7 Renungan di Hari Ibu untukmu yang Yatim, Hidup Tak Sama dengan Dulu

Seandainya ibumu masih ada, menjelang 22 Desember mungkin kamu sudah sibuk mempersiapkan hadiah untuknya. Bertepatan dengan Hari Ibu, hampir semua anak bahkan suami ingin memberikan ucapan yang berkesan serta kado buat perempuan hebat dalam hidup mereka. Akan tetapi, dirimu tidak lagi memiliki kesempatan untuk itu. Waktumu bersama ibu sudah menjadi masa lalu.
Kamu ditakdirkan menjadi yatim di usia muda. Mengacu pada KBBI, yatim berarti tidak beribu atau tak berayah lagi karena ia meninggal dunia. Hari Ibu memang tidak lantas kehilangan keistimewaannya bagimu. Hanya saja, perasaan yang mendominasi bukan lagi bahagia seperti saat ibu masih ada. Harimu akan lebih mendung lantaran terkenang banyak hal tentang sosoknya.
Selagi teman-temanmu beramai-ramai mengucapkan selamat Hari Ibu dan berbagi momen kebersamaan dengan ibu di media sosial, renungan di hari Ibu untukmu yang yatim berikut ini bisa kamu jadikan topik dalam mengenang serta menghargai ibu. Gak apa-apa bila dirimu ingin menangis. Tidak usah ditahan. Air matamu adalah tanda cinta seorang anak pada perempuan yang melahirkan serta membesarkanmu.
1. Cinta di antara kalian terasa lebih kuat justru setelah ibu tiada
Mari melihat ke belakang pada tahun-tahun ketika ibu masih hadir dalam hari-harimu. Meski saat itu kamu tahu serta percaya kalian saling menyayangi, kesadaran akan perasaan ini tidak terlalu tinggi. Dirimu dan ibu terlalu terbiasa bertemu serta berinteraksi.
Itu membuat rasa cinta di antara kalian langsung terwujud dalam berbagai tindakan. Selepas kepulangannya, cinta terasa makin kuat. Kamu kerap memikirkan kembali banyaknya pengorbanan ibu untukmu. Begitu pula dirimu meresapi perasaanmu terhadapnya. Hilangnya kesempatan untuk berinteraksi secara langsung bukannya melunturkan rasa sayang malah memperjelasnya.