Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak
ilustrasi anak (pexels.com/ Mikhail Nilov)

Intinya sih...

  • Cari tahu alasan di balik kebohongannya, seperti takut dimarahi atau ingin terlihat keren di depan teman-temannya.

  • Jangan merespons dengan emosi yang meledak-ledak, ambil jeda sebentar dan ajak anak bicara baik-baik.

  • Tunjukkan konsekuensi realistis dari kebohongan tanpa menghukum dengan kekerasan, agar anak paham tanggung jawab dan kepercayaan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mendapati anak sedang berbohong pasti bikin perasaan jadi campur aduk. Antara bingung, marah, khawatir, dan mungkin juga bertanya-tanya apa yang salah dengan cara didikanmu. Namun, sebelum buru-buru menarik kesimpulan, penting banget buat tahu kalau kebiasaan berbohong pada anak bukan selalu tanda bahwa mereka nakal atau bermasalah.

Banyak hal yang bisa jadi pemicunya, mulai dari rasa takut dimarahi, ingin diperhatikan, sampai sekadar meniru orang lain. Jadi, kalau kamu langsung bereaksi dengan marah atau menghukum tanpa tahu akar masalahnya, bisa-bisa anak malah makin menarik diri. Anak akan belajar berbohong lebih rapi, bukannya belajar untuk jujur. Untuk itu, berikut lima cara menghadapi anak yang sering berbohong.

1. Cari tahu alasan di balik kebohongannya

ilustrasi berbicara dengan anak (pexels.com/cottonbro)

Anak gak mungkin asal berbohong tanpa alasan. Ada alasan seperti mereka takut dimarahi, ingin menghindari hukuman, atau merasa dirinya akan mendapatkan masalah jika berkata jujur. Ada juga yang berbohong karena ingin terlihat keren di depan teman-temannya, atau karena gak tahu cara lain buat mengungkapkan perasaannya.

Jadi, daripada langsung menghakimi, cobalah dengarkan. Tanyakan dengan tenang, “Kenapa kamu bilang begitu?” atau “Kamu takut dimarahin, ya, kalau kamu jujur?” Ini bukan soal membiarkan kebohongan, tapi membantu anak menyadari bahwa kamu terbuka untuk ngobrol, bukan cuma menghakimi.

2. Jangan merespons dengan emosi yang meledak-ledak

ilustrasi sedang marah (pexels.com/cottonbro)

Reaksi spontan ingin marah itu wajar, apalagi kalau kebohongannya cukup serius. Namun, reaksi emosional seperti amarah justru sering bikin anak makin takut untuk jujur. Anak akan mengingat ekspresi marah dan bentakanmu lebih kuat daripada pesan moral yang ingin kamu sampaikan.

Jadi, kalau kamu merasa kesal dan marah, ambil jeda sebentar. Tarik napas, tenangkan diri, lalu ajak anak bicara baik-baik. Saat kamu bisa mengontrol emosimu, anak juga belajar bahwa kejujuran gak selalu berujung pada kemarahan, tapi bisa dihadapi dengan diskusi dan saling memahami.

3. Tunjukkan padanya konsekuensi yang realistis

ilustrasi anak menangis (pexels.com/Mikhail Nilov)

Anak perlu tahu bahwa berbohong pasti ada konsekuensinya. Namun, bukan berarti kamu harus menghukum dengan kekerasan atau mempermalukan mereka. Cukup tunjukkan dampak nyata dari kebohongan anak. Misalnya, kalau anak berbohong soal PR yang sudah selesai padahal belum dikerjakan.

Kamu bisa bilang, “Kalau kamu gak jujur, kamu sendiri yang rugi karena akan dihukum guru esok hari”. Penting untuk membuat anak paham bahwa konsekuensi adalah bagian dari belajar tanggung jawab, bukan bentuk balas dendam dari orang tua. Dengan begitu, mereka akan lebih sadar bahwa kejujuran membawa kepercayaan, sementara kebohongan justru merusak kepercayaan.

4. Jadilah contoh berperilaku jujur dengan konsisten

ilustrasi anak dan orangtua (pexels.com/Kampus Production)

Anak belajar bukan cuma dari apa yang dikatakan orangtua, tapi juga dari apa yang dilakukan. Kalau kamu sendiri sering berbohong kecil, seperti bilang ke anak "camilan cokelat sudah habis" padahal kamu simpan di kulkas, maka anak bisa menangkap bahwa berbohong itu gak apa-apa asal ada alasan.

Jangan remehkan hal kecil, tunjukkan bahwa jujur itu bukan hal yang memalukan. Misalnya, kalau kamu lupa janji menjemput anak tepat waktu, akui saja, “Maaf ya, tadi Ibu atau Ayah telat karena lupa” Sikap seperti ini memperlihatkan bahwa kejujuran dan tanggung jawab bisa berjalan bareng, dan itu yang akan ditiru anak nantinya.

5. Bangun kepercayaan secara dua arah

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Orangtua juga perlu tahu kalau anak yang merasa dipercaya cenderung lebih berani jujur. Jadi, kamu bisa membangun kepercayaan ini lewat komunikasi terbuka secara rutin, bukan cuma saat ada masalah. Luangkan waktu buat ngobrol tanpa menghakimi, dengarkan ceritanya, bahkan hal-hal sepele sekalipun.

Saat anak jujur, sekecil apa pun, patut untuk diberi apresiasi. Gak harus dengan hadiah, cukup dengan bilang, “Ibu senang kamu jujur, itu gak mudah, tapi kamu berani melakukannya.” Anak jadi merasa dihargai dan tahu bahwa kejujuran punya tempat yang aman di rumahnya sendiri.

Menghadapi anak yang suka berbohong memang gak langsung bisa berubah seketika. Namun, dengan lima cara menghadapi anak yang sering berbohong seperti penjelasan di atas, mereka akan membentuk kebiasaan jujur yang kuat dari dalam dirinya. Kejujuran itu tumbuh, dan orangtua punya peran penting dalam prosesnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team