6 Sebab Anak Broken Home Bisa Gak 'Nakal'

Adanya sejumlah anak broken home yang menunjukkan perilaku negatif hendaknya tidak membuat kita melakukan generalisasi. Faktanya, tak semua anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis akan berperilaku buruk.
Banyak juga yang tetap menjadi anak manis di sekolah maupun dalam pergaulan hingga masa dewasanya. Sikap kita yang tak mengidentikkan anak broken home dengan perilaku negatif juga merupakan dukungan agar mereka bertumbuh kembang dengan baik dan tidak mengalami diskriminasi.
Berikut sejumlah sebab mengapa anak broken home bisa tetap berperilaku positif sekalipun kondisi di rumah kurang kondusif. Simak dan jadilah bagian dari orang dewasa yang memberi mereka support, bukan stigma.
1. Dia diasuh oleh orang yang berkompeten
Nasib anak yang broken home bermacam-macam. Ada yang kedua orangtuanya akhirnya berpisah. Kemudian anak ikut ayah atau ibunya yang lebih berkompeten dalam mengasuh. Sekalipun figur orangtua tidak lengkap, ayah atau ibu saja sudah cukup untuk memberinya rasa aman sejauh ia sosok yang dewasa, bertanggung jawab, dan menyayangi anak.
Ada juga anak broken home yang kemudian diasuh oleh kakek dan neneknya, saudara orangtua, atau ditempatkan di panti asuhan. Sekalipun kondisi mereka berbeda dengan anak pada umumnya, dia tetap berpeluang besar tumbuh dan berkembang dengan baik di bawah pengasuhan orang yang berkompeten meski bukan orangtua kandung.
Namun, masih ada pula anak yang selamanya terjebak dalam keluarga yang broken home. Orangtua tidak bercerai dan anak tetap di bawah pengasuhan mereka yang selalu bertengkar. Apakah ini akan memastikan perilaku anak menjadi buruk? Tidak juga, simak dulu poin-poin berikutnya.