandingkan diri.

Gak semua orang tumbuh besar dengan pujian dan pengakuan. Ada yang dari kecil diajari untuk terus berusaha lebih baik, tapi lupa dikasih tahu bahwa “kamu udah cukup baik”. Kalau kamu termasuk orang yang jarang banget dapat pujian waktu kecil, mungkin sekarang kamu merasakan beberapa reaksi emosional yang terasa aneh, bahkan, kadang bikin diri sendiri bingung.

Reaksi-reaksi ini sering kali muncul tanpa sadar saat kamu mendapatkan pujian atau apresiasi. Dan gak hanya itu, ternyata hal ini juga berdampak besar ke cara seseorang menjalani hubungan, bekerja, bahkan memandang diri sendiri. Nah, berikut ini beberapa reaksi aneh yang sering dialami orang-orang yang tumbuh tanpa cukup apresiasi dari lingkungan terdekatnya.

1. Gak percaya waktu dipuji, malah curiga

Ilustrasi piknik (Pexels.com/Danik Prihodko)

Alih-alih senang, kamu justru merasa aneh banget kalau ada yang muji kamu. Responsnya bisa jadi awkward, kamu merasa gak layak, atau malah curiga, “Dia benar-benar muji aku atau cuma basa-basi aja sih?”

Ini bukan karena kamu gak bisa menerima kebaikan, tapi karena dari kecil kamu terbiasa gak dapat pengakuan. Jadi, saat ada orang yang benar-benar melihat usahamu dan memujimu, kamu justru bingung sendiri. Otakmu langsung mikir, “Apa aku beneran sebagus itu?” atau “Apa dia bohong biar aku senang?” Reaksi semacam ini membuat kamu susah menikmati apresiasi, padahal kamu layak menerimanya.

2. Merasa harus selalu sempurna agar bisa diterima

Ilustrasi standar kecantikan (pexels.con/ Rahul Pandit)

Karena dulu cuma diperhatikan kalau kamu dapat nilai bagus, menang lomba, atau melakukan hal luar biasa, sekarang kamu jadi perfeksionis. Kamu merasa bahwa untuk bisa dianggap “bernilai”, kamu harus selalu jadi yang terbaik.

Masalahnya, standar ini membuat kamu gampang stres. Kamu jadi takut gagal, takut gak cukup baik, bahkan kadang menunda kerja karena takut hasilnya gak sempurna. Ini membuat capek banget, lho. Karena hidup itu gak selalu tentang jadi yang paling hebat, tapi juga tentang belajar menikmati setiap proses yang ada. Tapi sayangnya, kalau gak pernah dapat pujian waktu kecil, kamu bisa terus-menerus kejar validasi lewat prestasi.

3. Gampang merasa gak cukup dan suka membandingkan diri

ilustrasi individu mengalami social comparison di media sosial (pexels.com/Liza Summer)

Mau berusaha sebaik apa pun, rasanya tetap gak cukup. Kamu selalu merasa ada orang lain yang lebih pintar, lebih cantik, lebih sukses, dan lebih segalanya dibanding kamu. Dan setiap kali kamu lihat orang lain dipuji, kamu merasa makin kecil.

Ini muncul karena kamu gak punya “bank memori” berisi kata-kata positif tentang dirimu sendiri. Dulu gak ada yang bilang “kamu hebat”, jadi sekarang kamu kesulitan membangun rasa percaya diri dari dalam. Akhirnya, kamu lebih sering fokus ke kekurangan dan membandingkan diri terus-menerus. Padahal, kamu punya keunikan sendiri yang layak dihargai.

4. Butuh banget pengakuan, tapi takut terlihat haus validasi

Ilustrasi duduk bersama (Pexels.com/cottonbro studio)

Lucunya, kamu sebenarnya butuh banget diapresiasi, tapi saat kamu dapat perhatian, kamu malah merasa gak enak. Kamu takut dibilang haus pujian atau pengemis validasi. Jadi kamu tahan-tahan, pura-pura gak butuh, padahal dalam hati kamu ingin banget di-notice.

Ini membuat kamu sering menghindar dari spotlight, walau sebenarnya kamu layak berada di sana. Kamu juga jadi susah minta tolong atau mengakui keberhasilanmu sendiri karena takut dibilang narsis. Padahal, butuh validasi itu wajar, terutama kalau kamu belum pernah mendapatkannya sama sekali. Dan bukan salahmu kalau kamu baru belajar menikmatinya sekarang.

Kalau kamu relate dengan poin-poin di atas, itu tandanya kamu sedang berhadapan dengan pola asuh yang terbentuk sejak lama. Tapi tenang saja karena kamu gak sendiri kok. Banyak orang yang juga sedang belajar mengenali dan menyembuhkan bagian dirinya yang dulu terabaikan. Kuncinya adalah pelan-pelan saja dan gak perlu buru-buru. Menerima pujian, percaya diri, dan merasa cukup itu adalah proses yang bisa dipelajari pelan-pelan agar dirimu terus bertumbuh!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team