Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak dan orangtua
ilustrasi anak dan orangtua (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Intinya sih...

  • Mengenali dan mengungkapkan emosi dengan benar.

  • Menghargai perbedaan dan toleransi sejak dini.

  • Memahami privasi, batasan tubuh, konsep uang, dan tanggung jawab sosial.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ngobrol sama anak kadang kelihatan sepele, apalagi kalau mereka masih kecil. Orangtua mungkin berpikir mereka akan lebih peduli soal mainan daripada hal-hal yang berat. Namun, justru di usia dini itulah fondasi penting harus dibentuk. Termasuk dalam hal komunikasi dan pengenalan nilai-nilai hidup.

Anak yang terbiasa diajak bicara tentang hal serius, biasanya akan lebih percaya diri, terbuka, dan bisa berpikir kritis. Sayangnya, masih banyak orangtua yang merasa canggung membuka obrolan dengan anak. Tenang, kamu bisa kok membahasnya dengan cara yang ringan, sesuai usia, dan tetap fun. Berikut lima topik yang sebaiknya mulai dibahas bersama anak sejak dini!

1. Mengenali emosi dan cara mengungkapkannya

ilustrasi anak tantrum (.pexels.com/Keira Burton )

Anak-anak sering merasa marah, sedih, atau tantrum tanpa tau cara mengungkapkannya dengan benar. Itulah kenapa penting banget buat mulai ngobrol tentang emosi sejak mereka kecil. Bukan cuma mengenalkan nama-nama emosi seperti senang, takut, atau kecewa, tapi juga ngajarin mereka bahwa semua perasaan itu valid.

Kamu bisa mulai dari hal sederhana, misalnya nanya “Kamu marah waktu gak boleh jajan, ya?”. Dengan begitu, anak belajar mengenali dan menamai perasaannya. Setelah itu, baru kamu bantu arahkan ke cara yang sehat untuk mengekspresikan emosi. Seperti bicara dengan tenang, menggambar, atau peluk bantal. Anak yang bisa mengelola emosinya sejak dini bakal tumbuh jadi pribadi yang lebih stabil secara mental.

2. Menghargai perbedaan dan toleransi

ilustrasi anak menangis (pexels.com/Mikhail Nilov)

Topik soal perbedaan, entah itu perbedaan warna kulit, agama, bentuk tubuh, atau latar belakang sosial, sering dianggap terlalu berat buat anak kecil. Justru sebaliknya, mereka harus dibekali pemahaman ini lebih awal sebelum stereotip dan bias negatif tertanam di dalam pikiran mereka.  Kamu bisa mulai dari cerita sehari-hari atau buku anak yang menggambarkan keberagaman.

Jelaskan, bahwa setiap orang itu unik dan perbedaan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau dijauhi. Ajarkan bahwa teman yang berbeda dari dirinya bukan berarti aneh atau jelek. Toleransi bukan sesuatu yang tiba-tiba muncul saat dewasa, melainkan anak tumbuh dari hal kecil yang dibiasakan sejak mereka belajar berbicara.

3. Soal privasi dan batasan

ilustrasi anak dan orangtua (pexels.com/ivan-samkov)

Di tengah maraknya kasus kekerasan seksual pada anak, penting banget buat membicarakan soal privasi dan batasan tubuh sejak dini. Bukan untuk menakut-nakuti, tapi sebagai langkah pencegahan dan perlindungan. Kamu bisa mulai dengan mengenalkan konsep bagian tubuh pribadi. Bagian tubuh ini gak boleh dilihat atau disentuh orang lain tanpa izin.

Ajarkan juga bahwa mereka boleh bilang “tidak” jika merasa tak nyaman, bahkan pada orang yang mereka kenal. Jangan lupa untuk sampaikan bahwa kalau ada sesuatu yang membuat mereka takut atau bingung, mereka bisa cerita ke orang dewasa yang bisa dipercaya. Dengan komunikasi yang terbuka seperti ini, anak akan merasa aman dan tahu bagaimana melindungi dirinya.

4. Konsep tentang uang

ilustrasi banyak uang (unsplash.com/bermixstudio)

Banyak orangtua baru mulai ajak anak bicara soal uang saat mereka sudah remaja. Padahal, konsep dasar tentang uang, seperti menabung, membeli sesuai kebutuhan, atau menghargai kerja keras, bisa mulai dikenalkan sejak kecil. Misalnya, ajak anak menabung dari uang jajan atau beri tugas sederhana di rumah dengan imbalan kecil.

Hal ini untuk mengajarkan bahwa uang datang dari usaha yang dilakukan. Kamu juga bisa ajak mereka belanja dan menunjukkan bahwa setiap barang itu punya harga. Dengan mengenalkan konsep uang secara bertahap, anak jadi lebih bijak dalam mengelola keinginan dan belajar tanggung jawab sejak dini.

5. Lingkungan dan tanggung jawab sosial

ilustrasi orang membersihkan sampah di pantai (unsplash.com/oceancleanupgroup)

Terakhir, meskipun ini terasa sangat berat, tapi membahas soal lingkungan juga harus ditanamkan sejak dini. Krisis iklim bukan cuma urusan orang dewasa, anak-anak juga perlu tau bagaimana kebiasaan sehari-hari bisa berdampak pada bumi. Gak harus muluk-muluk, cukup mulai dari membiasakan buang sampah pada tempatnya, hemat air, atau bawa tas belanja sendiri.

Obrolan soal tanggung jawab sosial ini juga bisa berkembang jadi pembahasan tentang empati dan kebaikan. Seperti, membantu orang yang kesulitan atau menjaga hewan peliharaan. Ketika anak dibiasakan peduli terhadap lingkungan sekitar, mereka tumbuh jadi generasi yang gak cuma pintar tapi juga punya hati nurani.

Membicarakan hal-hal serius dengan anak memang butuh waktu dan usaha lebih, tapi manfaatnya gak main-main. Anak yang terbiasa diajak ngobrol secara terbuka dan jujur akan tumbuh dengan rasa percaya diri, empati, dan kemampuan mengambil keputusan yang lebih baik, lho!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team