Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi keluarga (pexels.com/Seljan Salimova)
ilustrasi keluarga (pexels.com/Seljan Salimova)

Intinya sih...

  • Menunjukkan cinta pada anak dengan berbagai cara, termasuk nasihat dan teguran yang bermaksud baik.

  • Kedekatan emosional harus dijaga antara anggota keluarga, agar hubungan tetap terpelihara sejak kecil hingga dewasa.

  • Rumah harus menjadi sumber energi positif dan tempat untuk saling terbuka serta menyemangati saat ada masalah.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Keluarga bukan sekadar susunan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Bila keluarga dimaknai sebatas itu, hubungan bisa menjadi hambar. Setiap orang hanya fokus dengan tugas masing-masing yang seakan-akan telah menyita seluruh waktu dan energi.

Seperti orangtua bekerja dan anak-anak bersekolah. Namun, keluarga lebih dari sekumpulan orang dengan ikatan darah yang tinggal serumah. Keluarga seharusnya menjadi relasi yang paling hangat dibandingkan dengan hubungan-hubungan lain yang dibangun di kemudian hari.

Kehangatan keluarga bisa diciptakan melalui obrolan, candaan, serta mengekspresikan kasih sayang secara terbuka. Hindari pemikiran terpenting keluarga kalian survive secara finansial. Kehangafan keluarga tak kalah penting. Pasanganmu juga harus tahu lima hal ini.

1. Agar anak memahami bahwa orangtua menyayanginya

ilustrasi keluarga (pexels.com/Kampus Production)

Cinta mesti ditunjukkan dengan berbagai cara. Kamu dan pasangan bekerja keras demi masa depan anak yang cerah juga bentuk dari kasih sayang. Orangtua pun secara alami memiliki rasa cinta terhadap buah hatinya.

Demikian pula nasihat dan teguran disampaikan pada anak semata-mata demi kebaikannya. Akan tetapi, kalau kehangatan dalam keluarga tidak diperhatikan anak bisa salah paham. Teguran orangtua diartikan sebagai kemarahanmu serta pasangan terhadapnya.

Nasihat dipandang sebagai kritik dan keinginan orangtua mengekang anak. Lain halnya dengan jika kehangatan keluarga sudah tercipta. Apa pun yang dilakukan orangtua lebih mudah dipahami sebagai tanda kasih sayang kalian.

2. Membuat antarsaudara dekat secara emosi

ilustrasi keluarga (pexels.com/cottonbro studio)

Bukan hanya orangtua dan anak yang harus memiliki kedekatan emosional. Antara kakak dengan adik juga sama. Sampai mereka besar, kedekatan emosi ini mesti terjaga. Sebab orangtua tidak akan selalu ada untuk anak-anak.

Ketika kalian berpulang, misalnya. Kalau sejak kecil tidak ada kehangatan dalam keluarga, anak-anak seperti terpecah belah. Hubungan yang tak pernah terlalu dekat kini makin renggang. Komunikasi nyaris terhenti. Tak ada rasa saling peduli bahkan sekadar basa-basi.

Malah potensi mereka tidak akur makin besar dari waktu ke waktu. Jika kehangatan keluarga dibangun sejak mereka sangat kecil, sampai dewasa pun hubungan antarsaudara tetap terpelihara. Komunikasi lancar dan pertemuan selalu dapat diagendakan di sela-sela kesibukan.

3. Rumah menjadi sumber energi positif

ilustrasi keluarga (pexels.com/Ron Lach)

Kehangatan keluarga berkebalikan dengan hubungan yang dingin di rumah. Dinginnya hubungan dalam keluarga tidak lebih baik daripada hubungan yang memanas. Walau tampaknya tak terjadi konflik terbuka, dalam hati terdapat ganjalan besar.

Itu yang menghambat interaksi. Rumah pun tak lagi menjadi tempat terbaik untuk mengisi ulang energi setelah setiap orang lelah. Baik capek karena rutinitas maupun oleh berbagai masalah. Justru pulang ke rumah bisa terasa menambah energi negatif.

Orangtua dan anak-anak membutuhkan energi positif ini. Kalian tidak cukup tangguh mengadapi kerasnya dunia di luar sana bila rumah tidak memberikan kehangatan yang nyaman. Kalau seluruh anggota keluarga telah memperoleh energi positif dari rumah, kalian gak lagi sibuk mencarinya dari luar.

4. Saling terbuka dan menyemangati saat ada masalah

ilustrasi keluarga (pexels.com/Annushka Ahuja)

Sikap tidak terbuka pada keluarga sendiri sering kali menjadi penyebab masalah yang lebih besar. Apalagi ketika anak dihadapkan dengan persoalan yang sebetulnya sangat sulit baginya. Namun, karena rumah tak memberikan kehangatan, dia pun memendamnya sendirian.

Sampai ia tidak kuat secara mental dan mulai terjadi berbagai gangguan perilaku, pemikiran, serta emosi. Setiap orang memiliki masalah. Akan tetapi, semua persoalan itu seharusnya dapat dibicarakan di rumah.

Tidak sekadar agar perasaan lega, tetapi juga menemukan solusi bersama-sama. Dukungan psikis dari orangtua pada anak, antarsaudara, serta anak terhadap orangtua sama pentingnya. Hidup akan terasa baik-baik saja selama keluarga saling kasih support.

5. Mewujudkan impian akan rumahku, surgaku

ilustrasi keluarga (pexels.com/Alex P)

Kalimat rumahku, surgaku bukan sekadar tentang bangunannya. Rumah semegah apa pun kalau di dalamnya tidak terdapat kehangatan keluarga tak akan terasa sebagai surga. Malah bisa sama dengan neraka yang menyiksa.

Sebaliknya, rumah sederhana juga dapat terasa sebagai kepingan surga yang jatuh ke bumi. Syaratnya, orangtua mengawali usaha untuk menciptakan kehangatan dalam keluarga. Anak-anak otomatis meniru apa yang dicontohkan orangtua dan berusaha mempertahankannya.

Kurang tepat apabila kalian mencari ketenangan serta kebahagiaan di tempat-tempat lain. Rumah sebagai tempat setiap hari anggota keluarga berangkat dan pulang seharusnya menjadi sumber ketenangan dan kebahagiaan. Surga yang paling dekat, tak menghabiskan uang, dan bisa didatangi kapan pun.

Jauhi pemikiran tak ada lagi waktu untuk menciptakan kehangatan di rumah. Selama anggota keluarga masih bertemu di rumah atau terhubung melalui teknologi komunikasi, kehangatan bisa dijalin dari mana saja dan kapan pun. Apabila orangtua abai, kelak malah baik kamu dan pasangan maupun anak-anak merasa kesepian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team