Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi penanda waktu untuk anak yang sedang belajar
ilustrasi penanda waktu untuk anak yang sedang belajar (pexels.com/Monstera Production)

Intinya sih...

  • Bangun rutinitas harian yang konsisten untuk memberikan anak rasa aman dan membentuk kebiasaan disiplin yang kuat.

  • Beri aturan sederhana dan jelas, fokus pada tiga sampai lima aturan utama yang diterapkan secara konsisten.

  • Berikan konsekuensi yang sesuai dan konsisten sebagai bagian dari proses belajar, bukan hukuman berlebihan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Membentuk karakter disiplin pada anak tidak terjadi dalam semalam, tapi dimulai dari kebiasaan kecil yang dilakukan berulang-ulang. Anak usia dini sangat peka terhadap rutinitas dan contoh yang diberikan oleh orang dewasa di sekitarnya. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam membimbing dan membentuk pola pikir disiplin secara perlahan namun konsisten.

Dengan pendekatan yang tepat, anak bisa belajar bahwa disiplin bukanlah sesuatu yang menakutkan atau membatasi. Justru dengan disiplin, anak merasa lebih aman, percaya diri, dan mampu mengatur dirinya sendiri. Berikut delapan strategi jitu yang bisa kamu terapkan untuk membentuk karakter disiplin anak sejak dini.


1. Bangun rutinitas harian yang konsisten

ilustrasi anak-anak bermain (pexels.com/Alex Green)

Anak usia prasekolah belajar dari pengulangan yang konsisten setiap hari. Mulailah dari jadwal tidur dan bangun yang sama, waktu makan, mandi, bermain, dan belajar yang teratur. Tambahkan rutinitas malam seperti menyikat gigi, membaca buku, lalu tidur sebagai penutup hari.

Konsistensi ini membuat anak merasa aman karena ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Anak pun belajar mengikuti aturan tanpa merasa terpaksa. Lambat laun, rutinitas ini membentuk kebiasaan disiplin yang kuat dan alami.


2. Beri aturan sederhana dan jelas

ilustrasi memberi aturan pada anak (pexels.com/August de Richelieu)

Gunakan kalimat pendek dan positif agar anak mudah memahami peraturan. Misalnya, “setelah main, mainannya disimpan lagi” atau “kalau mau bicara, tunggu giliran ya.” Hindari memberi terlalu banyak aturan sekaligus, karena anak bisa kewalahan.

Fokuslah pada tiga sampai lima aturan utama yang diterapkan secara konsisten. Aturan yang jelas dan bisa dipahami anak akan lebih mudah dijalankan. Yang penting, orang tua juga harus tegas dan tidak plin-plan dalam menegakkannya.


3. Berikan konsekuensi yang sesuai dan konsisten

ilustrasi membiarkan anak mengalami konsekuensi ringan (pexels.com/Kampus Production)

Konsekuensi bukanlah hukuman, tapi bagian dari proses belajar. Jika anak tidak membereskan mainan, maka ia tidak bisa bermain dengan mainan lain. Jika tidak mengikuti waktu belajar, maka waktu main akan dikurangi.

Pastikan konsekuensinya logis dan bisa dimengerti anak, bukan ancaman berlebihan. Sampaikan dengan nada tenang dan tanpa marah agar anak belajar tanggung jawab, bukan ketakutan. Konsistensi dalam menerapkan konsekuensi akan memperkuat pesan yang ingin kamu tanamkan.


4. Berikan pujian saat anak bersikap disiplin

ilustrasi memuji anak (pexels.com/Monstera Production)

Pujian yang tulus dapat membangun rasa percaya diri dan keinginan anak untuk berbuat baik lagi. Katakan hal-hal seperti, “mama senang kamu sudah ingat buang sampah sendiri” atau “wah, kamu hebat bisa selesaikan gambar sebelum waktunya.” Fokuskan pujian pada proses dan usaha, bukan hanya hasil akhir.

Dengan begitu, anak belajar bahwa usahanya dihargai meskipun belum sempurna. Ini membentuk motivasi dari dalam, bukan sekadar ingin menghindari hukuman. Pujian yang tepat akan memperkuat kebiasaan baik tanpa membuat anak bergantung pada validasi terus-menerus.


5. Libatkan anak dalam mengambil keputusan

ilustrasi melibatkan anak dalam pengambilan keputusan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Memberi anak pilihan membuatnya merasa dihargai dan dilibatkan. Tanyakan, “kita mau belajar dulu atau mandi dulu, ya?” atau, “kalau kamu lupa membereskan mainan, sebaiknya apa yang harus terjadi?”

Dengan cara ini, anak merasa punya kendali dan lebih bertanggung jawab atas pilihannya. Ia jadi lebih rela menjalankan aturan karena merasa ikut menentukan. Selain itu, ini juga melatih kemampuan berpikir dan memecahkan masalah secara sederhana.


6. Berikan contoh lewat sikap orang tua

ilustrasi memberi contoh pada anak (pexels.com/Timur Weber)

Anak-anak meniru lebih cepat daripada mendengarkan nasihat panjang. Jika kamu menepati janji kecil dan menunjukkan rutinitas yang disiplin, anak pun akan menirunya. Misalnya, “ibu akan baca buku setelah kamu gosok gigi,” dan benar-benar melakukannya.

Keteladanan adalah cara paling efektif menanamkan nilai disiplin. Anak akan lebih mudah menerima aturan jika ia melihat orang tuanya juga menjalankannya. Disiplin yang konsisten di rumah menciptakan lingkungan belajar yang kuat tanpa tekanan.


7. Ajarkan anak mengenali waktu

Ilustrasi membantu anak belajar (pexels.com/Ron Lach)

Meskipun belum bisa membaca jam, anak tetap bisa dikenalkan dengan konsep waktu lewat aktivitas sehari-hari. Gunakan timer atau lagu sebagai penanda bahwa waktu bermain sudah selesai. Buat juga bagan atau gambar urutan kegiatan untuk membantu visualisasi.

Dengan pendekatan ini, anak belajar bahwa waktu itu terbatas dan harus digunakan dengan baik. Ia jadi lebih siap berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain tanpa drama. Kebiasaan ini sangat berguna untuk membentuk disiplin sejak dini.


8. Latih tanggung jawab kecil sejak dini

ilustrasi anak merapikan mainan (pexels.com/Ron Lach)

Berikan anak tugas ringan yang sesuai usia, seperti menyimpan piring, menyusun sepatu, atau menata bantal. Pastikan kamu tetap memantau dan memberi arahan dengan sabar. Jangan buru-buru membetulkan hasilnya jika belum rapi, biarkan anak belajar.

Tanggung jawab kecil ini melatih anak merasa memiliki peran dalam rumah. Ia belajar bahwa setiap tindakan punya dampak, dan keterlibatannya penting. Ini menjadi dasar kuat bagi tumbuhnya kedisiplinan dan kemandirian.

Disiplin bukan tentang hukuman, tapi tentang membangun kebiasaan dan tanggung jawab sejak kecil. Dengan strategi yang tepat, anak akan tumbuh sebagai pribadi yang mampu mengatur diri, menghargai waktu, dan bertanggung jawab atas tindakannya. Semakin dini dibiasakan, semakin kuat karakter disiplin yang tertanam dalam dirinya.



This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team