ilustrasi anak (pexels.com/Pixabay)
Tidak hanya tentang pola pikir, Shahnaz juga menyoroti pentingnya keterampilan motorik tangan yang sering kali terabaikan di era digital ini. Dalam dunia yang semakin bergantung pada teknologi, seperti tablet atau laptop, banyak anak yang lebih fokus pada jempol mereka daripada pada kemampuan untuk menulis tangan. Shahnaz mengingatkan, bahwa menulis tangan memberikan kesempatan bagi anak untuk benar-benar memahami informasi yang mereka terima, tidak hanya sekadar menghafal.
"Anak-anak perlu kembali menulis tangan karena itu membantu mereka memahami apa yang mereka pelajari, bukan sekadar menghafal," ujar Shahnaz.
Hal ini berhubungan erat dengan teori Taxonomy of Bloom, yang mengidentifikasi enam level berpikir. Dimulai dari mengingat (menghafal informasi dasar), kemudian memahami (menerima dan menjelaskan informasi), menerapkan (menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah), menganalisis (memecah informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil), mengevaluasi (menilai informasi atau situasi untuk membuat keputusan), dan yang paling tinggi, menciptakan (menghasilkan ide atau produk baru).
Ini adalah langkah-langkah yang mendalam dalam pengembangan keterampilan berpikir anak. Shahnaz menambahkan, bahwa dalam dunia pendidikan banyak anak hanya dipandu untuk sampai pada level pertama atau kedua dalam Taksonomi Bloom.
"Banyak yang hanya menghafal tanpa memahami atau mengevaluasi," ungkapnya.
Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk mengajak anak-anak untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang akan membantu mereka tidak hanya memahami dunia, tetapi juga berinovasi dalam memecahkan masalah yang ada di sekitar mereka.