Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cara berhenti mewariskan luka ke anak
ilustrasi mewariskan luka ke anak (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Mengenali kebiasaan lama yang keluar tanpa disadari

  • Menyederhanakan cara bicara agar anak mudah memahami

  • Menyisihkan waktu singkat untuk mendengar tanpa menyela

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak orang mulai sadar bahwa luka masa kecil bisa terbawa ke cara mereka mendidik anak. Kesadaran ini penting karena hubungan keluarga sekarang tidak hanya soal kebutuhan dasar. Melainkan juga bagaimana seseorang tumbuh tanpa membawa beban yang tidak perlu.

Jika kamu adalah orangtua baru, maka baca artikel ini sampai habis, ya! Ada sejumlah cara untuk memutuskan pola yang tidak diinginkan tanpa tuntutan jadi orangtua sempurna. Berikut ini cara stop mewariskan luka ke anak.

1. Mengenali kebiasaan lama yang keluar tanpa disadari

ilustrasi menahan diri untuk tidak marah (Pexels.com/Karolina Grabowska)

Beberapa respons yang muncul saat menghadapi anak sering berasal dari kebiasaan lama yang tidak pernah diperiksa. Nada bicara meninggi, komentar defensif, atau kebiasaan menyuruh anak diam biasanya terjadi otomatis. Mengenali pola seperti ini membantu seseorang memahami sumber reaksinya. Setelah tahu pemicunya, perubahan menjadi lebih terarah.

Cobalah mencatat situasi apa saja yang memicu reaksi tersebut. Catatan ini membantu melihat pola tanpa analisis yang rumit. Dari sana, kamu bisa mengganti respons dengan cara yang lebih tenang dan jelas. Langkah kecil seperti ini cukup ampuh untuk mencegah kebiasaan lama terus terulang.

2. Menyederhanakan cara bicara agar anak mudah memahami

ilustrasi ngomong dengan anak kecil (pexels.com/August de Richelieu)

Penjelasan yang terlalu panjang sering membuat anak kehilangan fokus. Mereka malah menebak-nebak apa yang orangtua inginkan. Menyederhanakan kalimat membuat pesan lebih jelas dan tidak membingungkan. Kalimat langsung sering jauh lebih efektif daripada penjelasan panjang.

Cobalah menyampaikan satu pesan dalam satu waktu. Hindari menggabungkan terlalu banyak instruksi sekaligus. Ketika pesan disampaikan secara bertahap, anak lebih mudah menangkap poin pentingnya. Cara sederhana ini mengurangi salah paham yang sering memicu konflik.

3. Menyisihkan waktu singkat untuk mendengar tanpa menyela

ilustrasi mendengarkan anak (pexels.com/Kindel Media)

Anak biasanya enggan bercerita kalau merasa akan disela atau dikomentari terlalu cepat. Memberi waktu mendengar tanpa interupsi membuat mereka merasa aman. Kamu tidak perlu waktu lama, beberapa menit saja sudah cukup bagi anak untuk menyampaikan inti cerita. Sikap ini membantu hubungan jadi lebih terbuka.

Setelah anak selesai bicara, kamu bisa memberikan tanggapan yang jelas tanpa memojokkan. Tanggapan yang tidak menghakimi membuat anak lebih nyaman berbicara di lain waktu. Perlahan-lahan, komunikasi keluarga menjadi lebih cair.

4. Menetapkan boundaries sehari-hari agar tidak terasa tegang

ilustrasi anak-anak bermain gawai (pexels.com/Jessica Lewis 🦋 thepaintedsquare)

Boundaries tidak harus rumit, bentuk paling sederhana bisa diterapkan lewat aturan sehari-hari. Misalnya waktu tidur, waktu bermain, dan kapan anak membereskan mainannya. Aturan seperti ini memberi struktur yang mudah diikuti tanpa membuat anak tertekan. Mereka mengerti bahwa aturan membantu aktivitas sehari-hari jadi berjalan lebih lancar.

Saat aturan jelas, orangtua tidak perlu mengulang larangan yang sama berkali-kali. Anak pun belajar mengikuti ritme keluarga dengan lebih natural. Boundaries yang sederhana membuat komunikasi lebih singkat dan tidak melelahkan.

5. Mengizinkan anak melakukan kesalahan agar mereka tidak takut belajar

ilustrasi anak-anak (pexels.com/Helena Lopes)

Anak butuh ruang untuk salah tanpa merasa akan dimarahi. Mengizinkan mereka mencoba meski hasilnya belum baik membantu proses belajar. Kesalahan kecil adalah bagian dari perkembangan, bukan sesuatu yang harus ditakuti. Kamu pun tidak perlu memperbaiki semua hal yang mereka lakukan.

Setelah terjadi kesalahan, beri arahan singkat tentang cara memperbaikinya. Hindari membebani mereka dengan terlalu banyak poin sekaligus. Sikap seperti ini menjaga hubungan tidak berubah menjadi ruang penuh kritik. Anak pun tumbuh dengan rasa percaya diri yang lebih stabil.

Cara stop mewariskan luka ke anak bisa dimulai dari kebiasaan kecil yang dilakukan konsisten setiap hari. Perubahan sederhana justru lebih mudah bertahan daripada usaha besar yang sulit dijalankan. Dari lima cara ini, mana yang ingin kamu coba lebih dulu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team