Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengambek (pexels.com/Yan Krukov)

Anak yang mengambek tidak sama dengan anak yang tantrum. Pada anak yang tantrum, kemarahannya sangat kuat. Ini diekspresikan dengan ledakan emosi, menangis keras, dan mengamuk. 

Sedang anak yang mengambek hanya merasa agak kesal. Ia bersikap pasif, menarik diri dari orangtua, dan cemberut. Biasanya, penyebab anak mengambek adalah keinginan yang tidak dipenuhi atau orangtua mengingkari janji. Bagaimana cara mengatasinya? Ikuti tipsnya dan jangan bingung lagi.

1. Minta maaflah jika orangtua yang bersalah

ilustrasi ibu dan putranya (pexels.com/Karolina Grabowska)

Janji adalah janji. Sekecil apa pun janji orangtua pada anak, pengingkaran atasnya akan membuat anak kesal. Misalnya, janji orangtua untuk menemani anak bermain sepulang kerja. Namun ternyata orangtua harus menemui tamu yang tiba-tiba datang dalam waktu lumayan lama.

Kedatangan tamu itu memang di luar kehendakmu. Akan tetapi tetap saja berimbas pada anak karena kamu jadi gak bisa menemaninya bermain. Alih-alih cari pembenaran, minta maaflah pada anak supaya anak juga belajar untuk mudah mengakui kesalahannya.

2. Hindari menyogok anak dengan hadiah atau makanan

ilustrasi menyogok anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Ini yang paling kerap dilanggar oleh orangtua. Sogokan dalam berbagai bentuk dijadikan cara cepat untuk meluluhkan hati anak. Padahal, kalau ini dibiasakan malah gak baik buat anak.

Anak dapat saja menjadikan ngambek sebagai senjatanya untuk memperoleh setiap keinginannya. Begitu orangtua bertanya anak ingin dibelikan apa biar gak kesal lagi, jawabannya bermacam-macam dan lama-kelamaan memberatkan kamu sendiri.

3. Beri waktu untuk anak menenangkan diri

ilustrasi tak mau diganggu (pexels.com/Karolina Grabowska)

Tidak menunda permintaan maaf atas kesalahanmu pada anak merupakan sikap yang tepat. Namun lantaran ia masih kesal, besar kemungkinan permintaan maafmu gak direspons. Kalau seperti ini, sebaiknya beri kesempatan untuk anak menenangkan diri.

Biasanya, anak yang mengambek hanya akan bertahan menyendiri di kamarnya selama beberapa waktu atau tidur. Setelah anak bangun dan ia tampak cukup tenang, dekati serta ulangi permintaan maafmu. Saat itu, ia pasti sudah lebih siap untuk mendengarkan. Kemudian masuklah ke langkah berikutnya di bawah ini.

4. Beri penjelasan

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Ivan Samkov)

Orangtua telah meminta maaf pada anak bukan berarti masalah selesai. Anak perlu diberi penjelasan agar ia belajar memahami dan tidak sekadar menjadi penuntut. Misalnya, dengan contoh kasus seperti dalam poin pertama.

Jelaskan pada anak bahwa meski kedatangan tamu itu mengganggu waktu bermain kalian, tuan rumah yang baik harus tetap menemuinya. Orang tidak bertamu tanpa ada keperluan. Baik orangtua maupun anak wajib belajar menjaga sopan santun di hadapan tamu.

5. Diskusikan solusinya

ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Mikhail Nilov)

Minta maaf dan menjelaskan duduk perkaranya sudah, tapi masih ada satu lagi tugas orangtua. Yaitu, membahas solusi terbaik untuk masalah kalian hari ini. Masih dengan contoh problem yang sama, jika hari belum terlalu malam, tawarkan apakah anak ingin bermain sekarang?

Namun apabila telah masuk waktu tidur, buatlah rencana kapan kalian akan bermain bersama. Jangan lupa beri catatan supaya anak tak lagi kesal bila di hari itu ternyata ada hal lain yang kembali membatalkan rencana. Dengan begini, anak belajar siap menghadapi kemungkinan yang tidak sesuai dengan ekspektasi karena begitulah hidup yang sesungguhnya.

Orangtua tidak perlu panik saat anak mengambek. Kepanikan orangtua hanya akan menyebabkan dua kemungkinan. Pertama, anak merasa bersalah karena perasaan kesalnya membuat orangtua sebingung itu. Atau justru ia merasa menang atas orangtua dan sengaja berlama-lama mengambek. Hadapi dengan lima cara di atas saja.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team