Perceraian adalah hal yang sulit diterima bagi sebagian besar orang. Tidak ada pasangan yang berpikir atau berencana untuk bercerai. Apa lagi jika sudah dikaruniai anak dalam pernikahan tersebut.
Respons anak terhadap perceraian orangtua bisa beragam. Terlebih karena stereotipe masyarakat tentang bagaimana suramnya keadaan pasca perceraian, membuat anak sangat mungkin menderita kecemasan dan perubahan tingkah laku.
"Saat orangtua bercerai, pekerjaan terbesar mereka adalah membuat anak tetap baik-baik saja. Reaksi anak terhadap perceraian dapat berbeda-beda. Mereka mungkin akan merasa jika mereka sudah melakukan kesalahan yang menyebabkan orangtuanya bercerai. Ada juga yang menderita kecemasan, menutupi emosi, hingga menjadi acuh. Semuanya adalah reaksi yang normal," ujar Stephanie Samar, PsyD seorang ahli terapi psikologi klinis, dilansir dari Child Mind Institute.
Membuat anak mengerti dan menerima perceraian adalah pekerjaan rumah yang tak mudah. Jika salah bertindak, maka buah hati akan menderita dalam jangka panjang akibat trauma.
Anak dengan trauma yang tidak tertangani akan tumbuh dengan banyak kesulitan. Hal ini bahkan bisa berdampak pada proses belajar, karier, hingga hubungan sosialnya. Melihat begitu pentingnya mengatasi trauma pada anak, berikut adalah lima cara yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi trauma pada anak akibat perceraian.