ilustrasi anak slow learner ketika kesulitan mempelajari hal abstrak dan konseptual (pexels.com/ RODNAE Productions)
Anak terbiasa untuk berpikir sederhana dan mengikuti alur yang sudah ada. Ia cenderung kesusahan jika disuruh untuk memikirkan hal-hal yang rumit atau khayalan (contohnya adalah simbol yang melambangkan angka atau huruf).
Anak lebih mudah untuk memikirkan hal konkret yang muncul pada kehidupan sehari-hari. Anak juga akan bingung ketika diminta untuk berpikir sesuatu yang saling berkaitan.
Nah, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa anak slow learner mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Mereka membutuhkan intervensi dari guru dalam mengikuti kelas formal. Contoh intervensi yaitu dengan mengadaptasi kurikulum, memberikan pengulangan materi, atau modifikasi soal.
Maka dari itu, anak ini membutuhkan perhatian yang lebih banyak dari siswa yang lain. Namun perlu diingat bahwa anak slow learner bukan termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Apabila ingin mendapatkan hasil yang maksimal, anak ini cocok untuk tumbuh di sekolah formal yang memiliki program dan lingkungan inklusif.