3 Beban Mental yang Sering Dirasakan oleh Anak Terakhir, Bikin Sedih

Anak terakhir sering kali dipandang sebagai sosok anak yang paling beruntung. Bagaimana tidak, mereka yang terlahir paling akhir biasanya sudah menikmati kehidupan yang lebih layak, tidak seperti kakak-kakaknya yang lahir pada saat orangtua masih berjuang membangun perekonomian keluarga agar stabil. Tidak hanya itu, seorang adik juga memiliki privilege tersendiri karena sering mendapatkan perlindungan dari orangtua saat “diserang” oleh kakaknya.
Terlepas dari semua keuntungan tersebut, menjadi anak terakhir ternyata juga memiliki perjuangannya sendiri. Tidak jarang mereka harus menghadapi situasi sulit yang bahkan tidak dialami oleh kakak-kakaknya. Jika kamu juga terlahir sebagai anak terakhir, mungkin akan turut merasakan beban mental yang kerap bikin sedih berikut ini.
1.Terkadang harus puas menggunakan barang-barang bekas kakaknya
Tidak dapat dimungkiri bahwa orangtua biasanya kerap memanjakan anak terakhir. Dianggap sebagai anak yang paling butuh perlindungan, mereka bisa dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkan. Jelas hal ini terdengar sangat menyenangkan.
Namun, ternyata tidak semua anak terakhir mendapatkan keistimewaan untuk dimanjakan dan dikabulkan semua keinginannya semacam itu. Banyak dari mereka yang harus rela menerima barang-barang bekas kakaknya karena dianggap masih layak digunakan. Tentu mereka bisa tetap bersyukur, tetapi bukan hal yang salah juga sebagai manusia biasa untuk merasa gengsi karena tidak dapat menikmati barang baru seperti teman-temannya.