Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak sedang menangis (pexels.com/Phil Nguyen)
ilustrasi anak sedang menangis (pexels.com/Phil Nguyen)

Menjadi orangtua memang bukan perkara yang mudah. Sebab, orangtua akan mengemban amanah yang besar dalam merawat dan mengasihi anak-anaknya.

Namun, sering kali para orangtua cukup sulit menyadari bahwa beragam perilaku yang dimilikinya justru dapat berdampak buruk terhadap pertumbuhan anak. Hal tersebut pun gak boleh dibiarkan karena dapat mempengaruhi kehidupan, perilaku, dan pola pikir anak.

“Orangtua telah dikondisikan untuk menemukan cara untuk melibatkan diri mereka sendiri, bahkan ketika anak-anak sedang mengerjakan tugas dan secara aktif bermain atau melakukan apa yang diminta,” kata Jelena Obradovic, yang juga mengarahkan Stanford Project on Adaptation and Resilience in Kids (SPARK ), dikutip Stanford Education.

Lantas, apa saja sih perilaku buruk orangtua yang bisa menyebabkan dampak kurang baik bagi tumbuh kembang anak? Yuk, simak ulasannya di bawah ini!

1. Cuek

ilustrasi orang tua yang cuek (pexels.com/Julia M Cameron)

Sebagai anugerah pemberian dari Tuhan, anak pun harus senantiasa dijaga dengan penuh kasih sayang. Salah satu red flag dalam dunia parenting adalah persoalan cuek terhadap anak.

Orang-orang mungkin sudah paham, tidak ada orangtua di dunia ini yang tidak sayang kepada anaknya. Namun, satu hal pasti, kasih sayang tersebut juga perlu ditunjukkan kepada anak agar membuatnya merasa dihargai. 

"Mengabaikan seorang anak berarti memberi tahu mereka bahwa cinta kamu bersyarat,” kata Sharron Frederick, LCSW, seorang psikoterapis di Clarity Health Solutions, dikutip Healthline.

2. Terlalu mengekang

ilustrasi orang tua melarang anak (pexels.com/August de Richelieu)

Pernah kah kamu menemukan orangtua yang selalu melarang anaknya melakukan suatu hal tanpa alasan yang jelas? Well, gaya parenting yang terlalu mengekang anak juga nyatanya gak baik bagi pertumbuhan mereka.

Selalu mengawasi dan membatasi anak menjadikan anak-anak tidak akan mampu menjelajahi dunianya sendiri. Sehingga, mereka yang hidup dalam kekangan orangtua pun akan memiliki ketakutan, rasa tidak percaya diri, hingga sikap pemberontak.

3. Selalu berbicara dengan nada tinggi

ilustrasi berbicara dengan nada tinggi kepada anak (pexels.com/August de Richelieu)

Pertumbuhan anak merupakan hal yang gak boleh disepelekan. Orangtua pun harus senantiasa menunjukkan kasih sayang dan lemah lembut kepada anaknya karena mengajarkan anak hal yang baik akan lebih maksimal jika orangtua juga mempraktikkan hal yang sama.

Salah satunya persoalan gaya komunikasi, yakni selalu menggunakan nada rendah. Jika orangtua kerap menggunakan nada tinggi, anak-anak akan menangkapnya sebagai sinyal serangan. Hal ini justru dapat berdampak pada rasa ketakutan yang berlebihan dan memengaruhi perilaku anak.

4. Mudah emosi

ilustrasi orang tua sedang marah (pexels.com/ Karolina Grabowska)

Mengatur emosi akan membawa orangtua mampu menerapkan langkah bijak dalam mengasuh anak. Namun, beda halnya ketika orangtua justru mudah emosi dan gak terkontrol.

Dengan jiwa yang mudah emosi, orangtua pun dapat berperilaku buruk seperti berbicara dengan nada tinggi hingga melakukan kekerasan kepada anaknya. Jelas, ini menjadi hal yang gak boleh dibiarkan karena akan membuat anak trauma, lho!

5. Memanggil anak dengan sebutan nakal

ilustrasi anak ketakutan (pexels.com/Gustavo Fring)

Nama sama halnya dengan doa-doa baik yang diharapkan orangtua dapat terwujud untuk anak. Karena anak telah memiliki namanya sendiri, maka janganlah sekali-kali berpikir untuk memanggil mereka dengan sebutan "nakal".

Navit Schechter, seorang terapis perilaku kognitif menyebutkan memanggil anak dengan sebutan "nakal" sama buruknya dengan hukuman fisik, dilansir Mirror. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku memanggil anak dengan kata "nakal" ini senantiasa akan menciptakan anak yang dirundung ketakutan. 

Ternyata menjadi orangtua tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi dalam masa-masa pertumbuhan anak, orangtua pun perlu memperhatikan perilakunya agar gak mempengaruhi pola pikir dan perilaku anaknya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team